8. Terus Saja

1.4K 57 0
                                    

Lagi-lagi aku berada disini. Di ruangan serba putih dan didominasikan dengan warna hijau. UKS. Selama 3 hari berturut-turut terus saja diriku keluar masuk UKS. Sakit kepala terus terasa selama 3 hari belakangan ini. Tak pernah sebelumnya aku mengalami sakit kepala yang berlebihan seperti ini.

"Nesya mending lo hari ini izin pulang aja ya?" Ucap Kevin kepadaku.

"Enggak Vin, gue masih kuat kok. Hari ini juga ada ulangan Bahasa Inggris bukan? Gue gak mau nyusul sendiri."

"Oke.... lo boleh tetep sekolah tapi cuma sampai pelajaran Bahasa Inggris aja. Gimana?" Tawar Ryan.

"Nah benar tuh kata Ryan." Sambar Frans.

"Oke-oke gue bakal belajar sampai pelajaran Bahasa Inggris aja. Puas?" Terlihat senyuman mereka mengembang. Sebenarnya aku tak ingin pulang setelah pelajaran Bahasa Inggris. Aku tak mau orang rumah bertanya mengapa aku pulang awal. Harus menjawab apa aku nanti? Ya. Aku belum menceritakannya kepada keluargaku. Aku tak mau membuat mereka khawatir. Mereka sudah terlalu lelah mengurus pekerjaan mereka masing-masing. Jika beban mereka ditambah dengan aku yang sakit maka mereka pasti akan menjadi sakit juga. Oleh karena itu aku tak ingin memberi tau mereka.

"Heh Sya, jangan ngelamun." Viko mengejutkanku.

"Siapa yang ngelamun coba?"

"Elo!!" Ucap mereka serempak.

"Its okay."

"Eh bay the way si Bram itu kenapa sekarang gak pernah nongol di depan lo lagi ya Sya?"

Jujur aku juga bingung. Perasaan sakit ini biasanya ketika Bram menanyakan hal-hal putih biruku dulu. Tetapi, dua hari belakangan ini Bram tak pernah mendekat lagi kepadaku. Bahkan dia hanya berdiam diri di pojok kelas.

"Ya mana gue tau. Memang lo pada gak pernah liat dia ya? Dia kan sering di pojok kelas belakangan ini."

"Ya kita tau dia selalu di pojok kelas, kan tempat dia memang disana. Tapi kenapa dia gak pernah deketin lo lagi?"

"Ya bagus dong dia gak deketin gue lagi. Itu tandanya dia nyadar kalau dia yang bikin gue gini setiap hari."

"Ya gue penasaran juga Sya. Kenapa gitu yang dia omongin tentang masa putih biru lo terus? Dan lo juga yakin kalau lo gak pernah kenal sama dia. Tapi dia tetap aja nyolot kalau dia pernah kenal sama lo bahkan dekat." Ujar Viko.

"Terserahnya dia aja sih. Gue gak pernah peduli sama dia."

"Hati-hati lo Sya kalau ngomong." Tukas Ryan.

"Tau ah. Kelas yuk?"

"Udah gak pusing lagi Sya?" Tanya Frans.

"Iya udah enggak." Aku beranjak dari ranjang UKS. Aku jalan lebih dulu sedangkan mereka mengekor dari belakang. Bagaikan sang putri yang dilindungi oleh pengawal-pengawalnya saja. Aku terkekeh geli membayangkan hal itu.
.
.
.
Nesya gue baru tau kenapa lo lupa sama gue. Setelah mengumpulkan informasi tentang lo gue baru tau semua ini. Gue gak bermaksud nyakitin lo Sya. Gara-gara gue lagi lo jadi menderita seperti ini. Gue juga baru tau alasan lo gak datang ke tempat perpisahan waktu itu. Gue baru tau apa alasan lo pindah dari Bandung ke sini. Maafin gue Sya. Gue gak tau semua itu. Gue benar-benar egois.

"MAAFIN GUE NESYA!!!" Teriakku dalam kamar. Farel yang sedang asik membaca comik terkejut karena ku. Farel adalah teman yang sangat mengerti bagaimana aku. Dia selalu ada disaat kubutuh dia. Dahulu hanya Nesya yang mengerti bagaimana aku. Tetapi, semenjak Nesya hilang entah kemana tak ada lagi ada orang yang tau keadaanku saat di Bandung dulu. Disinilah aku bertemu dengan Farel yang begitu baik denganku. Dia memberiku tempat disaat aku pertama kali menginjakan kaki disini.

Cold Girl's Love[END]Where stories live. Discover now