23. Ada Apa?

1.8K 47 0
                                    

Selamat membaca!

Sehabis dari sekolah, Umar kembali ke rumah sakit. Dan ketika sampai di ruangan Adira, Umar melihat banyak perawat yang ada di sana. Dan satu orang suster terlihat akan masuk kedalam juga.

"Ada apa ini, suster?!" Tanya Umar pada suster tersebut.

"Pasien sadar dan tiba-tiba menangis histeris. Kami para suster sudah berusaha, tapi pasien tidak bisa berhenti. Saya harus segera masuk untuk memberikan suntikan penenang ini."

"Saya saja, sus. Saya yang akan menenangkan pasien. Pasien istri sah saya."

"Tapi, mas..."

"Tidak apa-apa, sus."

Umar pun bersama suster yang tadi masuk ke dalam ruangan Adira. Beberapa suster memegangi tangan Adira.

"Kalian tinggalkan saja saya bersama pasien ini. Saya yang akan menenangkannya."

"Tapi, mas, pasien ini...."

"Tidak apa-apa. Saya akan menenangkannya."

Akhirnya, para suster pergi dari ruangan Adira. Umar memeluk Adira dengan erat. Adira histeris. Ia memukul punggung dan dada Umar dengan kuat.

"Jangan sentuh aku! Pergi! Pergilah!"

"Ini aku Umar, Adira. Kakaknya Arsy, sahabatmu." Bisik Umar pelan. Adira seketika diam tak bersuara.

"Umar... Arsy... Umar...Arsy...." Lirih Adira. Umar melepas pelukannya. Ia menatap mata Adira yang kosong. Ia hapus air mata yang membasahi pipi gadis cantik tersebut.

"Kak Umar?" Gumam Adira pelan ketika matanya menatap kearah Umar. Umar mengangguk.

"Iya, ini aku, Umar."

"Tolong aku, kak!" Adira langsung memeluk Umar dengan sangat erat. "Tolong! Kak Sara dan teman-temannya...akan membunuhku...tolong...." Isakan Adira begitu menyedihkan di telinga Umar. Umar mengusap punggung Adira hingga gadis itu terlelap dengan nyaman di pelukannya.

Umar membaringkan Adira lalu mencium kening gadis itu.
"Cepat sembuh, Adira."

😘😘😘

Keesokannya, Umar mengikuti ulangan kelulusan hari kedua. Dan dia, sudah menemukan beberapa korban Sara dkk. melalui Arsy.

Flashback

"Gimana, bang? Yang Arsy tau, korban kak Sara itu cuma Adira."

"Coba deh, kamu tanyain sama teman-temanmu yang paling suka gosip di kelas. Bisa aja dari mereka mengetahui korban-korban Sara."

"Oiya! Abang bener juga! Sebentar deh, aku chat mereka dulu."

Umar menyeruput kopinya dengan perlahan. Ia dongakkan kepalanya lalu menghembuskan nafasnya. Arsy menatap Umar dengan tatapan prihatin.

"Abang pasti capek banget kan jagain Adira?" Ujar Arsy sendu. Umar menatap Arsy lalu mengusap kepala Arsy dengan lembut.

"Itu kewajiban abang, dek, sebagai seorang suami. Lakukan sesuatu itu harus dengan niat dan keikhlasan, insyaAllah, Allah akan beri kemudahan."

Mencintaimu dalam DiamWhere stories live. Discover now