22. Umar dan Arsy

2K 48 0
                                    

Selamat membaca!

16 tahun kemudian,
"Ma..maaf, kak..." Terlihat seorang gadis cantik yang terlihat ketakutan di antara gadis-gadis di depannya. Wajahnya yang putih sudah tidak terbentuk lagi karena memar dan darah tercetak jelas dimana-mana.

"Makanya! Lo kalau jadi cewek jangan ganjen banget deh! Pake deketin Umar segala. Lo gak punya pesona kayak gue! Lo gak akan bisa dapetin Umar!" Bentak salah satu gadis yang berdiri di hadapannya.

"Ta..tapi, kak...saya benar-benar tidak..."

Plak!

"Arghh!" Gadis cantik itu menyentuh pipinya yang memerah. Darah segar mengalir semakin banyak di sudut bibirnya.

"HENTIKAN!!" Teriakan seseorang membuat semua yang ada di sana menatap kehadirannya. Dan gadis cantik tadi, langsung jatuh tak sadarkan diri.

"Adira!" Seorang gadis lain menangkap tubuh ringkih gadis tadi. Sedangkan pria yang bersamanya, langsung berdiri di hadapan gadis-gadis yang membully gadis cantik tadi.

"Apa yang lo semua lakukan ke dia?" Tanya pria muda itu dengan nada datar.

"U..umar...aku bisa jelasin...."

"Gue tanya apa yang kalian lakukan pada Adira?!" Pria itu mulai emosi. Nada bicaranya mulai meninggi satu oktaf.

"Kami..."

"Abang, kita harus cepat bawa Adira ke rumah sakit! Nadi dia...lemah, bang! Ayo!" Seru gadis yang tadi menangkap tubuh si gadis cantik.

"Urusan gue sama kalian belum selesai. Lo semua tunggu apa yang akan gue lakukan dengan lo semua. Ayo, sayang!" Si pria mengangkat tubuh si gadis cantik dengan gadis lain yang mengekor di belakang.

Umar tak perduli tatapan semua orang padanya dan adiknya, Arsy. Tujuannya, adalah membawa gadis yang ia sayangi ke rumah sakit.

Umar meletakkan Adira di jok belakang bersama Arsy. Sedangkan ia dengan cepat membawa mobil sport nya menuju rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, Adira langsung di tangani oleh pihak rumah sakit. Arsy dan Umar menunggu di ruang tunggu dengan cemas.

Umar mengacak rambut tebalnya dengan kasar. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Abang harus kuat! Adira pasti sembuh." Arsy mengusap punggung ringkih kakaknya. Kakak yang selama ini selalu ada di sisinya. Yang selalu menjaga dan menyayanginya. Kakak yang selalu tegar menghadapi cobaan kini terlihat sangat lemah.

"Abang takut, Arsy..." Umar memeluk Arsy dengan erat. Air matanya jatuh di atas pundak Arsy. Arsy mengusap punggung Umar dengan pelan.

"Abang harus kuat. Arsy yakin Adira pasti kuat. Adira bukan gadis yang selemah itu. Oke?"

Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan tempat Adira di rawat.

"Dokter! Bagaimana..bagaimana keadaan sahabat adik saya?" Tanya Umar tak sabaran.

"Apa nona Adira memiliki keluarga?" Tanya dokter tersebut. Umar menatap Arsy.

"Tidak, dok. Dia sebatang kara disini. Hanya kami yang menjadi keluarga penggantinya." Ujar Arsy. Umar terkejut mendengar penjelasan Arsy.

"Baiklah, sebaiknya, kalian ikut saya. Saya akan menjelaskan sesuatu." Umar dan Arsy saling tatap, lalu mereka mengikuti dokter tersebut.

"Nona Adira mengalami trauma yang sangat berat. Dan sepertinya, memar dan luka di wajahnya tidak sebanding dengan luka di tubuhnya. Saya menemukan banyak sekali luka dan memar di tubuhnya. Tidak hanya ada beberapa, tapi sangat banyak. Luka bakar, luka memar, dan masih banyak luka lainnya. Sebaiknya, nona Adira harus di rawat intensif di sini. Kami akan mengirim tim untuk merawat nona Adira."

Mencintaimu dalam DiamWhere stories live. Discover now