26. Cemburu

2.2K 51 0
                                    

Selamat membaca!

Adira membuat sarapan di pagi hari, seperti biasa. Ia memotong beberapa sosis yang akan ia campur dengan telur dan juga nasi. Wanginya tercium hingga ke segala penjuru, tapi tidak membangunkan sesosok makhluk bernama pria yang ada di sebuah kamar dengan selimut tebal yang membungkusnya. Matanya masih terpejam rapat, dan nafasnya teratur.

Adira membuka pintu kamar lalu menatap pria yang masih terlelap di atas kasur. Ia masuk kedalam kamar lalu menutup pintunya.

"Kak Umar...." Adira mengusap rambut Umar yang tebal. Umar tidak bergeming, ia masih juga tidur.

"Kak, ayo bangun, setelah itu mandi. Hari ini hari pertama kakak kuliah kan?" Umar terbangun. Ia menatap Adira sebentar lalu mengecup pipi Adira.

"Terima kasih sudah membangunkanku. Siapkan pakaianku dan semuanya, ya?" Umar mengusap kepala Adira. Adira mengangguk.

😘😘😘

Umar menghentikan motor besarnya di depan gerbang sekolah. Adira turun dari motor Umar. Ia menahan tangan Umar yang akan membuka kaca helm yang di kenakan nya.

"Jangan di buka! Nanti semua orang tau kalau Dira diantar idola sekolah dulu." Ujar Adira. Umar tertawa. Ia melepaskan tangan Adira lalu membuka kaca helm-nya.

"Biar saja. Sekali-sekali pamer lah. Selama ini, orang-orang memandangmu rendah, sekarang, lihat reaksi mereka." Umar menatap kearah beberapa siswi yang menatap mereka dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Nanti Dira jawab apa, kak?"
"Jawab aja kamu pacarku. Iya kan? Pacar halalku. Sudah, aku berangkat ya? Assalamu'alaikum," Adira mencium punggung tangan Umar sambil membalas salam Umar. Lalu Umar mencium kening Adira.

"Kalau aku bisa jemput, aku akan menghubungimu. Katakan kapan kau pulang."

"Dira pulang mungkin nanti, sekitar pukul sebelas. Sekarang kakak berangkat sana! Nanti terlambat."
"Oke, bye!"

Adira segera menuju ke kelasnya. Di sepanjang jalan, semua orang menatapnya. Ia risih, tapi ia acuhkan. Ia terus berjalan menuju kelasnya.

"Kakak ipar!" Arsy langsung memeluk Adira dengan erat.
"Ih, Arsy! Nanti ada yang tau!" Ujar Adira. Arsy tertawa lalu menepuk dahinya.
"Oiya, dasar Arsy bodoh. Maaf ya!"

"DIMANA ADIRA?!!" Semua yang ada di kelas Adira menatap kedatangan seseorang.
"Misyel?!"

"Lo apaan sih, Syel? Baru juga datang, langsung teriak-teriak. Lo kira sekolah punya lo!" Sahut salah satu teman satu kelas Adira dan Arsy.
"Diam lo! Heh cewek gatel!" Misyel menghampiri Adira.

"Arggh!" Adira menyentuh kepalanya yang terasa sakit karena Misyel menarik kerudung panjangnya.
"Lo jangan kegatelan deh deket-dekey kak Umar! Gue gak perduli lo pacar kak Umar, pokoknya dia punya gue!" Teriak Misyel kesal. Semua mata menatap kearah mereka.

"Sakit...Syel, lepasin..." Mohon Adira. Air mata sudah menggenang di kedua matanya.
"Misyel! Gila ya lo! Lepasin Dira!" Arsy menyentak tangan Misyel lalu memeluk Adira. Gadis itu sudah terisak pelan.

"Lo jaga deh sahabat lo ini! Lo juga, kenapa percaya aja sama cewek ini! Dia gak sebaik yang lo kira! Dia bisa aja ngekhianatin kakak lo Umar!" Ujar Misyel kesal.

"Gue percaya Adira daripada lo! Lo siapa yang berani ngomong sembarangan tentang sahabat gue! Mending lo ngaca deh, Dira bahkan lebih baik dari lo, jalang!" Arsy tersenyum sinis.

"Jaga ya ucapan lo!" Bentak Misyel.
"Apa?! Jalan kok sama om-om, mau banget. Dasar kurang belaian! Miskin banget sih lo sampai mau jalan sama om-om perut buncit. Hahaha!" Arsy tertawa puas. Wajah Misyel memucat.

Mencintaimu dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang