MOMENT VIII

1.3K 188 15
                                    

Perjalanan kami kali ini terasa begitu singkat. Fanmeet berjalan lancar. Begitu banyak yang mencintai kami. Dan bertemu mereka merupakan hal yang begitu membahagiakan.

Hingga tanpa terasa kami telah berada di dalam pesawat yang akan mengantar kami kembali ke Bangkok.

Mataku sama sekali tidak mau terpejam meski tubuhku terasa begitu lelah. Aku memikirkan tentang aku dan bocah lelaki kesayanganku.

Kulirik bangku disebelah ku. Terlihat wajah lelap Bbas yang semakin tirus. Pipinya yang dulu begitu gembul menggemaskan sekarang mulai menghilang. Hal itu membuatku merasa sedikit sedih dan kecewa pada diriku sendiri. Yang tidak mampu menjaganya. Ia bekerja tanpa henti. Bahkan ketika sakitpun, ia tidak benar - benar mendapatkan waktu untuk beristirahat dengan semestinya. Bekerja dan bekerja.

Tapi itu semua adalah kemauannya dan aku tidak akan melakukan hal yang membuatnya tidak bahagia, seperti melarangnya melakukan hal yang begitu ia cintai.

Hahh.. kuhela nafas berat. Aku mencoba untuk tetap berfikir positif meski hal itu terasa sangat sulit. Demi dirinya, aku akan melakukan apapun yang aku bisa, untuk menjaganya dan membuatnya merasa bahagia.

Kuusap lembut kepala lelaki kecilku. Kukecup keningnya perlahan sebelum memutuskan untuk memejamkan mataku sejenak.

...

Hampir tengah malam kita sampai di Bangkok. Kulihat wajah Bbas sedikit lebih segar. Dan senyum terukir manis di bibirnya ketika ia bercanda dengan P Kim dan yang lain.

Cemburu? Sangat. Aku selalu merasakan perasaan ini ketika kita tengah berkumpul bersama yang lain. Persaaan terabaikan. Meski tidak ada keraguanku tentang perasaannya, tapi kecemburuan itu tak juga hilang. Melihat dia begitu bebas bergelayut di tangan P tae atau berpelukan dengan P Tee. Bercanda dengan P'Kim ataupun Ccopter. Tapi tidak pernah denganku.

Kadang aku merasa merasa bahagian meski hanya moment kecil yang tercipta antara dia denganku ketika banyak orang disekitar kami. Meski itu jarang sekali terjadi.

Seringnya aku mampu menjaga sikap atapun pandanganku darinya dan sebisa mungkin tidak menarik perjhatian. Tapi itu semua menjadi semakin sulit akhir - akhir ini. Rasa possessive mulai membutakan akal sehatku. Dan berpikir mengenai kenyataan bahwa kita akan terpisah sebentar lagi, membuatku benar - benar gila.

Hingga tanpa kusadari tangangaku telah menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke toilet di basement airport. Kuabaikan tatapan terkejut yang diberikan oleh yang lain.

...

Kupeluk erat bocah lelaki dihadapanku setelah kami masuk dan mengunci salah satu bilik toilet.

"P.. god.." bisiknya "apa yang terjadi?" tanya Bbas bingung.

Kueratkan pelukanku dan kupejamkan mata tanpa menjawab pertanyaannya. Kurasakan tangan Bbas melingkar, membalas pelukanku sama eratnya. Hatiku berdenyut nyeri karena cintaku untuk bocah ini.

"p.. hanya merindukanmu Bbas. Masih mertindukanmu." Jawabku setelah degub jantungku mulai tenang.

"bolehkah P membawamu pergi saja?" tanyaku konyol yang ditanggapi kekehan dari Bbas sambil beringsut melonggarkan pelukan kami. Aku merasa begitu bodoh dengan tingkah kekanak - kanakanku dan terlalu malu untuk membuka mataku yang tergenangi airmata. Hatiku begitu lemah saat ini.

Sampai kurasakan tangkupan tangan Bbas di kedua pipiku dan kecupan lembut di bibirku, yang membuatku mataku perlahan - lahan terbuka. Kulihat Bbas tersenyum begitu manis untukku.

"P god boleh membawaku pergi," ucapnya "tapi kita harus kembali ke basement dan meminta ijin pada P oh terlebih dahulu," lanjutnya sambil mengelus lembut pipiku.

Mataku melebar mendengar perkataannya dan tanpa terasa airmataku mulai jatuh. Biasanya dia akan menolak, karena akupun tau permintaanku adalah hal yg konyol. Namun entah mengapa berbeda dengan hari ini.

"Terimakasih Bbas," bisikku sebelum melahap bibirnya lapar. Kulesakkan lidahku kedalam bibir lembutnya, menyentuh semua yang ada dirongga mulutnya. Kurasakan respon canggung lidah Bbas, tapi dia tidak berusaha menarik diri. Kudengar lenguhan lembut lolos dari bibirnya dan itu membuatku semakin gila. Hingga pasokan oksigen yang menipis, menyadarkanku untuk menghentikan semua kegilaan ini.

Kupandangi wajahnya yang semerah tomat dan bibirnya yang mengkilat karena pergumulan kami tadi.

"Baiklah.. P rasa kita harus segera kembali dan meminta ijin pada P'Oh, sebelum P hilang kendali dan melahapmu disini," bisikku ditelinganya sebelum mengecup bibirnya singkat.

...

Sekeluarnya kita dari toilet, kesadaran seolah memukul keras kepalaku. Apa yang kulakukan tadi benar - benar ceroboh dan sangat bodoh. Untung saja basement dan toilet tengah sepi. Jika tidak? Ohh, demi dewa.

Kuputuskan untuk menghampiri rombongan kami dan menyampaikan maksudku pada P'Oh, yang hanya mengangguk dan memandang kami maklum.

Dan begitulah, kami akan menghabiskan malam ini bersama meski aku harus mengantarnya pagi - pagi buta, untuk menemui P'Oh, karena Bbas harus bekerja.

Paling tidak, aku memiliki waktu sedikit lebih lama dengan bocah tersayangku.

_God_


Ditempat lain ketika GB berada d dalam toilet...

P Kim : tebak apa yang mereka lakukan di dalam sana (bisik P Kim pada P Tae)

P Tae : hal yang seharusnya sudah dilakukan God dari dulu kekeke, melahap Bbas.

P Kim : kekeke, kau benar

Dan itulah yang terjadi...


MOMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang