4. Bahagia

5.2K 141 0
                                    

Selamat membaca!

💔💔💔
"Nes, jalan yuk!" Ajak Rizky tiba-tiba saat mereka tengah duduk santai di ruang tengah sembari menonton televisi.
"Hah? Jalan? Kakak mau jalan kemana?"
"Kemana kek gitu... Bosen di rumah." Ujar Rizky sembari menyisir rambutnya.

"Jadi bosen juga kalau ada Ennes di rumah?" Ujar Ennes dengan nada merajuk.
"Ya tidaklah, Ennes..." Rizky mencubit gemas puncak hidung Ennes.
3 minggu sudah mereka hidup bersama, dan lumayan banyak perubahan sikap Rizky padanya. Rizky yang awalnya masih agak canggung, sekarang sudah bisa menggoda bahkan mengusilinya.

Dan sekarang, dia mengajak jalan-jalan.
"Yaudah yuk!" Ennes bangkit dan berjalan menuju kamar, begitu juga dengan Rizky.

Ennes mengenakan kerudungnya di depan cermin, sedangkan Rizky merapikan rambutnya di belakang tubuhnya.

"Udah ganteng kok, kak." Ujar Ennes karena Rizky tak berhenti juga mengaca di belakangnya.
"Hehe..." Rizky menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku tunggu di depan ya,"
"Hm," Ennes memasukkan ponselnya kedalam tasnya dan segera menyusul Rizky.

"Tumben pakai motor," Ennes naik keatas motor sembari berpegangan pada bahu Rizky.
"Ya, bosen aja pakai mobil." Ujar Rizky.
"Udah, kak," Ujar Ennes saat posisi duduknya sudah nyaman.
"Bismillah dan baca doa dulu!" Ujar Rizky.
Ennes dan Rizky sama-sama membaca doa sebelum naik kendaraan.

"Bismillah." Rizky mulai menjalankan motornya. Ennes terus menatap punggung Rizky yang begitu tegap. Tangannya terasa sangat ingin memeluk di pinggang Rizky dan merasakan hangatnya punggung Rizky serta wangi maskulin yang di keluarkan nya.

Dengan malu, Ennes melingkarkan lengannya di pinggang Rizky dan menyembunyikan wajahnya di punggung Rizky. Rizky hanya tersenyum.

"Kenapa, Nes? Kok baru meluknya? Takut aku di ambil ya?" Kembali, gombalan maut Rizky keluar.
"PD banget sih, kak! Memang salah ya kalau Ennes meluk kakak? Kalau iya Ennes lepas," Ennes sudah ingin melepas pelukannya, tapi Rizky menahan tangannya.

"Iya, aku tidak melarang kok. Aku malah senang."

💔💔💔
Ennes terus bergelayut manja di lengan kekar Rizky. Tak sekalipun ia melepasnya. Terkecuali saat tadi mereka harus mendirikan sholat 'isya di mushola mall.

"Lapar nih, Nes. Makan yuk!"
"Yuk!" Ennes dan Rizky masuk kedalam resto nasi goreng langganan Rizky di mall tersebut.

"Selamat datang," Seorang pelayan menghampiri meja Ennes dan Rizky.
"Ini menunya," Pelayan itu memberikan buku menu pada Ennes dan Rizky.
"Nasi goreng dua, teh hangat satu. Minummu, Nes?" Tanya Rizky pada Ennes.
"Samain aja, kak." Jawab Ennes.
"Jadi teh hangatnya dua." Ujar Rizky pada pelayan itu.
"Ada lagi, tuan?"
"Tidak, terima kasih."
"Baik, mohon ditunggu," Rizky mengangguk. Matanya beralih pada Ennes yang tengah menatap kearah seorang balita perempuan kisaran umur 2 tahun yang duduk bersama keluarganya yang tak jauh dari mereka.

"Adek itu lucu kan, kak?" Ennes mengatakannya pada Rizky.
"Iyaa.."
"Pengen punya...." Lirih Ennes membuat Rizky tersenyum geli.
"Kalau mau punya, ada prosesnya, Ennes!" Ujar Rizky.
"Iya, kak. Ennes tau kok. Ennes sekolah." Sahut Ennes cemberut. Rizky tertawa kecil.

"Jangan tertawa dong, kak!" Ennes menangkup gemas pipi Rizky yang sedikit chubby bila di rasakan dan perhatikan.
"Hai!" Sapa dari seseorang menginterupsi mereka.
"Oh, hai juga." Balas Rizky. Sedangkan Ennes sudah asik menatap balita yang tadi ia tunjuk.

"Maaf menganggu. Anak saya nunjuk ke kalian terus sambil nangis, jadi saya bawa kesini," Wanita muda bercadar itu berbicara dengan lembut.
"Oh, benarkah?! Suatu kebanggaan kalau begitu! Mari duduk dulu," Wanita muda itu duduk didekat Ennes.

"Perkenalkan, nama saya Aya. Ini anak saya, Humaira."
"Oh. Saya Ennes, dan ini suami saya, namanya Rizky." Ucap Ennes.
"Suami?! Kalian nikah muda?!"
"Ahh...tidak juga... Sudah hampir masuk umur pas nikah kok," Sahut Rizky.

"Oh, maaf. Soalnya, saya melihat nona Ennes seperti anak SMA, dan tuan Rizky anak kuliahan semester awal. Maaf."
"Tidak apa-apa kok, kak. Tidak apa-apa kan jika saya memanggil anda kakak?"
"Boleh dong!"

"Boleh saya minta tolong?"
"Apa, kak?"
"Tolong pegangin Rara dulu ya? Saya harus temui abinya yang sedang membayar di kasir," Aya memberikan Rara ke gendongan Ennes.
"Aduh! Susah juga ya," Ennes merapikan letak tangannya yang sedikit teledor saat menggendong Rara. Rizky membantunya.

"Mirip gak?" Ennes mendekatkan wajahnya dengan Rara kepada Rizky, membuat Rizky tertawa. Tak urung malah membuat Ennes dan Rara juga tertawa.

"Aku abadikan dulu ya!" Rizky mengambil kameranya di tas yang ia bawa dan memotret Ennes dan Rara.
"1...2...3..."
Jpret!

Satu foto berhasil. Rizky melihat hasilnya yang sangat bagus.
"Bagus tidak?" Rizky memperlihatkan nya pada Ennes.
"Wah, keren!"
"Ayo lagi!" Rizky mengambil foto Ennes dan Rara.

"Terima kasih ya, nona Ennes, tuan Rizky." Ujar Farhan, abi dari Rara dan suami dari Aya.
"Iya, sama-sama." Ennes memberikan Rara pada Aya.
"Dah!"
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam..."

"Maaf tuan, nyonya saya terlambat. Tadi sempat ada masalah," Ujar pelayan yang tadi sembari menyajikan makanan Ennes dan Rizky.

"Tidak apa-apa kok. Terima kasih,"
"Iya tuan. Mari tuan, nyonya,"
"Iya,"

"Imut banget ya, kak si Rara! Di jamin, Rara bisa jadi selebgram nanti."
"Iya, iya. Makan gih! Keburu dingin."
"Iyaaa..."

Tbc

Vomen, kritik, and saran jangan lupa! Semoga puas yaa!

Bye!

Salam author,
AnnisaTauhid

Salam hangat,
Rizky-Ennes

Mencintaimu dalam DiamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora