18. Bye, Papah...

2.4K 53 0
                                    

Maaf ya baru bisa post sekarang...terus cuma satu chapter 😞 Makasih udah nunggu Rizky-Ennes-Umar ya!

Selamat membaca!

1 tahun kemudian,
Ennes meraba tempat di sebelahnya. Kosong. Ia langsung duduk sambil menatap ke sekeliling kamar.
"Kak Iky mana?" Gumamnya. Ia menyingkap selimut dan turun dari kasur. Ini masih pukul 4 dan Rizky tidak ada di tempatnya.

Ennes keluar dari kamar dan mencari di kamar Umar. Tapi ayah satu putra itu tidak ada disana. Tak menyerah, Ennes menuju ke dapur, ke mushola di rumah mereka, tapi Rizky tetap tidak terlihat.

"Kak..." Panggil nya pelan. Takut saja membuat Umar terbangun.
"Kak Iky kemana sih?" Ennes menuju ke tempat yang menurutnya menjadi tempat terakhir pencariannya. Dan benar saja, pria tampan itu tengah berdiri disana dengan kedua tangan di masukkan kedalam saku celana joger hitamnya.

Ennes tersenyum. Dengan perlahan, Ennes melangkah mendekati pria itu dan melingkarkan lengan mungilnya di pinggang pria itu. Memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung pria itu.
"Ennes?" Lirih Rizky sambil menyentuh lengan Ennes yang melingkar di pinggangnya.

"Papah ngapain disini? Gak dingin, hm?" Tanya Ennes lembut sambil melepaskan lengannya dan berdiri di depan Rizky.
"Kamu juga ngapain disini, hm?" Rizky mengusap pipi Ennes dengan lembut.
"Ennes cariin kakak, soalnya tadi gak ada di kamar. Dicariin ternyata ada disini. Kakak ada masalah?"
"Gak ada, sayang. Cuma kepikiran sama bahan presentasi besok aja. Besok kakak harus ke Bandung buat meeting penting." Rizky mengusap kepala Ennes dengan sayang.
"Pergi? Kakak mau ke luar kota dan baru bilang sama Ennes sekarang?"
"Maaf ya, kakak pengen kasih tau tadi malam, tapi istri cantik kakak ini seperti sudah lelah sekali, jadi kakak tidak jadi mengatakannya."
"Kakak pasti belum siap-siap? Ennes siapin ya sambil nunggu sholat subuh."
"Yaudah, yuk turun!" Ennes dan Rizky segera menuju ke kamar mereka.

💞💞💞
"Kakak berangkat ya sayang, bakpau-nya papah, sipitnya papah." Rizky mencium gemas wajah tembem Umar hingga membuat balita gembul itu tertawa kegelian dan berceloteh tidak jelas.
"Sayang, kakak berangkat ya," Rizky mencium kening Ennes.
"Iya, kak. Hati-hati ya. Jangan lupa makan dan istirahat. Gak ada yang ketinggalan kan?"
"Tidak ada. Terima kasih ya. I love you, sayang."
"Love you too, sayang." Ennes mengusap pipi Rizky.

"Bye, bye papah!" Ennes melambaikan tangan Umar kepada Rizky.
"Bye!"

Ennes masuk kedalam rumah dan langsung menuju ke dapur.
"Bi Ririn," Panggil Ennes pada ART di rumah mereka.
"Iya, nya?"
"Bi, boleh minta tolong?"
"Boleh dong, nyonya. Mau apa aja pasti bibi buatkan, bibi belikan."
"Hehe...Ennes mau rujak pake bumbu kacang pedas ya bi. Gak tau kenapa pengen banget."
"Nyonya ngidam ya?"
"Ih, bibi ngaco aja. Ya enggaklah, bi. Umar masih kecil banget, masa Ennes hamil lagi?" Ujar Ennes.
"Ya bisa jadi, nya. Nyonya sama tuan lagi subur-suburnya, eh, dedek buat den Umar jadi deh."
"Ah, bibi ngomongnya bisa aja. Ennes tunggu di kamar Umar ya, bi."
"Iya, nya." Ennes menuju ke kamar Umar. Mengajak balita gembul itu bermain.

"Mah...mah..." Celoteh Umar.
"Apa, sayang?"
"Tuuuu..tuuuu..." Umar menunjuk kelantai.
"Iya, iya turun. Pengen banget duduk ya," Ennes mendudukkan dirinya di atas lantai dan mendudukkan Umar di depannya dengan beberapa kotak mainan di depan balita itu. Sesekali Ennes ikut bermain bersama Umar. Tak lama, bi Ririn datang dengan sepiring rujak beserta sambalnya.

Mencintaimu dalam DiamWhere stories live. Discover now