10. Buncit

3.9K 88 0
                                    

Selamat membaca!

"Dingin..." Ennes terbangun saat mendengar Rizky menggumam. Dengan pelan Ennes melepas pelukan Rizky dan mengecek keadaan Rizky.

"Panas sekali!" Ennes turun dari kasur, dan mengambil air untuk mengompres.
"Dingin..." Gumam Rizky lagi. Ennes segera meletakkan handuk yang sudah dicelupkan di air hangat dan di peras.
"Iya, kak. Tidur aja," Ennes mengusap rambut Rizky yang jatuh di keningnya.

"Nes..." Rizky membuka matanya.
"Tidur, sayang..." Ennes tersenyum.
"Maafin kakak ya, sayang...hatchiss!"
"Sudah, tidak apa-apa. Kakak tidur aja," Ennes menyentil puncak hidung mancung Rizky yang memerah.
"Nesss..."
"Iya, iya, sayang... Tidur aja kak,"
"Kamu juga dong, Nes! Nanti kamu kelelahan. Jagoan kita juga ikut,"
"Iya, Ennes tidur juga. Ennes minta kakak peluk, boleh?" Ennes berbaring di samping Rizky.
"Nanti kamu tertular, sayang!"
"Jagoan loh yang mau! Gimana?" Ennes tersenyum.
"Yaudah, sini!" Rizky meraih Ennes ke pelukannya. Ia kecup puncak kepala Ennes berulang.
"Malam, kak."
"Malam juga, sayang."

❤❤❤
3 bulan kemudian,
"Kakak bangun..." Ennes mengguncang lengan Rizky. Sejak 10 menit lalu, ia membangunkan Rizky tapi Rizky semakin bergelut dengan selimutnya.
"Kakak mengantuk, Nes..."
"Iya...tapi kakak tidak ke kantor? Kakak udah telat tau! Kak!" Panggil Ennes lagi. Rizky membuka matanya.

"Kakak cuti, Nes..." Rizky menyelipkan beberapa helai rambut Ennes kebelakang telinganya.
"Kenapa cuti?"
"Kakak cuti salah. Kerja salah. Kamu mau kakak gimana, Nes?" Tanya Rizky lembut.
"Jujur Ennes mau kakak di rumah terus... Ennes kangen kakak..." Ennes menyandarkan kepalanya di dada Rizky.
"Ya udah, kakak cuti. Dilarang ya kangen-kangenan sama istri dan anak sendiri? Hm?" Rizky mengusap kepala Ennes. Ennes menggeleng.

"Ehm, Nes,"
"Hm?"
"Kakak mau ajak kamu jalan-jalan, mau?"
"Iya?!" Ennes bangkit dari dada Rizky.
"Iya, sayang..."
"Mau dong!"
"Ya udah, kita sarapan dulu. Setelah itu, kita jalan. Oke?"
"Oke!"

❤❤❤
"Kakak ajak Ennes ketaman?" Tanya Ennes.
"Iya. Kenapa? Tidak suka? Kita bisa pergi ketempat lain,"
"Ennes suka, kak. Ennes hanya bahagia. Ini impian Ennes." Ennes menatap beberapa pasangan yang tengah berduaan di tama tersebut.

"Mau jalan-jalan dulu? Sambil olahraga biar kuat kakinya?" Rizky menyodorkan tangan kanannya.
"Boleh," Ennes menyambutnya dan menyandarkan kepalanya di lengan Rizky.

"So sweet ya, kak? Mereka peluk-pelukan!" Ucap Ennes sambil menatap sepasang kekasih yang tengah berpelukan di kursi taman.
"Mereka pasti udah nikah seperti kita. Lihat saja istrinya, hijabnya panjang seperti dirimu." Ucap Rizky.
"Iya..."

Ennes dan Rizky masih jalan bersama berkeliling taman tersebut.
"Kak, Ennes capek..."
"Ennes mau duduk? Ayo sini," Rizky menarik Ennes untuk duduk di salah satu kursi taman yang kosong.

"Ennes mau itu, kak..." Ennes menunjuk penjual es krim yang ada disana.
"Es krim? Kakak belikan. Mau rasa apa?"
"Vanilla."
"Yaudah Ennes tunggu disini ya?"
"Iya. Hati-hati kakak!" Rizky tersenyum. Ia menghampiri penjual es krim tersebut dan memesan es krim vanilla.

Saat menunggu giliran, seorang pria datang menghampiri penjual es krim yang sama dengan Rizky dan memesan satu es krim.

"Sama siapa, mas?" Tanya pria tampan itu pada Rizky.
"Oh, sama istri, mas. Mas sendiri?"
"Sama, mas. Hehe. Istri ngidam soalnya."
"Sama dong, mas."
"Mas yang pesan rasa coklat, tinggal rasa vanilla saja. Mau?"
"Saya ambil aja deh, pak, vanilla." Ucap pria itu.
"Tunggu ya, mas."

"Oiya, nama mas siapa?" Tanya Rizky.
"Nama saya Reyhan. Mas sendiri?"
"Saya Rizky,"

"Ini, mas," Penjual tadi memberikan satu cup es krim vanilla pada Rizky.
"Terima kasih, pak. Saya beli. Ini uangnya," Rizky memberikan satu lembar uang lima ribuan pada penjual itu.
"Terima kasih kembali, mas. Saya jual. Saya terima mas uangnya,"

"Saya duluan ya, mas Reyhan,"
"Iya, mas Rizky," Rizky berbalik menuju tempat Ennes. Tapi kening nya berkerut saat melihat Ennes tengah duduk berdua dengan seorang wanita cantik berhijab panjang.

"Nes,"
"Sal,"
Rizky dan seseorang bersamaan memanggil kedua wanita cantik itu. Rizky menatap orang itu.
"Mas Reyhan? Ada apa?" Tanya Rizky heran pada Reyhan.
"Kak Iky," Rizky menatap Ennes.

"Ini suami saya, Sal, Rizky namanya." Ucap Ennes pada wanita berhijab hitam di sampingnya.
"Oh. Assalamu'alaikum, mas Rizky."
"Wa'alaikumsalam." Balas Rizky.
"Ini istri saya, mas Rizky. Namanya Salsa." Ujar Reyhan.

"Kak, es krimnya mana?" Tanya Ennes.
"Ini, sayang." Rizky memberikan satu cup es krim tadi.

"Mas, rasa coklat kan?"
"Maafin mas ya, tinggal vanilla aja," Reyhan memberikan satu cup es krim tadi.
"Yaudah, tidak apa-apa. Terima kasih, mas." Salsa tersenyum pada Reyhan.

"Mas Rizky kerja apa, ya?" Tanya Salsa tiba-tiba.
"Alhamdulillah, CEO di Alexander Group." Ucap Rizky tanpa ada rasa sombong.
"Wah! CEO!"
"Kalau mas Reyhan sendiri kerja apa?" Tanya Ennes.
"Ah, sama juga. Hehe... Di Haidar Group."

"Haidar Group?!"
"Iya. Kenapa, mas?" Tanya Reyhan bingung.
"Haidar Group yang terkenal sampai se Asia Tenggara itu kan?"
"Ahaha...biasa aja, mas."

Rizky-Ennes dan Reyhan-Salsa asik mengobrol hingga lupa waktu.
"Mas, pulang yuk...Caca capek..." Rengek Salsa pada Reyhan.
"Iya, sayang. Kita pulang."
"Kami duluan ya, assalamu'alaikum."
"Iya, wa'alaikumsalam." Balas Ennes dan Rizky.

"Ennes mau pulang juga?"
"Ennes mau belanja, kak. Boleh?"
"Nanti malam aja ya, sayang? Kamu istirahat dulu,"
"Yaudah..."

❤❤❤
Malamnya, Rizky membawa Ennes berbelanja di salah satu mall terkenal.
"Mau belanja apa, sayang?"
"Mau beli gamis aja, kak. Baju Ennes mulai sempit."
"Ohh,"

Rizky dan Ennes masuk kedalam salah satu toko khusus pakaian muslimah wanita. Ennes mulai sibuk mencari gamis yang ia suka.
"Ennes pilih dulu, ya? Kakak tinggal sebentar,"
"Lama tidak?"
"Tidak, sayang. Kakak tinggal ya,"
"Yaudah,"

Rizky berjalan menuju barisan penjual hijab-hijab panjang dan cadar.
"Ada yang bisa saya bantu, mas?" Tanya seorang pramuniaga.
"Ah, saya pesan lima lembar hijab panjang sama cadar ya, mbak. Warna hijab dan cadarnya terserah saja. Nanti saya bayar bersamaan dengan wanita itu ya?" Tunjuk Rizky pada Ennes.

"Iya, mas. Di tunggu ya?"
"Terima kasih, mbak."
Rizky menghampiri Ennes.
"Udah, sayang?"
"Ennes bingung, kak. Bagusnya warna hijau toska atau hijau muda?"
"Ambil dua-duanya aja, sayang."
"Boleh?"
"Ya Allah! Boleh dong, sayangku! Ambil yang kamu suka." Rizky mengusap kepala Ennes.
"Terima kasih, kak."
"Ada balasannya dong! Kakak tagih loh di rumah!"
"Oke deh!"

❤❤❤
Sesampainya di rumah, Rizky dan Ennes segera berganti pakaian dan bersiap tidur.
"Kakak beli apa tadi?" Tanya Ennes sambil mendudukkan dirinya di samping Rizky.
"Nih, buat kamu." Rizky meletakkan paper bag di pangkuan Ennes.
"Buat Ennes?!"
"Iyaaa.."

Ennes membuka paper bag tersebut.
"Kerudung?! Cadar?! Cantiknya!"
"Ennes suka?"
"Ennes suka! Terima kasih, kak!" Ennes memeluk Rizky dengan erat.
"Sama-sama sayang. Ayo, kakak minta balasannya sekarang!" Rizky melepas pelukannya.

"Kakak mau apa?" Ennes meletakkan paper bag tadi di nakas.
"Kelonin!"
"Boleh dong. Ayo, ayo!" Ennes menumpu tubuhnya dengan tangannya yang di tekuk di atas kasur dan mengusap rambut Rizky.

"Jangan gitu, sayang!"
"Maunya gimana?"
"Gini," Rizky menarik tangan Ennes untuk menyusup di bawah lehernya dan memeluk bahu Rizky -walau tidak sepenuhnya- lalu tangan satunya untuk mengusap-ngusap pipi Rizky.

"Manja banget!" Ennes mencium kening Rizky.
"Malam, kakak sayang."
"Malam juga, Ennes sayang."

Tbc

Halo! Author balik lagi dengan chapter baru! Hehe! Jangan lupa untuk vomennya ya!

Salam,
AnnisaTauhid

Salam hangat,
Rizky-Ennes

Mencintaimu dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang