When My Last Time (Sad Story Kim taehyung) [END] √

Don't Cry Taehyung (Chapter 10)

"Apakah rasanya akan sesakit ini? Hyung dadaku sesak... Sakit... Walau sudah kupukul dada ini masih sakit... Hyung, bantu aku... Bantu aku menghilangkan sesak dan ngilu di hati ini... Sakit rasanya saat aku melihat orang yang kusayang menderita, bahkan aku hanya bisa menangis saat dia, adikku yang kusayangi... Menganggap aku adalah orang asing baginya.. Sakit dan aku tidak menyukainya..."

-Kim Taehyung-

.........

(Author****POV)

Sudah seminggu berlalu, kini seorang namja tampan dengan senyum kotaknya melangkahkan kakinya penuh semangat. Menuju kampusnya, tempat ia menimba ilmu saat ini.

Wajah cerianya menyapa mahasiswa atau pun mahasiswi yang ia lewati. Saat ini Kim Taehyung adalah, namja yang ceria dan periang. Ia tidak mau terlarut dalam kesedihan dan rasa sakitnya, ia mencoba untuk kuat menutupi luka di hati dan fisiknya. Meskipun itu sulit...

Taehyung bersenandung menenteng tasnya...

Namun, langkahnya berhenti saat ia mendengar suara keributan dari seseorang....

"Brengsekk..."

Bugh...

"Suara keributan apa itu?"

Taehyung mengangkat sebelah alisnya, mengikuti suara keributan yang ia dengar.

Dengan pelan namun pasti Taehyung melangkahkan kakinya hingga ia kini berada di depan toilet pria.

"Hei jungkook beraninya kau memukulku, dasar sialan!!!"

"Apa Jungkook?"

Taehyung membulatkan matanya saat telinga kanannya mendengar nama seseorang, nama namja yang ia rindukan. Nama adiknya Kim Jungkook.

"Cih... Sebaiknya kau mengaca dulu Kris, sebelum mulut sialanmu berbicara..."

"Heh, dasar sialan.."

Bugh

Brakkkk...

"Jungkook, adikku..."

Karena insting seorang kakak, dengan cepat Taehyung memutar kenop toilet itu dan...

"Jungkook?"

Taehyung berlari menghampiri sang adik yang terkapar di atas lantai dengan darah yang keluar dari sudut bibirnya. Hendak membantu namja tampan dengan wajah manisnya namun...

Brukkk....

"Yakkk... Lepaskan, dasar namja aneh..."

Dengan kasar Jungkook mendorong namja tampan yang terkenal dengan senyum kotaknya itu, tak lupa dengan tatapan tajamnya. Bahkan punggung tangannya menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya...