8 ● Gift

5.1K 1.2K 155
                                    

Hari ini lagi-lagi aku bebas. Jisoo lah yang menggantikan Lucy. Mungkin sebaiknya aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan sidik jari Suho dalam sehari. Sayangnya aku belum tahu jadwal Suho esok hari, jadi aku tidak bisa membuat rencana dengan tepat. Semoga saja improvisasi keadaanku bisa berjalan lancar dan tepat.

Mengingat halaman kediaman Suho sangat besar, aku berpikir untuk jogging sekaligus mengamati keadaan. Setelah berlari mengelilingi halaman samping sebanyak sepuluh kali, aku berpindah ke depan, bersikap seolah-olah sedang senam. Untunglah tak ada yang curiga padaku, terlebih lagi aku mengenakan headset di telinga—yang tidak nyala.

Anehnya, beberapa bodyguard Suho memasukkan koper ke bagasi, ditambah lagi kali ini Yejin juga ikut. Mereka sepertinya akan melakukan perjalanan yang cukup jauh, atau koper tersebut berisi uang? Entahlah.

Setelah mobil Suho dan bodyguard-nya keluar, aku berlari kecil mendekati pos security. Mereka memperhatikanku, tentu saja, siapa yang bisa melepaskan pandangan dari gadis berkaus ketat sepertiku?

"Pagi Mr. Lee," sapaku ramah.

Lee Hyunwon—kepala security di rumah ini—membalas sapaanku. Dia menghampiriku sambil terus menunjukkan tatapan menggoda. Ugh, menggelikan.

"Pagi Hailey, menikmati hari liburmu?"

Aku menggedikkan bahu. "Kurasa begitu."

Aku menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri beberapa kali sebelum kembali membuka percakapan agar ia tidak curiga.

"Aku melihat Tuan Kim pergi sambil membawa koper bersama adiknya. Apakah mereka akan pergi jauh?"

Kumohon, berikan jawaban yang bagus!

Aku meliriknya diam-diam.

"Entahlah, aku hanya security. Apa yang kuketahui?" Ia tertawa, hambar, terkesan mencairkan suasana.

Benar juga. Aku yang notabene-nya adalah asistennya saja tidak tahu, apalagi security. Ayolah Mia, kenapa akhir-akhir ini kau tidak bisa berpikir jernih? Seharusnya aku menanyakan hal ini pada Katrina. Dia pasti tahu segalanya.

"Oh ya Hailey, apa kau punya waktu malam ini? Kenapa kita tidak coba minum di de—"

"Ah! Aku lupa harus menemui Katrina," potongku sebelum Lee Hyunwon menyelesaikan kalimatnya. Jujur saja aku malas meladeni hal seperti itu. Aku tidak suka minum dengan sembarang laki-laki. Seumur hidup aku hanya pernah minum dengan Baekhyun dan akan terus seperti itu.

Aku langsung berlari ke mansion utama tanpa menengok ke belakang. Aku yakin Lee Hyunwon pasti sedang meracau kesal, tapi siapa peduli? Toh tugasku lebih penting daripada minum-minum dengannya.

Aku berpura-pura mencari Katrina dan berdiri di depan pintu mansion utama, sampai tiba-tiba pintu terbuka hingga membuatku melompat ke belakang saking terkejutnya.

"Oh, shit!" umpatku tak sadar.

Jantungku hampir copot karenanya. Kalau sampai itu benar terjadi siapa yang mau tanggung jawab? Menyebalkan sekali.

Untunglah aku bisa mengatur tubuhku kembali normal. Meski napasku masih terputus-putus karena kaget. Aku membungkuk bertumpu lutut sambil mengelus dada dengan satu tangan. Katrina dan Baekhyun keluar, mereka juga terkejut karena teriakanku, bahkan aku masih sempat melihat mata melotot Katrina akibat ulahku barusan.

"Hailey, kau tidak apa-apa?" tukas Katrina bersamaan dengan tangannya yang berusaha menegakkan tubuhku.

Aku bisa melihat kecemasan di wajahnya, ia merasa bersalah karena mengagetkanku. Sementara Baekhyun baru menyusul mendekati kami setelah aku berdiri tegak. Kalau kubaca dari raut wajahnya, ia sama sekali tak peduli pada apa yang terjadi. Ya, Baekhyun yang baru memang seperti itu.

Menyedihkan sekali hidupku. Bisa-bisanya suamiku tidak peduli padaku.

"Aku baik-baik saja," ucapku akhirnya. Untuk meyakinkan Katrina, kupaparkan senyum seulas senyum indah.

Katrina menatap Baekhyun sebentar dan kembali memandangku. "Begini, aku harus menyusul Tuan Kim dan Nona Yejin sekarang. Sementara Tuan Byun membutuhkan seseorang untuk membantunya. Aku tahu kau sedang libur, Tuan Byun akan membayar uang lemburmu."

Really?!

Demi apapun! Aku tidak butuh uang lembur! Aku hanya membutuhkan Baekhyun!

Aku sadar wajahku memerah, tentu saja! Aku sangat bahagia! Aku akan berdekatan dengan Baekhyun dalam jangka waktu yang cukup lama. Istri mana yang tidak senang bersama dengan suaminya?

"Bagaimana?"

Katrina mendekatkan wajahnya padaku. Seketika itu pula aku langsung mengangguk dan berusaha sekeras mungkin menahan pipiku yang memanas. Mia, pipimu tidak boleh memerah di depan mereka.

"Bagus, kalau begitu cepat bersiap karena Tuan Byun akan segera pergi."

Tanpa basa-basi aku bergegas kembali ke kamar, mandi secepat mungkin, berdandan secantik mungkin dan mengenakan baju terbaikku. Yeah, aku berharap waktu yang akan kami lewati membuka sedikit ingatannya tentangku—semoga saja.

Aku menyusul Baekhyun yang tengah bersandar di samping mobil. Ia sibuk dengan ponsel di tangannya. Ekspresinya datar, tidak seperti dulu yang selalu ceria. Hatiku sakit, aku merasa bersalah akan apa yang terjadi padanya.

Tuhan, kenapa pria sebaik Baekhyun harus menjalani kehidupan seperti ini? Apa yang telah Suho lakukan pada suamiku? Aku bahkan tak pernah melihat kebahagiaan tersirat di wajahnya.

Ia menyadari kehadiranku, Baekhyun menengok, memperhatikan setiap langkahku yang mendekatinya. Ia tidak berpindah, pandangannya teduh. Begitupula denganku. Aku yakin keningku mengerut dan menatapnya rindu. Aku tahu itu, tapi mau bagaimana lagi? Rasa rindu yang lama terpendam memang sulit untuk disembunyikan.

Aku hanya berharap Baekhyun tidak menyadarinya.

"Tuan Byun," panggilku akhirnya. Sulit, sangat sulit melakukannya. Merubah panggilan yang biasanya 'sayang' menjadi 'Tuan'.

"Masuklah, duduk di depan. Aku sendiri yang akan mengemudi," kata Baekhyun kemudian masuk ke mobil.

Kebahagiaanku semakin meningkat. Baekhyun membiarkanku duduk di sampingnya dan dia yang akan berkendara? Bolehkah aku sedikit mengenang masa lalu? Bolehkah aku menikmati waktuku dengannya?

Tak mau Baekhyun menunggu terlalu lama, aku segera berjalan ke sisi yang lainnya dan duduk di sebelah Baekhyun. Ia mengenakan kaus hitam hari ini. Lebih santai daripada biasanya. Baekhyun juga tidak mengenakan sepatu hitam mengkilat, ia mengenakan sneakers abu-abu.

Well, setidaknya aku mendapatkan sesuatu yang tak berubah darinya. Baekhyun masih menyukai warna abu-abu.

Jantungku berdegup kencang, rasanya seperti orang yang kencan untuk pertama kali. Andai saja kami tak terbentur oleh kenyataan, mungkin sekarang Baekhyun sedang menggenggam tanganku sambil mengatakan betapa cantiknya aku hari ini.

God, aku merindukan saat seperti itu..

Setelah menyalakan mesin, Baekhyun menengok ke arahku. Ia mendecak, "Kuharap kau memiliki selera yang bagus," ungkapnya yang membuatku sedikit kebingungan.

"Maaf?"

Baekhyun memainkan jarinya di atas kemudi, ia mendesah berat dan melirikku. "Aku butuh pendapatmu untuk mencari hadiah yang tepat bagi tunanganku."

OBLIVIATE - BaekhyunWhere stories live. Discover now