MOMENT IV

1.6K 220 7
                                    

Malam ini semua terasa begitu pekat. Pikiranku begitu penuh.

Kusesap kembali gelas vodka ditanganku. Mereka bilang aku selalu bisa diandalkan. Entah kenapa akupun selalu berusaha memenuhi ekspektasi itu. Hingga tanpa kusadari, semua itu membuatku begitu sesak.

Sejatinya aku hanyalah pria biasa yang punya rasa lelah dan penat.

Semua tanggung jawab itu, aku dengan senang hati mengambilnya. Ini bukan salah siapapun, alasan dari kepenatanku, maksudku. Hanya saja, setiap orang memi;liki masa itu. Dimana gelapnya malam begitu membutakan.

Aku merasa ini semua begiutu baru untukku. Ketika aku masih seorang model. Aku hanya perlu berpose dan selesai. Kini saat aku mulai mencoba dunia acting, rasanya terlalu melelahkan. Bukan aku mengeluh, sungguh bukan. Setelah apa yang fans berikan padaku, semua cinta dan perhatian mereka, aku merasa tidak memiliki hak untuk mengeluhkan hidupku.

Dan lagi, karena beraktinglah aku bertemu dengannya. Bocah laki - laki yang sangat kucintai.

Kembali kuhela nafas berat dan kupejamkan mataku. Mungkin yang kubutuhkan adalah tidur.

...

Aku terbangun ketika kurasakan usapan lembut dikepalaku. Dan ketika membuka mata, kulihat dia tengah tersenyum begitu manis sambil menyapukan tangan halusnya dirambutku.

Kuputuskan untuk duduk dengan benar dan kurasakan selimut terjatuh dipangkuanku.

Aku tidak ingat memakai selimut tadi ketika tertidur disofa ini. Mungkin dia yang memakaikannya.

"P'God, aku ada disini untuk P. dan akan selalu disini untuk P. P'God boleh mengeluhkan apapun padaku. Jangan sedih sendiri." Bisiknya tiba - tiba

"Mungkin aku masih bocah dimata P'God, tapi aku bisa menjadi pendengar yang baik untuk P," imbuhnya sambil menggenggam tanganku hangat.

Aku terkejut dan kemudian tersenyum

"P baik - baik saja Bbas," " tidak ada yang perlu kamu khawatirkan" jawabku. "mungkin hanya lelah"

Bbas tersenyum begitu lembut , mengecup buku - buku jariku yang digenggamnya, mengelus pipiku dan mengecup bibirku pelan.

"okay, apapun yang P katakan," ucapnya "Tapi ketika semua menjadi begitu buruk, jangan dorong aku untuk menjauh. Please?"

Aku memangdang bocah kecilku yang mampu menjadi dewasa disaat seperti ini. Dia benar - benar dewasa dan bijak jika dibandingkan dengan usianya.

Kuusap rambutnya dan kuputuskan untuk membawanya kepangkuanku. Memeluknya erat, menghirup aromanya yg begitu memabukkan.

"okay," jawabku. Dan kurasakan dia tersenyum didadaku.

Memeluknya seperti ini membuatku mampu berfikir jernih kembali.

Aku menyadari, bahwa sebenarnya aku tidaklah sendiri. Selalu ada seseorang yang mampu menemahamiku, yang akan menemani dalam gundah dan kebahagiaan.

Dan Tuhan mengirimkan Bbas untuk menemaniku melewati itu semua.

Ahh.. ngomong - ngomong aku lupa menanyakan jam berapa dia datang.

_God_

MOMENTWhere stories live. Discover now