24. Kejujuran atau Kebohongan

2.1K 55 1
                                    

Selamat membaca!

"Assalamu'alaikum," Salam Umar dan Arsy sembari memasuki ruangan Adira.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Adira dan Ennes bersamaan.

"Nih, bubur lo." Ujar Umar sembari menyodorkan bungkusan plastik pada Adira. Tapi Ennes yang menerimanya.

"Mamah masukkan kesini, nanti Umar yang suapin kamu ya?" Ujar Ennes sembari menyiapkan bubur Adira.

"Loh? Kenapa kak Umar? Mamah mau pulang?" Tanya Adira.

"Iya, mamah sama Arsy mau pulang dulu. Kamu sama Umar dulu ya?" Ennes mencium puncak kepala Adira lalu Adira mencium punggung tangan Ennes.

"Bang, jagain Adira ya! Dia tanggung jawab kamu sekarang." Ennes mencium kening Umar. Umar mengangguk lalu meraih tangan Ennes untuk ia cium.

"Hati-hati, mah. Dek, bawa motornya hati-hati aja ya!"

"Iya, abang! Gue pulang ya, Ra! Baik-baik sama abang gue!" Adira memelototi Arsy dan hanya di jawab cengiran khas gadis itu.

Sehabis kepulangan Ennes dan Arsy,
"Kak, kata mamah, aku harus nanya masalah cincin ini sama kakak. Ini cincin apa dan punya siapa sih? Kok bisa sama aku?" Tanya Adira sembari menatap cincin di jarinya.

"Menurut lo, kalau itu ada di tubuh lo, punya siapa?"

"Punyaku. Tapi, seingatku aku gak punya cincin. Apalagi ini kelihatannya mahal banget."

"Lo mau jujur apa bohong?" Tanya Umar sembari menatap mata Adira intens. Adira mengalihkan pandangannya.

"Liat gue kalau gue ngomong sama lo." Ucap Umar dingin.

"Kita bukan muhrim, kak. Dilarang buat saling tatap-tatapan."

"Kata siapa kita bukan muhrim? Dapat pemikiran begitu dari siapa?" Adira lantas menatap Umar dengan terkejut.

"Kak, jangan bilang kalau...."

"Kalau apa?"

"Kakak sama aku....."

"Lo sama gue dah nikah. Tuh cincin dari gue. Gue yang beli sendiri pake duit gue."

"Tapi, kok bisa? Aku...maksudku...."

"Lo dengerin gue ya!" Adira mengangguk paham. Umar pun menjelaskan semuanya. Dan reaksi Adira membuat Umar terkejut. Gadis menangis dengan keras. Air matanya mengalir dengan deras.

"Kenapa kakak nikahin aku kalau cuma untuk jagain aku? Kalau aku sudah sembuh, kakak bakal ceraikan ak...." Umar lantas menjentikkan jarinya di kening Adira, membuat gadis itu langsung mengusap keningnya yang memerah.

"Masih kecil. Jangan bicara cerai, cerai! Lo sama gue itu baru juga nikah, udah cerai aja. Sekarang, lo harus fokus sembuh. Setelah itu, lo harus tinggal sama gue. Gue sudah ngurus kepindahan lo dari panti."

"Kak, bisa pake aku-kamu aja? Risih pake lo-gue. Kakak sekarang suami aku." Ujar Adira sembari menghapus air matanya. Umar menghembuskan nafasnya.

"Sekarang, kamu makan. Saya suapin kamu." Umar mengambil semangkuk bubur lalu duduk di pinggir brankar.

"Kenapa 'saya' lagi, kak?" Tanya Adira.

"Biar saja. Saya lebih enak begini. Sekarang, makan." Umar menyuapi Adira.

"Dira makan sendiri aja, kak."

"Kamu belum pulih, saya saja."

😷😷😷

Tiga hari kemudian, Adira sudah di perbolehkan pulang. Dan Umar langsung membawa Adira ke apartemennya.

Umar menempelkan kartu kamarnya lalu mendorong pintu. Adira menatap kagum pada isi kamar Umar yang terlihat sangat besar dan mewah.

Mencintaimu dalam DiamWhere stories live. Discover now