MOMENT IX

1.2K 185 5
                                    

-Bbas apartment-

Banyak hal yang tersisa dari Mamonde event kemarin. Salah satunya adalah perasaanku yang kacau balau. Aku hanya berharap, bahwa mereka tidak menyadari betapa ruwetnya pikiranku. Tapi, seperti yang kalian tahu, aku tidak benar - benar baik dalam hal menyembunyikan perasaan.

Aku benar - benar merasa sangat buruk ketika Bbas melihat heran kepadaku dengan pandangan bertanya - tanya, dan terkadang was - was. Mungkin dia takut atau berfikir bahwa ia telah melakukan kesalahan hingga membuat moodku buruk. Dia peka jika itu tentang perasaanku. Sangat peka.

Nyatanya, semua ini bukan salah Bbas. Ini hanyalah kebodohanku sendiri. Yang menjadi begitu cemburu, overprotective dan begitu tidak professional.

Bermula dari sebuah postingan tentang "KimBas". Betapa bodohnya aku yang berfikir aneh - aneh dan gelisah sendiri. Padahal sebenarnya aku sangat tahu bahwa mereka hanyalah sepasang kakak adik yang hobi berbuat konyol. Namun kebersamaan mereka yang melebihi kebersamaan Bbas denganku membuatku merasa cemburu dan tersisih.

"P God... P God... "

Aku tersentak dari lamunanku ketika kudengar seseorang memanggilku.

Kuangkat kepalaku dan kudapati wajah manis Bbas yang terlihat khawatir. "Apa P God baik - baik saja?" tanyanya dengan kening yang berkerut was - was.

Aku hanya tersenyum. Senyum yang kupaksakan. Dan Bbas tahu itu.

Ia duduk di sampingku dan meraih jemariku dalam genaggamannya. "apa P god marah pada Bbas? Apa Bbas membuat p god kecewa?" Bbas bertanya lirih sambil masih menggenggam tanganku, menolak untuk melepaskannya.

Hatiku bagaikan diremas ketika mendengarnya berkata seperti itu. Aku telah membuatnya khawatir dan yang lebih buruk membuatnya merasa bersalah tanpa benar - benar melakukan kesalahan.

'God bodoh' pikirku.

Kuhela nafas berat sambil beringsut memutar tubuhku untuk menghadapnya. Kuamati wajah manisnya lama dan dalamnya mata Bbas yang memancarkan kekhawatiran. Kulihat mata itu, yang begitu dalam menenggelamkan jiwaku dalam lautan kasihnya.

Bagaimana aku bisa meragukan nya, meragukan Bocah ini. Hanya karena sebuah postingan fans.

"bbas.. P hanya takut.." bisikku sambil menggenggam erat tangannya.

"P takut.. jika Bbas salah mengartikan perasaan Bbas pada P."

"A..apa maksud P God?" jawabnya dengan wajah tidak percaya.

Aku merasa begitu bersalah, hanya saja aku tidak ingin menyembunyikan apapun darinya.

"P takut, karena mungkin ini pertama kalinya bagi Bbas untuk menyukai seorang laki -laki."

"laki - laki yang penuh dengan hal buruk dan ketidak sempurnaan seperti P" imbuhku

(Me : By the angel God... g sempurna udelmu -_-)

Bbas menggelengkan kepalanya begitu keras hingga aku berfikir kepala itu akan lepas dari lehernya. Dan ketika mata kami kembali bertemu, beningnya terlihat berkaca - kaca.

"kenapa P god meragukan bbas?" "mungkin P God yang pertama untuk Bbas, dalam banyak hal. Tapi Bbas tidak sebodoh itu hingga tidak memahami perasaan Bbas sendiri," isaknya.

"Bbas tidak hanya menyukai P God, Bbas mencintai P God. hingga hampir gila rasanya. " ia semakin terisak dan mencondongkan kepalanya untuk kemudian bersandar di dadaku.

Kurasakan airmata menggenangi pelupuk mataku. Perasaaan bahagia dan bersalah begitu campur aduk di hatiku.

"atau mungkin P God yang salah menilai perasaan P untuk Bbas," bisik Bbas lirih disela isakannya. Terdengar begitu putus asa dan kecewa.

Hatiku serasa berhenti berdetak mendengar ucapannya.

Tanpa berfikir panjang kurengkuh bocah mungil ini di dekapanku. Hingga akhirnya isakanku pun lolos tanpa bisa ku bendung.

"maaf.. maaf kan P.. tapi perasaan P kepadamu tidak pernah salah Bbas.." ucapku sambil terisak.

Kami menghabiskan waktu beberapa menit untuk menangis sambil berpelukan seperti Beruang bodoh.

Aku merutuki kebodohanku yang meragukannya hingga membuatnya menangis dan berfikir bahwa aku tidak mencintainya.

Ketika tangis kami mereda, ku rengkuh wajah tampan Bbas dan mulai memberikan kecupan disetiap centimeter wajah manisnya.

Kulihat matanya yg merah karena tangis. Dan kukecup kembali hingga ia menutup pelupuk matanya. Kami menghabiskan malam dengan berpelukan tanpa berucap sepatah kata. Hanya merasakan betapa kami sangat mencintai satu sama lain. Betapa kami siap menghadapi dunia jikalau dunia menentang kami. Mungkin terdengar muluk. Tapi hanya dengan memiliki satu sama lain itu akan cukup bagi kami.

Kurasakan tubuh Bbas melemas dan kudengar nafasnya yang mulai teratur. Kuputuskan untuk membopong lelaki kecilku ke kamar tidur dan membiarkannya tidur nyenyak. Yang mungkin aku juga membutuhkannya.

Kuselimuti tubuhnya sambil perlahan merebahkan diriku disisinya. Kukecup sekali lagi bibir manis Bbas dan aku siap menjemput malam tanpa mimpi.

'Ahh.. aku lupa menngabari orang rumah'... pikirku setengah sadar.

...

_God_

Ditempat lain.

Rumah God :

"mae.. aku yakin hari ini P God tidak akan pulang. Ishh dia benar - benar melupakan kita," ucap seorang gadis manis kepada ibunya. Yang hanya ditanggapi dengan kekehan sang ibu.


MOMENTWhere stories live. Discover now