MOMENT XIII : ME & ALL OF MY INSECURITIES (Part 1)

1.1K 176 29
                                    

Kupandangi gelapnya langit malam dari kaca samping Bus yang kutumpangi, yang akan mengantarku ke bandara. Aku harus pulang kembali ke Bangkok lebih awal dari pada teman - teman 2 moons yang lain. Entah kenapa penerbanganku diajukan. Aku tidak merasa ada jadwal untuk esok hari. Jadi, pulang kembali ke Bangkok dengan yang lain seharusnya bukan masalah. Meski mereka sedang ada jadwal untuk Solarproject yang aku tidak terlibat didalamnya, tapi aku bisa menunggu. Namun meski aku berusaha menampik semua pikiran buruk diotakku, aku rasa aku tahu apa alasan dibalik perubahan jadwal yang mendadak ini.

Kuingat kembali wajah sedih Bbas ketika aku memberitahunya bahwa aku akan kembali ke Bangkok terlebih dahulu. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun dan hanya memelukku. Dan ketika mata kami bertemu, kudapati kekhawatiran disana.

"Apa P'God akan baik - baik saja?" tanya Bbas lirih sambil meremas kaos bagian depanku.

Mendengarnya, aku hanya tersenyum dan mengangguk. Mengecup bibirnya yang mulai bergetar menahan tangis.

Aku dapat memahami kekhawatirannya. Hubungan yang kita jalani ini, bukanlah sesuatu yang mulus dan baik baik saja. Banyak pihak yang tidak menyukai hubungan kami, meski tidak sedikit juga yang mendukung.

Dari sekian orang yang menentang, managementku adalah salah satunya. Meski tidak semua orang yang ada di sana. Hanya saja manager yang kali ini menemaniku, adalah salah satu yang menentang hubungan kita mati - matian.

Dihari keberangkatan kami saat dibandara, aku sebisa mungkin menjaga jarakku dari Bbas. Meskipun siapa yang tahan mendiaminya lama - lama. Melihat wajah lesu Bbas ketika aku datang dan tidak langsung mendekatinya saja hatiku sudah sakit sekali. Namun aku masih berusaha menjaga jarak aman kami. Di pesawat kami tidak duduk bersama. Pun sesampainya di Taipei setelah makan, ketika yang lain menaiki satu bus aku terpaksa menuruti kemauan managerku untuk pergi menggunakan kereta. Dan menemani mereka berjalan - jalan di night market. Karena mereka semua perempuan dan aku satu - satunya laki - laki yang akrab dengan mereka (menurut mereka -_-) selain itu, aku merasa memiliki tanggung jawab itu meski aku terus memainkan handphoneku sepanjang jalan.

Satu yang kusyukuri, mereka tidak memisahkan kamarku dengan Bbas. Lampu yang menyala redup menyambutku ketika aku melangkah masuk kedalam kamar. Mungkin Bbas sudah tidur, pikirku.

Namun ternyata dugaanku salah. Disana ditempat tidur. Bbas duduk menatapku dengan handphone yang masih menyala di tangannya. Apakah dia menungguku?

"Bbas, kau belum tidur hmm?" tanyaku sambil berjalan mendekatinya.

Bbas hanya tersenyum dan menggeleng. "Menunggu P," jawabnya.

Hatiku begitu senang mendengarnya. Sekaligus lega. Karena sebelumnya aku merasa khawatir jika saja dia marah padaku.

Kuangkat tanganku, dan kuraih pipi lembutnya. Kulihat pancaran lelah dimatanya, namun dia masih saja menungguku. Bbas bukanlah orang yang mampu menahan kantuk, jadi dia pasti sedikit pusing karena memaksakan diri untuk menungguku. Kuusap pelan bibir merah ranumnya dengan ibu jari ku. Bbas, sungguh - sungguh ciptaan Tuhan yang paling mempesona.

Keheningan masih setia melingkupi kami, ketika mata ini mengungkapkan sejuta rasa tanpa kata.

"Bbas," bisikku memecah kesunyian tiba -tiba "Maafkan P'God" lirihku sambil tetap memandang mata indahnya.

Kulihat Bbas mengernyitkan kening dalam. "Maaf, untuk apa P?" tanya Bbas tidak mengerti.

"Untuk semuanya Bbas. Jika P menyakitimu secara tidak sengaja." "karena menghindarimu, karena mengacuhkanmu, karena membuatmu menunggu P hingga larut malam."

Bbas menggelengkan kepalanya kuat dan memelukku sambil bertumpu pada lututnya.

"Tidak. P'God tidak salah." Bisiknya sambil tetap memelukku erat.

"Hanya saja Bbas begitu kesepian jika tidak bersama P'God. Semakin kesepian ketika melihat P'God namun sama sekali tidak bertegur sapa. Dan Bbas nyaris gila, ketika berada di dekat P'God namun tidak bisa menggengam tangan P." "Maafkan Bbas P," rentetan kata - kata itu keluar dari bibir mungilnya membuatku semakin merasa bersalah.

Kurasakan basah di pundakku dan menyadari bahwa bocah keayanganku menitikkan airmatanya kembali.

Kupejamkan mataku erat, berusaha menahan panas airmata yang nyaris mengalir keluar. Tidak. Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat demi kita berdua.

Kupeluk Bbas dengan erat sambil terus mengelus punggung dan rambutnya. Kubiarkan saja Bbas melampiaskan semua rasa sedihnya. Menangis terkadang perlu untuk membersihkan jiwa. Bbas sudah terlalu sering menahan diri. Berusaha selalu terlihat kuat dengan senyum manisnya. Hingga terkadang kita lupa bahwa dia masih sangat muda, untuk menanggung semua beban dihatinya.

Setelah isakan Bbas mulai mereda. Kutarik lembut tubuhnya dan kutatap mata indahnya yang kini sembab. Dan lihatlah bibir itu, yang semakin merah merekah karena tangis. Bagaimana bisa bocah menangis terlihat begitu indah, pikirku.

Kupejamkan mataku, kali ini bukan untuk menahan lelehan airmata. Melainkan menahan hasrat untuk menyerang Bbas dan membuatnya semakin kacau karena kenikmatan. Aku begitu takjub dengan cara kerja otakku yang mampu berubah arah sedemikian cepat. Atau seharusnya aku takjub pada kemampuan Bbas untuk membuatku kelabakan menahan keinginan untuk menerjangnya. Ingin. Aku sungguh ingin. Namun aku berusaha untuk menahan hasratku sekuat mungkin. Tidak hari ini God, tidak. Otakku nyaris kalah dengan nafsuku yang mengerikan.

Hingga akhirnya kukecup bibir Bbas sembari memeluknya kuat. Ini bukan jenis ciuman lembut untuk menenangkan hati. Ini adalah ciuman lapar. Ciuman yang kuberikan untuk meyakinkannya bahwa kita akan baik - baik saja. Meyakinkan Bbas dan meyakinkan hatiku sendiri bahwa semua mampu kita lewati. Kurasakan Bbas yang semula terkejut, mulai membalas ciuman ku. Ternyata bocah kecilku telah banyak belajar. Dan tentu saja dariku. Jangan berani - berani kalian mempertanyakan kesetiaan bocah terkasihku.

Suasana menjadi semakin panas. Bibirku mulai berpindah mengigiti pipi gembulnya. Aku nyaris hilang akal. Sampai kurasakan gigitan kuat dileherku. Bbas memberiku sebuah tanda kemerahan yang tentu saja akan semakin membiru besok. Yang sialnya ( mungkin, untungnya mwehehe) tidak akan bisa ditutupi dengan kerah tinggi sekalipun. tentu saja akan semakin membiru keesokan harinya. Dan berharap bahwa fans tidak akan menyadarinya adalah sebuah kemustahilan. (me :Good, kau sudah belajar banyak menantuku sayang)

Kuputuskan untuk menyudahi make out season kami. Kukecup kedua mata Bbas yang masih terlihat sedikit bengkak dan sayu, kemudian hidung dan terakhir bibir manisnya. Kupandang lekat kedua mata cantiknya. Mata faforitku.

"Tidurlah Bbas. Besok akan menjadi hari yang panjang" "P akan membersihkan badan dulu sebentar," bisikku.

"hmm.. Bbas akan menunggu P'God saja" jawabnya sambil mengerucutkan bibir.

Aku pun terkekeh sambil berdiri dari kasur kami, dan berjalan kekamar mandi untuk mulai membersihkan diri.

_GOD_

MOMENTWhere stories live. Discover now