MOMENT : THE MYTH Pt. I

1.2K 155 19
                                    

Orang mengatakan "Sex dengan orang yang dicintai akan membuat seseorang tampak lebih bersinar".

Dan kini aku yakin bahwa semua itu bukanlah omong kosong belaka. Kupandangi bocah lelaki yang tertidur lelap disampingku, yang merupakan bukti nyata betapa benarnya pernyataan itu. Meski gurat kelelahan tampak jelas dibawah matanya, namun senyum dan kulitnya yang putih bersih bersinar, menunjukkan bahwa bocah ini tengah bahagia.

"Lihatlah, kau bahkan tersenyum dalam tidurmu Bbas," bisikku sambil mengelus lembut wajah Bbas yang damai. Senyum terukur dibibirku. Rasa bahagia dan puas menyatu dalam diriku. Membuatku mensyukuri keputusanku untuk menculik bocah ini selama liburan Songkran.

"Hahh.. " kuhela nafas panjang sebelum merebahkan tubuhku kembali disamping Bbas yang masih tidak terusik.

~Flashback~

Ku genggam handphone kuat - kuat. Terbesit keraguan dalam hatiku. Akankah permintaanku ini disetujui. Apakah semuanya akan baik - baik saja jika aku melakukan ini?

"Tidak.. Tidak God. Sudah cukup kau memikirkan orang lain." bisikku.

Kutekan nomor handphone Mama Bella, ya ibu dari Bbas. Aku harus memastikan beliau mengijinkan sebelum melangkah lebih jauh. Aku tidak ingin pada, rencanaku ini, pada akhirnya akan mengakibatkan hal - hal buuk.

"Hallooo, God.." kudengar lembut suara diseberang telepon

"Halloo khun mae, bagaimana kabar khun mae?" tanyaku berbasa basi sebelum menyampaikan maksud hatiku.

Setelah saling menanyakan kabar dan memastikan bahwa semua dalam keadaan baik, syukurlah, ku dengar Khun mae mengatakan sesuatu. Yang membuatku menyadari kekuatan firasat seorang ibu.

"Kau ingin menanyakan sesuatu kepada Khunmae, benar kan son?" terdengar kekehan mama Bbas diseberang sana.

"Kau ingin menculik putra ku selama liburan ini, Benar?" imbuh mama Bbas yang membuatku gelagapan.

"Be.. benar Khun mae.." "Apakah God diijinkan?" tanyaku sedikit tergagap.

"Tentu saja mae mengijinkan son." "Tapi hanya jika Bbas juga menyetujuinya" jawab mama Bella membuatku sedikit bisa menghela nafas lega.

"God akan memastikan semuanya baik - baik saja." ucapku tanpa keraguan

"Baiklah.. baiklah.." "Katakan pada bocah kesayangan mae, bahwa mae telah menyetujui rencanamu ini. Jadi dia tidak perlu khawatir na" mama Bass berkata sebelum akhirnya memutus sambungan kami.

Hahhh.. kuhela nafas panjang. Sepertinya semua akan berjalan lancar. Skarang aku harus meminta ijin kepada papa kedua Bbas.

Cepat - cepat ku-dial nomor telpon P'Oh dan mengatakan maksud tujuanku, sekalian memintakan ijin untuk Bbas.

Telepon antara aku dengan P'Oh tidak berlangsung lama, karena P'Oh langsung menyetujui dan mengatakan bahwa sudah menduga aku akan melakukan hal ini.

"Jaga dia baik - baik God," pesan P'Oh sebelum mengakhiri percakapan kami.

Setelah memastikan semua beres dan yakin tidak ada seorangpun yang akan merusak moment kami, akupun berangkat untuk menjemput Bbas.

Jika kalian bertanya - tanya kenapa aku tidak meminta ijin kepada kedua orang tuaku, jawabannya adalah, karena semua ini ide dari adik dan ibuku.

Mungkin mereka lelah melihatku yang terus menerus uring - uringan selama beberapa hari terakhir.

Setelah menculik Bbas dan melakukan perjalanan udara selama beberapa jam, akhirnya tibalah kami di tempat ini.

Surga dunia yang sudah sejak lama ku impikan untuk kukunjungi bersama kekasih hatiku. Keinginan itu sudah ada bahkan sebelum aku mengenal Bbas. Dan sejak mengenalnya, keinginan itu menjadi bertambah kuat.

Bekerja siang malam. Menahan beratnya rindu. Membungkam rapat bibirku. Serta mengekang semua amarah. Demi membahagiakan bocah ini.

Bocah yang begitu lugu, namun begitu dewasa. Begitu manja, namun begitu pengertian. Bocah yang tidak pernah mengeluh, seberat apapun pekerjaan yang harus dilakukannya. Yang selalu tersenyum meski di hatinya seringkali tergores luka.

Begitu banyak yang mencintai kami. Tapi tidak bisa ditampik, banyak pula yang menginginkan hubungan kami berakhir. Banyak yang meyakini hubungan ini, tapi tidak kalah banyak, mereka yang menafikkannya.

Kuputuskan untuk diam. Begitupun dia. Karena kami tahu, ini bukan tentang mereka. Tapi ini tentang Kita. Hanya kami berdua.

~Flashback Off~

Hahh...

Kuhela nafas berat untuk yang kesekian kalinya. Kupandangi wajah Bbas kembali dan terkekeh.

"Aku merasa sedikit keterlaluan sekarang kkk..." bisikku pada diri sendiri.

Kemarin sesampainya di Cottage, aku sama sekali tidak membiarkan bocah ini beristirahat ataupun menikmati pemandangan. Perasaan terbebas dari kekangan membuatku gila dan menyerangnya dengan sedikit, sedikit (hmmm.... -.-), brutal.

Kalian akan memahami perasaan itu suatu saat nanti. Ketika perasaan rindu dan terancam bergelayut dihati kalian, tanpa bisa melakukan apapun. Disaat semua kekangan itu terlepas, maka makhluk buas bernama nafsu akan membutakan.

"Shit..." umpatku pelan ketika kurasakan tubuhku yang kembali memanas mengingat apa yang kami lakukan semalam.

Perasaan puas yang kurasakan ketika berada dalam tubuh Bbas yang hangat. Mendekap tubuh moleknya erat dan mengecup setiap jengkal kulit putihnya membuatku benar - benar gila. Jangan lupakan kecupan bibir manisnya yang mampu membuatku merasa begitu perkasa dan mampu melakukan apapun untuknya. Ahhh... memilikinya adalah sebuah kesempurnaan.

"Arrgghhhh.... sial," umpatku sambil turun dari tempat tidur dengan perlahan, berusaha untuk tidak membangunkan Bbas, dan berjalan cepat kekamar mandi. Aku harus menyelesaikan semua ini dengan cepat, yang bahkan aku sendiri tidak yakin.

_GOD_


God dan nafsu buasnya T.T.....

MOMENTWhere stories live. Discover now