19. Dedek Untuk Umar

2.7K 56 0
                                    

Selamat membaca!

"Hoeekk..hoeekk..." Rizky terbangun ketika mendengar suara seseorang dari kamar mandi.
"Ennes?!" Rizky yakin, bahwa orang yang di dalam kamar mandi adalah istrinya, ia segera menyingkap selimut, turun dari kasur dan masuk kedalam kamar mandi.

"Ennes!"
"Hoeekk...hoeekk.." Dengan cekatak Rizky memijat tengkuk Ennes dan membantu wanita itu setelah dia selesai mengeluarkan isi perutnya.
"Kamu kenapa, sayang? Sakit? Pusing gak?" Tanya Rizky khawatir sambil menyentuh kening Ennes.
"Badan Ennes lemes, kak..." Dengan segera Rizky mengangkat Ennes dan membawanya keluar dari kamar mandi lalu membaringkan wanita itu di atas kasur.

"Ada yang sakit gak, yang? Pusing atau sakit gitu? Jangan bikin aku cemas deh," Ujar Rizky sambil menyentuh pipi Ennes.
"Boleh Ennes minta tolong? Kak Iky ambilin amplop putih di laci nakas ya?" Rizky membuka laci nakas dan mencari sebuah amplop putih di sana.
"Ini?" Rizky menunjukkan sebuah amplop putih pada Ennes. Ennes tersenyum dan mengangguk, lalu dia berkata, "Buka deh." Karena penasaran, Rizky membuka amplop tersebut.

"Ini?" Rizky menatap kedua benda berbeda tersebut dengan syok. Ennes langsung memeluk Rizky dengan erat dan membisikkan sesuatu di telinga pria itu.
"Aku positif hamil lagi, sayang. Selamat, kakak bakal jadi papah lagi." Rizky membalas pelukan Ennes dan mengucap syukur atas nikmat yang ia rasakan. Nikmat mana lagi yang dirasakan seorang pria yang telah menikah selain mendapat berita bahwa istrinya hamil? Rizky bahagia. Pria itu bahagia. Bahagia untuk Umar karena sebentar lagi balita itu akan memiliki seorang adik, dan kebahagiaan untuknya dan Ennes. Kenapa? Karena mereka bisa memberikan adik untuk Umar. Sudah cukup mereka merasakan hidup sendiri tanpa saudara, dan itu tidak menyenangkan.

"Umar pasti senang sekali mendengarnya." Ujar Rizky sambil mengurai pelukan mereka. Ennes mengangguk sambil menatap Rizky.
"Terima kasih, sayangku. Kau sudah menerimaku apa adanya selama ini. Dengan ikhlas menjadi istriku untuk selamanya dan menjadi ibu terbaik untuk anak-anakku. Maafkan aku karena pernah mengabaikanmu, tapi kau harus tau, bahwa aku akan selalu mencintaimu." Rizky mengecup kening Ennes dengan lembut. Ennes mengusap bahu Rizky dengan pelan.

"Boleh aku mengunjungi adiknya Umar malam ini?"

🍀🍀🍀
Ennes mengusap rambut Rizky. Wangi shampo pria itu benar-benar menenangkan. Ennes memberikan kecupan-kecupan kecil di kening lebar Rizky. Pria itu hanya mengerang pelan, tapi pria itu tidak terbangun dari tidur lelapnya. Waktu menunjukkan pukul 3:10, masih ada waktu sekitar 2 jam-an untuk menunggu Rizky terbangun.

"Sayang..." Rizky melingkarkan lengannya di pinggang ramping Ennes. Membuat wanita itu tersenyum. Ennes terus mengusap pipi Rizky yang terlihat chubby. Tapi pria itu tidak terbangun saking lelapnya ia tertidur. Maklum, Rizky sering pulang malam beberapa hari ini karena pekerjaan kantor. Walaupun jabatannya sebagai CEO atau boss pemilik suatu perusahaan, tapi tidak membuat pria itu bisa bersantai dengan banyak waktu seperti dulu.

"Empuk." Gumam Rizky saat kepalanya dengan nyaman bersandar di dada Ennes.
"Mesumnya suamiku ini..." Gemas Ennes sambil mengacak rambut belakang Rizky dan mencium kening pria itu lama. Membuat Rizky terbangun dari tidurnya.
"Nanti aja bangun nya kalau masih capek, sayang." Ujar Ennes sambil tersenyum. Rizky menggeleng, membuat Ennes tertawa geli.
"Kenapa ketawa?"
"Geli tau. Jangan di usel-usel."
"Biarin." Rizky semakin gencar melalukan aksinya hingga membuat Ennes terus menggelinjang kegelian.

"Boleh ya?"

🌹🌹🌹
"Wa'alaikumsalam," Ennes terkejut saat ia membuka pintu rumahnya ketika sebelumnya ada yang mengetuk pintu tersebut.
"Kalian?!"
"Ennes selamat!!" Lily, Tania, Bella, Sella, Farah, Riyah, dan Keyla menubruknya dengan pelukan yang sangat erat. Ennes diam. Dia masih syok dengan kehadiran mereka dan kembali di kejutkan dengan pelukan yang mereka lakukan secara tiba-tiba.

Mencintaimu dalam DiamOù les histoires vivent. Découvrez maintenant