42 (THE END)

5.6K 385 11
                                    

Pria itu tersadar, dia sudah melewati banyak waktu bersama seseorang yang sangat berharga untuknya. Matanya tak dapat luput dari senyum yang indah itu. Bagaimana ranum pink itu terukir ke atas hingga membuat senyuman indah.
Jimin terpesona, dan beruntungnya dia karena faktanya senyuman itu akan selalu menjadi miliknya.

"Jim ? Apa kita jadi jalan-jalannya ?" Yoongi sedari tadi merasa kikuk karena Jimin terus menatapnya dengan tatapan aneh. Ia sampai berpikir apa mungkin penampilannya berlebihan untuk malam ini.

"Ah maaf sayang. Aku hanya heran kenapa kau semakin cantik saja. Kajja, tidak ada yang tertinggal lagi kan ?"

Jimin dengan perlakuan manisnya selalu meluluhkan Yoongi. Baru saja kedua pasangan itu akan melangkah keluar kamar, tiba-tiba dari arah pintu si kecil Minji sudah duduk di depan pintu dan menatap mereka. Seolah melarang mereka pergi.

"Tata! Nana!!" Ujar Minji dengan ekspresinya yang sepertinya kesal. Jimin dan Yoongi saling menatap dengan bingung. Jimin yang iseng kemudian mencoba melewati Minji dan yang ia dapatkan adalah teriakan yang cukup keras dan itu membuat Yoongi kaget.

"Astaga sayang, hei! Jangan berteriak hum ? Tenggorokan Minji bisa sakit." Ujar Yoongi sembari menggendong anaknya dan mengelus wajah anaknya lembut.

"Ini pertama kalinya Minji seperti ini Jim. Apa kita batalkan saja jalan-jalannya ?"

"Loh- mana bisa begitu Yoong-ah, ah begini saja! Kita bawa Minji bersama kita bagaima-Aw!"

Jimin meringis kecil tatkala ia mendapatkan lemparan mainan mobil-mobilan pada wajahnya. Yup, itu si kecil Youngji yang kali ini sepertinya tidak terima kalau hanya Minji yang ikut. Yoongi menggelengkan kepalanya kecil karena tingkah si kembar yang semakin kesini semakin jahil.

"Baiklah, anak-anak appa keduanya boleh ikut."




........



Tidak perlu menunggu waktu yang lama mereka sudah sampai di tempat yang Jimin sudah siapkan.

"Bioskop ?" Beo Yoongi. Ia kemudian menatap Jimin dengan kesal.

"Apa karena factor usia sekarang kau tidak bisa lagi memikirkan kencan yang romantis Tuan Park ?"

Jimin meringis karena nada bicara Yoongi ditambah lagi ia di ledek juga. Youngji yang melihat kedua orangtuanya hanya terdiam. Bayi itu masih bingung sebenarnya kedua orang besar di depannya ini kenapa. Minji sudah enak tiduran di gendongan Yoongi. Ketika mereka masuk, mereka langsung di sapa dengan baik oleh seseorang disana yang ternyata adalah teman Jimin.

"Tidak perlu khawatir Jim. Aku sudah menyiapkannya sesuai dengan keinginanmu." Ujar orang itu yang membuat Yoongi menatap keduanya dengan bingung. Entahlah, firasatnya saat ini hanya mengatakan kalau mereka akan menonton film yang berbeda. Mereka sudah masuk ke dalam ruangan dengan layar lebar itu. Bukan tempat duduk, tapi tempat untuk berbaring di dalamnya. Mereka kompak meletakkan kembar di tengah-tengah.

"Jim, apa hanya kita yang menonton disini ?" Tanya Yoongi. Jimin hanya mengangguk kecil kemudian lanjut bermain dengan kedua anaknya. Yoongi memperhatikan mereka dan tersenyum. Ia pernah berpikir mungkin adalah hal mustahil melihat Jimin kembali dan bersama anak-anaknya. Membayangkan si kembar tumbuh tanpa seorang Ayah menjadi mimpi buruk Yoongi di setiap harinya. Namun, siap sangka takdir justru berkata lain.

Dan sekarang, di depannya sudah terpampang jelas ke mustahilan itu. Yoongi merasa menjadi manusia yang paling bahagia saat ini.

"Tuan, silakan nikmati makannya."

Jimin berujar terimakasih dengan senyum menawannya-yang membuat Yoongi jengkel di saat yang bersamaan. Tapi ia cukup lapar jadi atensinya langsung beralih dan mengisi perutnya yang lapar. Jangan tanyakan dengan kembar karena 2 malaikat itu sudah tertidur.





Master Jim ? [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora