12. Kelahiran

3.3K 75 3
                                    

Selamat membaca!!

"Kak Iky....sakit, kak..." Ennes memegangi perutnya yang membuncit. Usia kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan. Dan kata dokter, hanya tinggal menghitung beberapa hari saja lagi ia akan melahirkan. Tapi, rasa sakit sudah mulai menyerangnya saat Rizky akan berangkat ke kantor.

"Ya Allah, Ennes!" Rizky melepas tas kerjanya. Ia segera mengangkat Ennes kedalam mobilnya dan lekas melaju ke rumah sakit.

"Baca istigfar ya, sayang..." Rizky menggenggam tangan Ennes.
"Astagfirullah... Astagfirullah... Astagfirullah... Ya Allah..." Ennes terus membaca doa nabi Yunus selama perjalanan. Rizky benar-benar seperti merasakan sakit yang Ennes rasakan.
"Kumohon, bantu istriku ya Allah.. Kurangi rasa sakit yang ia rasakan..."

Sesampainya di rumah sakit, Ennes langsung di bawa ke ruang persalinan.

"Ini masih pembukaan kedua, pak. Masih butuh waktu berjam-jam untuk bisa kontraksi yang terakhir..." Ucap sang dokter.
"Kamu sanggup, sayang? Demi anak kita? Demi aku?"
"Insya...Allah...Ennes sanggup, kak...." Ennes tersenyum dan mengusap pipi Rizky.
"Kita berjuang sama-sama untuk anak kita ya, sayang? Kakak disini selalu bersamamu. Terus bertasbih dan sebut nama Allah ya?" Rizky mengusap kepala Ennes. Ennes mengangguk. Dokter dan suster yang ada disana begitu terharu menyaksikan keduanya yang begitu romantis di saat-saat genting seperti ini.

Sekitar ba'da ashar, Ennes baru bisa mengalami kontraksi terakhir dan langsung melakukan proses persalinan.

Setelah ba'da magrib anak Rizky dan Ennes baru bisa keluar kedunia.
"OOEKK..OOEKK..."
Ennes memejamkan matanya.
"Ennes..." Panggil Rizky.

"Kak...dimana anak kita..."
"Sabar ya sayang, dia masih harus di bersihkan.." Ennes memejamkan matanya. Nafasnya masih kurang teratur.

"Ini, pak, anaknya." Ujar dokter wanita yang menangani Ennes dan memberikan seorang bayi laki-laki pada Rizky.
"Kakak azankan dulu ya?" Ennes mengangguk. Rizky mengazankan anaknya dengan khusu' hingga airmata menetes.

"Sebutkan namanya, pak," Ujar dokter tadi.
"Umar Rizky Alexander."

"Silahkan, bu, berikan asi pertamanya," Umar di berikan ke gendongan Ennes.
"Umar...anak mamah..." Airmata Ennes kembali menetes. Ia mengecup kening Umar sebelum ia mengarahkan Umar untuk meminum asi pertamanya.

"Ennes!" Shinta, Eva, Salman, dan Budi masuk dengan heboh. Hingga orang-orang yang ada didalam ruangan Ennes terkejut.

"Mama, papa? Ayah, bunda?!"
"Ya Allah! Gimana keadaan kamu, nak?" Eva dan Shinta menghampiri Ennes yang masih menyusui Umar.
"Alhamdulillah, ma, bun...Ennes dan Umar baik..." Jawab Ennes sambil tersenyum.
"Alhamdulillah..."

"Siapa namanya, Ky?" Tanya Salman.
"Umar Rizky Alexander."
"Alhamdulillah...InsyaAllah dia bisa menjadi anak yang baik untuk keluarga kita. Aminn.."
"Amin, yah, pa..."

❤❤❤
3 hari kemudian, Ennes sudah diperbolehkan untuk pulang.
"Selamat datang di rumah baru kita!" Rizky membuka mata Ennes yang ia tutup dengan kedua tangannya. Ennes tercengang melihat sebuah rumah berukuran sedang dengan dekorasi mewah terpampang di depannya.

"Ini..."
"Iya, ini rumah baru kita. Sekarang kita tidak akan lagi tinggal di apartemen."
"Jadi? Apartemen gimana?"
"Kita masuk dulu deh, kasihan nih Umar." Rizky membawa Ennes masuk kedalam rumah baru mereka.
"Ayo duduk!" Rizky mendudukkan Ennes di sofa hitam yang terdapat di ruang tamu.

"Mau minum apa sayang? Nanti kakak yang buatkan," Ujar Rizky.
"Tidak perlu, kak. Ennes tidak haus," Ujar Ennes.
"Dan kakak sebaiknya duduk aja. Kakak pasti lelah sekali mengurus Ennes dan Umar sendiri..." Lanjut Ennes
"Tidak ada kata lelah untuk dua berlian berhargaku, Nes. Sebentar ya," Rizky mengusap kepala Ennes dan segera melesat ke dapur. Ennes tersenyum.

"Papah yang terbaik kan, sayang?"

Tak lama, Rizky kembali dengan secangkir teh hangat.
"Sini Umar-nya, kamu minum." Rizky mengambil alih Umar dari gendongan Ennes.
"Terima kasih, kak," Ujar Ennes. Rizky mengangguk.

Ennes menyeruput teh hangat yang dibawakan oleh Rizky.
"Oeekkk...oeekk..." Umar tiba-tiba menangis dengan keras, mengejutkan kedua insan itu. Rizky segera berdiri dan menimang-nimang anaknya dengan hati-hati.
"Uhh...cup..cup..cup..kenapa sayang? Papah disini, nak..." Ujar Rizky.
"Oeekk...oeekk..." Tapi Umar tetap menangis dengan keras.

"Mungkin dia haus, kak. Sini," Ennes mengambil alih Umar dan segera memberikannya asi. Umar meminumnya dengan lahap. Ennes tersenyum lega sedangkan Rizky bernafas lega.

"Kamu itu ya, nak...gemes papah jadinya!" Rizky mengusap kepala Umar.
"Kan Umar pengen di perhatiin sama papah..." Ujar Ennes dengan suara seperti anak-anak.
"Umar yang mau atau mamah sih?"
"Kak! Apaan deh!" Ennes memukul paha Rizky. Rizky bukannya kesakitan, ia malah tertawa dengan keras.
"Apaan sih kamu, kak! Jangan bikin Umar takut deh! Mandi dulu sana, baru pegang-pegang Umar lagi! Sana!"
"Oke, oke! Bye, bye sayang...." Rizky memberikan kecupan singkat pada pipi kanan Ennes.

"Kakak!"
"Maaf!"

Tbc
Maaf ya kalau kependekan, soalnya author lagi agak sedikit kacau, jadi cuma bisa ini yang author kasih. Maaf kalau masih ada typo...

Salam,
AnnisaTauhid

Salam,
Rizky-Ennes

Mencintaimu dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang