Can Be A Moment of Condolences....

975 154 15
                                    

Kupandangi langit senja yang menghantarkan mentari keperaduan. Kunikmati bias sinarnya yang menyilaukan mata, sebelum gelap malam menyelimutinya.

Hari ini media ramai memberitakan kematian seorang idola. Seorang pria dengan senyum menawan dan tawa renyah. Namun disana, dimata indahnya, tergambar luka yang kian menganga, yang luput dari perhatian kita.

Depresi, bagaikan momok menakutkan yang sayangnya seringkali dianggap remeh oleh orang lain. Menganggap penderitanya adalah orang yang berjiwa lemah. Hingga terkadang lontaran hinaan dan cemoohan tanpa sadar mereka ucapkan. Tidak sadarkah mereka, ucapan adalah sebuah bilah pisau mematikan.

Kuingat kembali masa sulitku diawal aku meniti karier sebagai seorang entertainer. Hujatan dan cemoohan, juga teriakan bahwa aku tidak cukup baik. Bahwa aku tidaklah pantas. Bahwa aku tidak layak bahkan sekedar untuk memulainya.

Saat itu dimasa suramku, tidak ada seorangpun yang dapat kujadikan tempat membagi beban ini. Pikirku.

Tapi aku bersyukur kau datang. Aku begitu bersyukur pada Tuhan karena telah mengirimmu padaku. Dari awal hingga mungkin nanti diakhir perjalanan, kuharap itu selalu kamu. Yang menenangkan hatiku. Yang akan selalu mengobati jiwaku dikala raga ini terlalu letih untuk menanggung beban hidup.

Aku berharap, kamu akan menjadikanku cahaya di langit malammu sebagaimana kau menjadi suar dalam badai hidupku.

Ahh.. betapa aku merindukanmu diwaktu seperti ini. Sayangnya kita tidak selalu bisa bersama seperti pasangan lain. Kamu dengan segudang kegiatanmu dan aku dengan jadwal - jadwal padatku.

P'God, aku rindu. Kusesap pink milk kesukaanku alih - alih wine seperti yang biasa P'God minum. Aku belum cukup umur, itu yang sering dikatakan P'God ketika aku ingin mencoba minuman itu sesesap saja. Hahaha, aku tertawa dalam hati dan senyum terukir dibibir ini. Mengingatnya selalu begini.

Pikiranku kembali melayang pada cerita dibalik meninggalnya sang idola. Siapa yang tidak tersayat hatinya mendengar, melihat dan akhirnya membaca surat darinya untuk yang terakhir kali.

Orang dengan senyum dibibir, belum tentu hatinya tersenyum. Dia yang telah berjuang begitu keras, hingga akhirnya menyerah pada hidup. Dia pergi bukan karena kalah. Tapi karena dia telah memilih.

Aku hanya berharap, hatiku akan kuat. Hatiku akan mau mengerti. Hatiku mau bertahan. Untuk berjuang dan untuk diperjuangkan. Aku berharap jiwaku tidak akan mengering, karena lautan cinta dari orang terkasih akan selalu siap aku arungi.

Kurasakan kecupan lembut dikepalaku, membuatku terkejut hingga nyaris jatuh dari kursi yang menopangku. Kutolehkan kepalaku, dan kulihat P'God disana dengan senyum manis dan mata yang berbinar.

Kutatap matanya lama. Kuselami, adakah luka terbesit disana. Adakah kekosongan dalam jiwanya. Tapi aku hanya melihat keletihan. Binar matanya begitu terang dan kuat. Tanpa sadar, kuhela nafas berat dan meneteslah airmata lega dari mataku.

"Heii.. kenapa menangis Bbas?" Bisik P'God mengelus pipiku sebelum akhirnya memelukku erat. Berusaha menenangkanku, meski ia pun masih bingung dengan apa yang terjadi padaku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil terisak. Kurasakan tubuh P'God yang membawaku bergerak maju dan mundur seolah menimangku. Berusaha menenangkanku yang masih setia menangis.

"P'God" bisikku masih dalam pelukannya.

"Bisakah P'God berjanji sesuatu pada Bbas?" tanyaku perlahan

"Berjanji apa Bbas? untuk mencintai Bbas selamanya?" tanya P'God sambil terkekeh sedikit menggodaku

"Bukan" jawabku sambil menggeleng. "Berjanjilah untuk bertahan. Sesakit atau sebahagia apapun, Bbas akan selalu ada untuk P'God." "Ketika kita bersama, ataupun tidak. Sebagai seorang kekasih ataupun teman." "Jangan menyerah dalam hidup dan meninggalkan Bbas sendirian na."

Kurasakan pelukan P'God yang semakin erat setelah mendengar ucapanku. Sesuatu yang hangat menyentuh pundakku. Airmata. P'God menangis.

P'God terisak untuk beberapa saat tanpa menjawab permintaanku. Hingga akhirnya lirih suara keluar dari bibirnya.

"Tentu saja Bbas. P berjanji." "Begitu pula denganmu. Berjanjilah" jawabnya disela isak tangis. Aku hanya menjawab dengan anggukan.

Senja ini kami habiskan dengan berpelukan dan menangis bersama. Itu bukanlah hal yang buruk. Tidak pula terlalu berlebihan.

Kami tahu kami seorang lelaki. Tapi kasih dan airmata, kita semua memilikinya. Itulah yang menjadikan kita manusia. Jangan mencoba lari darinya.


_Bbas_


For all the reader,

Maybe you've been through a lot in you life, that make it looks like too hard to survive. But believe in me, everything's gonna be over soon if you face it and learn from it.

I do aware that everyone always have a choice to make. But I hope you'll chose "Stay" and "Fights" even if it's sound so egoistic and impossible.

I love you and so thankful for everything you've done for me so far. I hope you have a good life and good love.


Sincerely,

Dearest_soul

Deep condolences for Shinee, Fams and all Shawol in the world, May Jonghyun oppa Rest in peace and sleep soundly in Heaven. Amin.

MOMENTWhere stories live. Discover now