9. Karena Bram Lagi

1.1K 48 2
                                    

Aku tak tau ingin berbuat apalagi. Sudah selama kurang lebih seminggu aku seperti ini. Diam menyendiri. Mengawasi Nesya dari kejauhan. Bahkan aku pindah tempat duduk ketika mengetahui keadaan Nesya. Hari ini aku harus yakin dengan kata hatiku. Aku harus menanyakan kabar Nesya hari ini. Pagi-pagi pukul 06.15 aku melajukan mobilku menuju sekolah. Sengaja berangkat sepagi ini agar tak terkena macet dan hanya untuk meminta maaf kepada Nesya.

Dengan langkah pelan aku memasuki ruang kelas. Aku mengintip sebentar untuk memastikan Nesya sudah datang atau belum. Aku menjadi gugup dan agak takut saat mengetahi Nesya sudah duduk di bangku miliknya sambil membaca Novel. Pelan-pelan aku masuk ke dalam kelas dan sebelum itu aku menyempatkan diri dahulu untuk mengetuk pintu kelas. Aku menaruh tasku lalu membuka jaket yang aku kenakan.

"Hmm, Nesya." Panggilku gemetar. Yang dipanggil menoleh sambil menaikan alisnya.

"Boleh ngomong bentar gak?" Aku melihat matanya berputar tanda dirinya malas. Tetapi, dia mengizinkanku untuk berbicara padanya. Aku mendekat ke arahnya.

"Mau ngomong apa?" Ucapnya to the point.

"Sebenarnya aku mau minta maaf aja."

"Sekarang lo baru sadar kalau diri lo itu salah?" Sifat Nesya yang dingin keluar.

"Bukan sekarang, aku udah tau kesalahanku dari 3 hari yang lalu setelah aku tau keadaan kamu."

"Terus kenapa lo gak bilang saat itu juga?" Juteknya.

"Karena aku gak sanggup natap kamu kayak gini Sya, ini perlu waktu buat aku terima."

"Memang lo pikir gue gak perlu waktu dan perjuangan juga menghadapi pusing yang begigu dahsyat ketika lo ngungkit-ngungkit masa putih biru gue dan lo bahkan ngaku-ngaku kalau lo itu temen dekat gue. Gue heran sebenarnya lo siapa sih." Ucapnya. Kulihat sepertinya dia kembali merasakan hal itu.

"Kamu bakal tau Sya, tapi bukan hari ini. Aku pingin kamu mengetahuinya sendiri nanti."

"Akhhh cukup Bram!!! Lo itu benar-benar ngerusak gue tau gak." Nesya kembali jatuh pingsan. Tepat disaat itu juga teman-temannya datang.

"Eh lo apain Nesya sampai kayak gitu hah?" Bentak Frans.

"Gue gak apain dia. Gue cuma minta maaf aja sama dia."

"Sampai dia kenapa-kenapa lo harus tanggung jawab." Ancam Kevin.

"Udah-udah urusan itu nanti aja, kita bawa Nesya ke UKS aja dulu." Viko angkat bicara.

"Inget ya urusan kita belum selesai!" Ancam Frans.

"Eh Ryan lo malah bengong aja. Bantu cepet sini." Nesya dibawa ke UKS. Aku hanya bisa terdiam di tempat. Tak seharusnya aku bersikap seperti tadi kepada Nesya. Aku membuat kesalahan lagi.
.
.
.
Jujur gue gak sanggup ngeliat Nesya kayak gini terus. Baru saja ia pulih beberapa hari yang lalu. Tetapi si Bram malah membuatnya jatuh sakit kembali.
"Frans kelas dulu yuk, entar lagi bel masuk." Ujar Viko.

"Enggak. Gue gak bisa ninggalin dia sendiri disini."

"Dia gak sendiri bro, penjaga UKS nemenin dia disini. Gue tau lo khawatir sama dia, tapi dia juga bakal khawtir kalau ngeliat lo gak ngikutin pelajaran. Beberapa bulan lagi kita bakal Ujian kenaikan kelas. Lo inget kan?"

"Tapi gue gak tega ngeliat dia kayak gitu."

"Bro, dengerin gue. Sesayang-sayangnya lo sama dia tapi jangan lupa juga lo sayang sama diri lo sendiri. Kita tau lo itu pinter tapi jangan remehkan apa yang ada. Walau lo pinter, bukan berarti lo gak perlu belajar lagi. Dan inget Nesya itu tanggung jawab kita di sekolah selain guru. Bukan hanya Nesya tetapi semua di antara kita. Jadi, sekarang kita belajar dulu di kelas dan setelah jam istirahat tiba kita kesini lagi. Oke?" Jelas Ryan.

"Oke-oke. Ya udah ayo." Mereka semua tersenyum disaat aku menerima ajakan mereka untuk ke kelas. Tetapi percuma bagiku tuk belajar karena pasti pikiranku hanya tertuju pada Nesya saja.
.
.
.
Jam istirahat.
"Frans lo duluan aja ke UKS-nya kita mau ke kantin dulu beli makan." Tawar Ryan. Ryan sengaja memberi kesempatan kepada Frans untuk menjaga Nesya karena disaat pertama kali Nesya mengalami hal ini hanya dirinya yang membantu Nesya. Ia tak egois karena cinta. Ia juga harus memberi kesempatan pada orang lain, walay dirinya sebenarnya merasa sakit.

"Iya lo duluan aja Frans. Lo titip aja mau beli makanan apa." Timpal Kevin.

"Gue titip kayak yang biasa gue makan setiap istirahat. Jangan lupa juga beliin makanan buat Nesya."

"Iya kita gak bakal lupa kali." Ketus Viko.

"Ya udah gue ke UKS duluan ya." Frans berjalan menuju UKS seorang diri. Sedangkan tiga lainnya pergi berlainan arah. Sampai di UKS ia masih melihat Nesya tertidur. Buru-buru ia menanyakan keadaan Nesya kepada petugas PMR yang menjaga.

"Kak, Nesya dari tadi belum sadar juga?" Tanya dirinya sopan.

"Udah kok Frans, tapi tadi kakak suruh dia tidur lagi aja. Kasian mukanya masih pucat tadi."

"Oh oke deh. Makasi ya kak." Kakak penjaga itu hanya tersenyum menjawabnya. Frans menuju ranjang UKS yang di tempati Nesya. Terlihat kembali Nesya yang kini tengah tak berdaya. Frans membenarkan posisi poni Nesya yang menganggu matanya yang terpejam itu. Frans melakukannya perlahan dengan tujuan agar Nesya tak terbangun. Tetapi salah, hal itu malah membua Nesya bangun dari tidurnya.

"Eh Frans udah istirahat ya?" Tanyanya lemah. Frans hanya mengangguk dan tersenyum.

"Yang lain mana Frans?"

"Mereka lagi ke kanti beli makanan. Lo istirahat aja dulu."

"Oh. Kenapa lo gak ikut ke kantin. Lo pasti juga belum makan kan?"

"Lo gak usah khawatir. Mereka cuma beli aja, nanti dibawa kesini buat makan bareng. Em, omong-omong lo udah baikan?" Tanyaku memastikan. Dia hanya mengangguk dan tersenyum lemah.

"Entar bisa jalan ke taman belakang? Atau nanti gue gendong aja?"

"Mau ngapain ke taman belakang? Gue bukan anak kecil lagi Frans."

"Enggak ngapain sih. Cuma gak enak sama petugas UKS kalau kita makan disini. Jadi, makan di taman belakang aja. Kan enak rasanya."

"Ya udah, langsung aja ke taman belakangnya. Kasian sama yang lain mereka bolak-balik jadinya. WA gih dia."

"Ya udah tunggu dulu. Gue kabarin dia." Ucap Frans sambil mengambil ponselnga di saku bajunya. "Oke. Udah."

"Ya udah ayo." Nesya turun dari ranjang. Karena tak berhati-hati, dia hampir terjatuh. Tetapi buru-buru Frans menahannya agar tak terjatuh.

"Hati-hati Sya." Nesya hanya menyengir saja merasa tak bersalah. Selesai Nesya menggunakan sepatunya, Nesya dan Frans langsung menuju taman belakang sekolah. Hanya perlu berjalan sebentar dan berbelok ke arah kanan jika dari UKS taman belakang akan terlihat jelas.

Mereka berdua terkejut karena melihat ketiga temannya sudah duduk manis di atas rerumputan. Dengan banyak kantong makanan juga di hadapan mereka.

"Eh lo pada ngapain cepet banget sampai sininya? Rasana gue baru aja WA kalian nyuruh kesini." Kesal Frans karena dirinya merasa dikerjai.

"Elah bro sans kali. Sebenarnya kita pada udah tau kalau gak mungkin bagi kita buat makan di UKS." Ketus Viko. Nesya hanya menahan tawanya.

"Eh debatnya nanti aja bisa kan ya? Ini gue gak kuat berdiri lagi tau gak sih." Adu Nesya. Dirinya merasa dilupakan berada disini.

"Tuh kan, karena kalian berdua debat si Nesya jadi dilupain kan. Sini Sya duduk sama abang." Gombal Kevin yang langsung ditatap tajam oleh Nesya dan Frans.

"Idih najis gue sama lo. Ryan geser dikit kenapa sih." Terkejut dengan apa yang dikatakan Nesya barusan. Tak percaya Nesya akan meminta Ryan untuk bergeser.

"Idih minta baik-baik kenapa sih. Frans duduk gih tuh di samping Nesya masih kosong." Tawar Ryan karena melihat raut wajah Frans yang merasa tak suka. Dengan cepat Frans langsung duduk di samping Nesya. Karena sudah lapar mereka langsung menyantap makanan yang ada.
.
.
.

###
Vomment guys.

Salam, Suci.

Cold Girl's Love[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang