17. Kebiasaan Kecil

888 35 0
                                    

Hari ini adalah hari untuk Nesya dan sahabat-sahabatnya ditambah juga Bram dan teman-teman kelasnya akan mengadakan acara di panti asuhan. Diawal rencana mereka akan menghibur semuanya dahulu agar mereka merasa bahagia. Setelah itu baru mereka mengadakan beberapa lomba kecil dan terakhir bagi-bagi bingkisan kecil sumbangan dari sekolah dan teman kelasnya juga.

"Hallo, Angga kamu dimana? Ini udah hampir telat loh kita." Ucap Nesya dalam telepon.

"Iya Sya, ini aku udah di depan rumah kamu. Kamu keluar gih cepet. Mampirnya nanti aja pas pulang." Nesya langsung keluar menuju depan rumah. Mobil putih Bram sudah berada disana. Ia langsung mengunci pintu utama dan langsung berlari kecil menuju mobil Bram.

"Itu mulut jangan dimaju-majuin napa sih." Sindir Bram.

"Auk ah." Malas Nesya.

"Lagi PMS ya neng, kok ambekan gitu sih." Goda Bram. Hal kecil ini sukses membuat Nesya malu.

"Angga." Teriak Nesya manja. Bram tertawa milihat tingkah Nesya yang seperti ini.

"Kamu kenapa sih. Kok sampai segitunya." Bicara Bram penuh perhatian dengan tetap fokus menyetir.

"Gak tau. Kesel aja gitu kamu telat jemputnya."

"Ya kan cuma telat 5 menit doang Sya."

"5 menit itu berarti Angga. Lain kali kalau jemput gak boleh telat lagi." Suruh Nesya. Dia bukan bersikap ingin mengekang Bram tapi dia hanya tak ingin itu menjadi keterusan nantinya.

"Iya Sya. Kalau aku bakal telat pasti nanti aku bakal kabarin kamu." Ucap Bram dan mengelus pucuk kepala Nesya dengan sayang. Nesya tersenyum bahagia. Bram selalu bisa membuat dirinya bahagia seperti ini. Seakan demi sekejap setelah kehadirannya kembali ke kehidupannya membuat dia menjadi Nesya yang dulu lagi. Yang pendiam dan juga kadang bersikap dingin.

***

Mereka berdua tiba disana pukul 8.01am. Mereka telat satu menit. Nyaris sekali. Semuanya sudah siap disana. Hanya beberapa barang yang kurang. Yaitu barang yang dititipkan di mobil Bram.

"Lo telat 1 menit."

"Satu menit doang juga. Maaf deh maaf."

"Eh kalau mau debat nantian aja deh ya. Ini berat loh." Sindir Nesya. Mereka yang sadar kalau Nesya sedang menurunkan barang-barang dalam mobil itu, langsung berlari kecil menuju Nesya.

Mereka kembali mempersiapkan acara-acaranya. Teman-teman yang ikut berpartisipasi sudah mulai berdatangan. Sepuluh menit lagi baru pembukaan acaranya dimulai.

Frans sedari tadi diam-diam curi pandang ke Nesya dan juga Bram. Ia kesal karena Bram datangnya sangat cepat. Disaat Frans belum bisa memberitau hal penting pada Nesya. Nesya kini sudah kembali kebelangkang meninggalkan dirinya. Padahal diawal mereka beriringan. Entahlah bagaimana endingnya nanti.

***

Cepetin aja yuk. Setelah acara yang sebenarnya tidak direncanakan pada tempo hari lalu itu, membuat peluang Bram semakin membesar. Frans semakin ketinggalan jauh. Dan Ryan hanya bisa diam menerima keadaan. Sungguh jika di antara mereka sadar bahwa mereka sedang terjepit di hubungan cinta segiempat ini, sudah dipastikan mereka akan seperti sinetron-sinetron TV. Yang akan bertaruh demi mendapat cintanya. Dan berujung gak bermutu. Jadi, lebih baik mereka diam begini, memendam persaannya masing-masing. Karena ada keyakinan, jika sudah cinta maka pasti akan datang sendirinya.

Nesya kini agak jarang berkumpul pada teman bandnya. Kini ia malah terbiasa pergi berdua dengan Bram. Atau sesekali ia menyuruh Bram untuk datang ke rumahnya. Ya seperti saat ini, Bram berada di rumah Nesya.

"Ngga, selama kamu disini aku belum sempet tanya. Kamu disini tinggal sama orangtua kamu? Ada Kak Dita juga?" Tanya Nesya dengan hati-hati.

"Enggak, aku disini tinggal sendirian. Keluarga aku masih di Bandung. Kalau Kak Dita dia lagi ngejar cita-cita dia yang mau kuliah di luar negeri." Jawab Bram. Ah ya perlu kalian ketahui jika Nesya sudah kembali normal. Ia sudah ingat semuanya tanpa disadari. Hanya kronologis yang lebih rinci dia belum tau bagaimana.

"Kak Dita berjuang banget ya. Eh kalau keluarga kamu masih di Bandung, terus kamu tinggal disini sendirian, emang kamu tinggal dimana?"

"Apartemen." Jawab Bram santai. Bisa dikata bahwa Nesya terkejut mendengar Bram yang selama ini tinggal di apartemen. Padahal perkiraan awalnya jika dia disini sendirian, dia akan tinggal di kos-kos'an.

"Apartemen? Kamu nyewa?"

"Awalnya nyewa, tapi karena gak tau berapa lama aku disini lebih baik aku beli aja. Jangan salah, aku beli pakai uang orangtua kok."

"Gimana caranya, Ngga?"

"Ya ada caranya. Memang kenapa sih?" Tanya Bram.

"Enggak kenapa, aku kan cuma tanya-tanya aja. Aku pikir kamu tinggal dimana gitu."

"Jalan yuk?" Tawar Bram.

"Kemana?"

"Kemana aja gitu. Daripada di rumah kan, diem kayak gini? And asal kamunya juga seneng nanti." Kata Bram mengedipkan mata kanannya. Nesya memukul lengan kiri Bram. Bram hanya mengusap-usap kesakitan. Nesya lalu naik ke kamarnya yang kebetulan saat ini berada di lantai dua. Ia pergi ke kamar untuk bersiap-siap. Untung saja ia pagi tadi sudah mandi, jadi jika pergi dadakan tidak lama untuk bersiap-siap.

Setelah dirasa cukup, Nesya turun dari kamarnya menuju ruang tamu. Entah sulap atau bagaimana, Bram sudah mengganti pakaiannya. Tadinya yang menggunakan kaos berwarna hitam polos sekarang sudah menjadi warna putih.

"Kamu dapat baju dari mana?" Tanya Nesya mengerutkan dahinya.

"Bawalah."

"Terus ganti dimana?"

"Kamu mau tanya-tanya aku terus atau mau pergi sekarang?" Tanya Bram dengan mencondongkan wajahnya sejajar dengan wajah Nesya. Nesya memang sedikit di bawah Bram. Jadi jika bicara seperti ini Bram harus menunduk ke arah Nesya.

"Oke-oke kita pergi sekarang." Nesya mengambil handphonenya di meja ruang tamu. Lalu berpamitan kepada Mamanya yang kebetulan sedang berada di rumah. "Mama Nesya pergi sama Angga ya." Teriak Nesya.

"Gak baik lho kalau teriak-teriak gitu. Samperin napa." Cibir Bram.

"Tadi katanya mau pergi kan. Ya udah ayo."

"Tante Angga pamit ya. Izin bawa Nesya-nya juga." Kata Bram. Lalu ia menggandeng tangan kanan Nesya. Awalnya Nesya mentapa Bram kesal tapi, Bram berkomentar..

"Truk aja gandengan, masa kita enggak." Nesya menatap Bram datar dan Bram malah memperlihatkan sederet giginya.

Bram membukakan pintu mobil untuk Nesya, membiarkan Nesya masuk lalu ia menutupnya kembali. Setelah itu ia berlari kecil mengintari mobil dan masuk lalu duduk. Bram menatap Nesya sebentar lalu ia melipat tangannya di dada. Nesya menaikan satu alisnya.

"Kamu itu kebiasaan gak pakai seatbelt," Bram lalu memasangkan seatbelt untuk Nesya. Sedangkan Nesya hanya tersenyum tanpa dosa.

Bram menancap gasnya. Keluar dan meninggalkan rumah Nesya. Kali ini ia masih bingung untu membawa Nesya kemana. Dan berhubungan ini masih pagi juga.

***
Lama gak update ya?
Kok merasa part ini paling aneh ya?
Ah. Intinya jangan lupa baca dan Vote ya.

Cold Girl's Love[END]Where stories live. Discover now