15. Kepergok

2.8K 69 3
                                    

Selamat membaca!

"Kenapa, kak? Kok subuh-subuh udah ramai aja?" Tanya Ennes dengan Umar di gendongan nya.
"Tian sama Bella hilang!"
"Apa?! Kok bisa? Kapan hilangnya?"
"Teman sekamar mereka yang bilang kalau mereka sudah tidak ada saat waktu sholat tahajjud. Ini warga pondok lagi nyari mereka."

"Kita ikut juga nyari yuk kak!"
"Umar sama siapa, sayang? Tidak ada yang akan menjaganya!"
"Ayo sini Umar sama umi aja." Ujar Ridha, istri kyai Ridwan.
"Maaf jadi ngerepotin umi..."
"Iya, tidak apa-apa, nak."
"Assalamu'alaikum, umi."
"Wa'alaikumsalam, nak. Hati-hati."

"Kita harus kemana, kak?"
"Kita cari ke belakang asrama yuk!"
"Kenapa kesana?"
"Yang kakak tau, itu tempat kesukaan Tian. Yuk!" Rizky menggenggam tangan Ennes dan berlari menuju belakang asrama.

"Dimana ya kira-kira mereka?"
"Tuh yang lagi tidur bareng di atas pondok siapa?" Tunjuk Rizky pada sebuah pondok yang terdapat disana.

"Ya Allah! Itu kan Bella sama kak Tian?!"
"Bangunin yuk! Mereka pasti belum sholat subuh!"
"Yuk, yuk!" Rizky dan Ennes berjalan menuju pondok tersebut.

"Tian! Woy, Yan! Bangun, Yan!" Rizky menepuk bahu dan lengan Bastian.
"Bel, Bella! Bangun, Bel!" Begitu juga dengan Ennes yang membangunkan Bella.

Bastian dan Bella sama-sama terkejut saat melihat Rizky dan Ennes di hadapan mereka.

"Kalian kok disini?!" Tanya Bastian dengan wajah memerah karena kepergok tidur berdua bersama istrinya di pondok belakang asrama.
"Harusnya kami yang tanya kalian begitu, kalian ngapain tidur berdua disini? Kalian tidak punya kamar atau kebelet pacaran sih!" Goda Rizky. Wajah Bastian dan Bella sama-sama memerah.

"Udah lah, kak! Kasihan mereka! Ayo kita ke asrama lagi, warga pondok cemas mencari kalian."
"Astagfirullah! Kami belum sholat subuh dan kami melewatkan sholat tahajjud? Ya Allah! Maafin mas ya dek?" Bastian menatap Bella dengan perasaan sedih.
"Ya sudah lah, mas. Sebaiknya kita kembali sekarang daripada waktu subuh habis."

Mereka pun kembali ke asrama. Warga asrama tenang saat melihat Bastian dan Bella sudah kembali. Mereka membiarkan Bastian dan Bella untuk sholat subuh bersama. Selesai sholat, mereka diinterogasi oleh kyai Ridwan.

"Kalian darimana?"
"Dari belakang pondok, kyai." Jawab Bastian.
"Kenapa kalian bisa disana?"
"Kami sama-sama tidak bisa tidur, kyai. Awalnya saya disana sendirian, tapi saya bertemu dengan istri saya juga disana. Jadi, kami duduk di dekat danau dan malah tertidur di pondok. Maafkan saya, kyai... Saya yang salah..."

"Saya juga minta maaf, kyai... Saya yang salah karena tidak mengajak suami saya untuk kembali ke asrama..."

"Sudah, sudah. Saya tau kalian sudah menikah, tapi ini masih lingkungan pondok, dan kami melarang keras untuk ada yang berduaan walaupun itu suami-istri. Jadi, sebagai hukuman, saya minta kalian untuk keluar dari pondok ini dan memulai kehidupan rumah tangga kalian dengan normal sekarang."

Bastian dan Bella menatap kyai dengan tatapan tidak percaya.
"Tapi, kyai..."
"Saya tidak terima alasan apapun lagi. Sekarang kalian siap-siap, kalian akan berangkat bersama Rizky dan Ennes."

❤❤❤
"Kalian bakal tinggal dimana?" Tanya Rizky.
"Di rumah gue, Ky. Orangtua Bella juga udah izinin kalau Bella tinggal di rumah gue. Ayah gue gak ada yang jaga,"
"Salut deh buat Bella! Jaga mertua, terus ditambah sama bayi besar model Tian."
"Hah?! Bayi besar?! Maksud lo apaan, Ky? Wah! Hina gue lo ya!" Bastian menjitak kepala Rizky.
"Gak berubah juga nih jitakan maut lo, Yan!"
"Yaiyalah! Gue gitu loh!"

Sesampainya di rumah Bastian,
"Makasih ya, Ky, Nes, udah ngantar kami."
"Iya, sama-sama, Yan. Lo kan sahabat gue."
"Bye, bye, ganteng!" Ujar Bella pada Umar.
"Bye, bye juga tante cantik!" Balas Ennes dengan suaranya yang seperti anak kecil.
"Hati-hati, Ky, Nes."
"Iya, assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."

Sesampainya di rumah, Umar sudah terlelap lagi. Ennes segera membaringkan nya di tengah tengah kasur dan menyelimuti nya dengan selimut khusus untuk bayi. Sebelum beranjak, Ennes sempat memberikan kecupan pada kening dan pipi Umar.

"Mau kemana?" Tanya Rizky saat melihat Ennes sudah berdiri di ambang pintu kamar mereka.
"Mau minum, haus. Kakak mau?"
"Boleh. Susu deh,"
"Coklat atau vanilla?"
"Coklat aja."
"Yaudah, tunggu ya!" Ennes segera menuju dapur untuk minum dan membuatkan susu untuk Rizky.

"Ini, kak,"
"Terima kasih, sayang." Rizky meminum segelas susu coklatnya hingga habis dan memberikan gelas kosong pada Ennes. Ennes segera membawanya ke dapur lagi untuk di cuci dan kembali kekamar untuk berisitirahat.

"Sayang," Panggil Rizky.
"Hmm.."
"I love you."
"Tumben ngomong gitu. Ada maunya ya?"
"Tidak! Su'udzon aja kamu, Nes!"
"Hehe...habisnya kan Ennes kenal banget sama kakak, Ennes tau kalau kakak bertingkah manja dan romantis tiba-tiba, pasti ada maunya."

"Apa coba biasanya?"
"Kiss mungkin? Atau jatah?"
"Kakak mesum banget ya?"
"Sadar juga."
"Kan sama kamu juga. Apa salahnya?"
"Tidak ada salahnya, Rizky Salman Alexander...suamiku yang tampan, hebat, gagah, sholeh, dan bertanggung jawab..."
"Bisa aja mujinya. Baru tau kalau kakak gitu? Kemana aja kamu, sayang! Suami ganteng gini malah suka dicuekin, dianggurin!"
"Dasar suami terlalu percaya diri! Kakak tidur aja, ribut deh!" Dan Rizky masih sempat untuk terkekeh geli.

"Ih, kakak nyebelin banget!" Ennes bangkit duduk dan menatap tajam Rizky.
"Emang. Baru tau?"
"Ihh!"
"Ikut kakak bentar yuk!" Rizky bangkit dan menarik tangan Ennes keluar dari kamar mereka menuju taman samping rumah mereka.
"Apa? Kakak mau romantisin Ennes?"
"Kalau iya kenapa?"
"Beneran?! Kakak tidak lagi bercanda kan? Ah, Ennes gak percaya!"

"Ehh..." Pekik Ennes tertahan saat Rizky bertekuk lutut di depannya dengan sebuah buket bunga berukuran cukup besar yang sejak tadi disembunyikannya.

"Aku tau aku bukan pria yang baik untuk wanita sebaik dirimu. Tapi aku selalu berharap, Allah akan selalu menakdirkan kita untuk selalu bersama di dalam suka maupun duka. Kita bisa saling mendukung san menyemangati. Aku tau kadang aku masih labil, tapi aku akan terus berusaha untuk menjadi suami dan papah yang terbaik untukmu dan Umar."

"I love you, Ennesya Budi Bagaskara."

"Aku juga sebenarnya bukan wanita sebaik yang kakak ucapkan, tapi aku akan terus berusaha untuk jadi istri dan mamah yang baik untuk kakak dan Umar." Ennes membantu Rizky untuk berdiri.

"I love you too, Rizky Salman Alexander."

Tbc
Hai, hai lagi! Hehe... Author yang gak jelas balik lagi dengan chapter baru! Doain semoga ceritanya lancar sampai ending yaaa!
Thanks,

Salam,
AnnisaTauhid

Salam hangat,
Rizky-Ennes

Mencintaimu dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang