5

12.9K 1.6K 144
                                    

Jimin tersenyum licik saat melihat ekspresi Yoongi yang cukup terkejut itu. Yoongi meremas tangannya dengan kuat, jika kalian pikir Yoongi mau, kalian salah.

"Aku tidak mau. Lebih baik aku berhenti dari pekerjaan ini dan----"

"-- dan mengakhiri hidupmu dengan bunuh diri? Arra, lakukan saja. Setelah itu jangan menyesal." ujar Jimin dengan santai.

"Hahh, kenapa Jimin licik sekali. Kasian Yoongi hyung." batin Hoseok. 

"Aku yakin kau tidak bisa berkata apapun lagi. Dan pada akhirnya kau akan menerima bekerja denganku." Jimin menjilat bibir bawahnya dengan seksual saat melihat Yoongi yang masih terdiam.

Jimin mengisyaratkan Hoseok untuk keluar.

"Hyung, urusanku sudah selesai. Selanjutnya terserah padamu." jelas Hoseok dan meninggalkan mereka berdua. Sisa Yoongi dan Jimin. Jimin masih setia berdiri di dekat pintu. Yoongi bangkit dari duduknya dan dengan cepat melangkahkan kakinya ke Jimin. Dan yang terjadi selanjutnya adalah, satu tinjuan mulus mendarat di wajah Jimin.

Itu tinjuan yang cukup keras dari Yoongi.

Jimin tersenyum dan menyentuh sudut bibirnya yang luka.

"Ckck, berani juga." gumam Jimin. Jimin dengan cepat bangkit dan mendorong Yoongi lebih keras ke dinding. Satu tangan Jimin menutup pintu dan menguncinya. Tangan kanan Jimin mengunci pergerakan Yoongi.

"L-lepaskan aku,,!"

Jimin tak menjawab namun mengeluarkan senyum. Senyum yang yang sangat menyeramkan bagi Yoongi. Jimin mengelus pipi Yoongi dengan lembut. Tanpa izin dari Yoongi, Jimin menjilat pipi itu dan mengecupnya.

"Brengsek! Lepaskan aku,,!"

"DIAM..!"

Tangan Jimin turun ke arah celana Yoongi dan sekali pergerakan Jimin meremas dengan kasar milik Yoongi.

"A-ahhh--"

Dan soft moan yang sedari tadi ditunggu oleh Jimin keluar juga. Jimin makin mengeratkan remasan itu, Yoongi tak tahan dan ikut meremas bahu Jimin. Jimin mendekatkan bibirnya ke telinga Yoongi dan menjilatinya. Lidah hangat itu turun ke leher, mengecup dan menghisapnya hingga terbentuk tanda.

Seakan tak puas Jimin menarik Yoongi dengan kasar dan mendorong namja itu ke sofa. Jimin dengan rasa penasarannya itu membalik tubuh Yoongi sehingga menungging di depannya.

"A-apa yang kau lakukan, brengsek,,!?"

Plak

Setelah tamparan di bokong itu, Jimin kembali mencumbu Yoongi di bagian lehernya sampai membuat namja pucat itu meremas sandaran sofa.

"Nghh- h-hentikanhh ahh--"

"Kau menyuruhku berhenti tapi sepertinya kau menikmatinya. Bitchies." bisik Jimin. Yoongi menggigit bibirnya saat merasakan tangan Jimin yang memasukkan tangannya ke dalam bajunya.

"Lembut sekali. Pantas saja banyak yang menyewamu."

Jimin mengelus dada Yoongi dan memelintir nipple itu. Yoongi menutup mulutnya agar desahan laknat itu tidak keluar lagi. Baru saja Jimin akan ke inti permainan suara dering telfon menganggu-nya.

Tapi, tunggu-

Jimin tidak membawa Handphone ke sini. Jimin dengan sigap mengambil Hp Yoongi dari kantung celananya.

"Kau masih menerima pelanggan,,!?!"

"Kemarikan ponselku, bangsat,,!"

Jimin kembali menindih Yoongi dan kali ini wajah mereka begitu dekat.

"Kita lihat bagaimana akhir dari nasibmu setelah aku mengangkat telfon ini."

Jimin pun menerima telfon itu. Dan sesuai dugaannya itu adalah pelanggan. Jimin jadi jijik sendiri karena suara pelanggaan itu sepertinya sudah di ambang nafsu.

"Baby, kenapa kau diam saja hum,,?"

Jimin tertawa hambar.

"Siapa kau yang beraninya menyebut peliharaan ku baby,,?"

"Fck. Siapa kau,,!?"

"Penasaran,,? Aku--"

Jimin melirik ke Yoongi sebentar. Lalu, ide licik terlintas kembali di benaknya. Jimin membisikkan sesuatu ke telinga Yoongi dan membuat pipi putih itu memerah. Jimin tersenyum kemudian dengan sengaja Jimin menekan milik Yoongi menggunakan lututnya.








"Ngahh m-masterhh--"

Jimin tertawa kecil.

"Kkk~ sekarang kau tahu siapa aku kan,,? Cha~ aku tutup telfonnya sekarang, kau mengganggu waktuku dengan Kittenku. Ah! Dan pastikan jangan menelfon lagi."

"Bangs--"

Telfon itu pun mati sebelum orang tadi menyelesaikan omongannya. Keheningan terjadi pada Jimin dan Yoongi meskipun posisi mereka sama. Jimin mengecup kening Yoongi dengan lembut.

"Bersikaplah seperti kittenku. Dan aku akan mengubah hidupmu, jika kau meninjuku lagi seperti tadi, aku tidak akan segan-segan membuat bibirmu itu 2x lebih luka dengan ciumanku!"

Yoongi hanya memalingkan wajahnya saja tanpa menjawab Jimin. Jimin bangkit dari badan Yoongi dan meninggalkan namja itu. Yoongi masih terbaring namun, air mata jatuh dari sudut matanya. Tiba-tiba, ponselnya kembali bergetar.

Ada satu pesan yang masuk, Yoongi dengan malas membuka pesan itu. Detik kemudian, matanya membulat mendapat pemberitahuan 8 juta won masuk ke rekeningnya.

"I-ini--"

Tiba-tiba, Yoongi teringat perkataan Jimin sebelum dia keluar tadi.







"Apa aku menerimanya saja,,? Bagaimana pun dia benar, aku tidak berani mengakhiri hidupku." -- Myg

~ ~ ~ ~

Jimin berjalan dengan santai menikmati angin malam kota Seoul. Sebenarnya dia bisa saja mengirim kan yang lebih untuk Yoongi, namun Jimin tak ingin melihatnya sebagai pemuas nafsu lagi.

Jimin jatuh cinta pada Yoongi. Namun, dia tahu akan terlihat konyol jika ia jujur dengan cepat. Maka dari itu Jimin melakukan hal licik seperti ini agar Yoongi berhenti menjadi pemuas nafsu dan menjadi miliknya. Jimin sampai di cafe yang letaknya tak jauh dari apartemen.

Cling~

Jimin masuk dan mengedarkan pandangannya. Matanya pun mendapati Yeoja yang sedari tadi menunggunya. Jimin pun mengambil duduk tepat di depan Yeoja itu.

"Kenapa kau memanggilku Irene,,?" tanya Jimin.

"Ani, aku hanya kaget saja kau tiba-tiba mengirimkan namja itu uang. Jimin, apa kau serius,,?"

"Apa maksudmu,,?"

"Apa kau serius dengan namja itu,,? Aku yakin kau sudah tahu dia seperti barang bekas. Dan aku yakin Eomma mu tidak akan setuju."

"Hmm,,"

"Aku sama sekali tak mengerti dengan jalan pikirmu.

"Kalau kau mengerti isi hatiku aku yakin kau akan tahu jalan pikirku." ujar Jimin dengan santai.

"M-mwoya,,? Kau menyukainya,,!?"





















"Lebih dari itu. Aku mencintainya."

TBC

~ ~ ~ ~

( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)( ̄3 ̄)

Master Jim ? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang