MOMENT VII

1.3K 181 8
                                    


Closer..

Bangkok di sore hari.

Kupandangi jalanan sibuk diluar sana dari kaca mobil. Kali ini aku hanyalah penumpang. P'ake yang mengemudi di depan sana.

Pikiranku melayang pada hal yang terjadi beberapa hari terakhir hingga hari ini. Banyak hal, terlalu banyak menurutku. Membuatku sedikit sulit bernafas karena serasa menaiki rollercoaster. Hal baik dan buruk terjadi begitu cepat.

Sebenarnya aku sangat menikmaiti hariku disana, Seoul - Korea. Bekerja sekaligus berlibur adalah hal yang baik, dan menjadi hal yang kutunggu - tunggu karena aku pergi bersama dengan kekasih hatiku. Meski sempat khawatir karena ibu dari bocah tersayangku juga turut pergi. Tapi nyatanya kekhawatiranku hanyalah sebatas kekhawatiran. Karena ibu Bbas menerimaku dengan sangat baik. Bahkan memintaku memanggilnya mama.

Aku merasa diterima, benar - benar melegakan.

Pergi bersama, mengelilingi kota Seoul. Menikmati setiap moment bersamanya. Bahkan aku sangat menikmati menjaga adik kecil bocah tampanku. Hatiku terasa hangat. Menjadi bagian dari keluarga ini benar - benar menyenangkan.

Hari - hari kami di Seoul berjalan dengan baik, sampai akhirnya aku menerima panggilan telepon dari ibuku.

Awalnya aku begitu gembira menerima telepon darinya, aku merindukannya. Tapi hatiku serasa berhenti berdetak sebelum sempat berucap sepatah katapun.

'God. Apa benar kau menjalin hubungan khusus dengan Bbas?'

Terdengar tanya ibuku dari ujung sana. Dan aku bingung untuk berkata apa. Tapi aku akhirnya memilih jujur, dan mengatakan yang sebenarnya.

"khub mae," jawabku singkat dan gemetar menanti respons dari ibuku.

Terdengar tarikan nafas cepat dari seberang telpon, sepertinya ibuku terkejut. Dan terciptalah hening yang kita berdua enggan untuk pecahkan.

Terdengar helaan nafas ibuku sebelum beliau menjawab dengan jawaban yang membuatku terkejut.

'hahh.. mae mengerti God. Sebenarnya, mae kecewa karena kau telah membuat mae menjadi orang yang tidak tahu apa - apa. Kau tidak mengatakan apapun sampai mae menanyakan ini padamu. Seolah kau ingin bersembunyi dariku, ibumu sendiri." Ucap ibuku

"mungkin ayahmu tidak akan menerima hal ini dengan baik. Tapi mae bangga padamu nak. Karena telah mengakui kebenaran ini dengan berani." Lanjut nya

"maafkan God mae. Aku sudah memikirkan hal ini begitu sering. Ingin mengutarakan semua kebenarannya tapi begitu takut." Kataku

"maafkan God, karena mengecewakan kalian. Tapi bersembunyi dan lari dari perasaan God sendiri rasanya tidak mungkin. Maaf" tambahku.

'tenanglah God. mae mengerti." "kita akan biacarakan semua ini, dengan ayahmu juga, setelah kau kembali dari Korea." Ucap ibuku sebelum mengakhiri panggilan kami. "mae menyayangimu" imbuhnya.

Kekhawatiran begitu menyelimuti hatiku. Hingga tanpa sadar aku mengabaikan Bbas.

Sungguh bukan inginku membuatnya kecewa, hanya saja aku tidak dalam mood yang baik.

Akhirnya aku memutuskan untuk menemui p'ake ketika yang lain sedang pergi makan malam keluar. Banyak hal yang kami bicarakan hingga akhirnya aku memutuskan untuk mempercepat kepulanganku.

Bagian tersulit dari keputusan itu adalah, menyampakannya pada Bbas bocah kecilku.

"P'God benar - benar akan meninggalkanku disini? Dan kembali sendiri?" ucapnya dengan mata yang berkaca - kaca karena airmata kekecewaan.

Aku hanya tersenyum getir dan kerengkuh dia dalam pelukan.

"ya Bbas. Tapi P tidak pergi darimu ataupun meninggalkanmu sendiri. Ada hal yang harus P selesaikan dan P akan menceritakan semuanya padamu ketika kau kembali nanti." Bisikku sambil mengelus pelan punggungnya agar ia berhenti terisak.

Kuregkuh wajahnya yang sudah memerah ditelapak tanganku. Kukecup matanya yang sembab, hidungnya yg merah dan bibir manisnya yang bergetar menahan isakan.

"P menyayangimu Bbas. Apapun yang terjai nanti P tidak akan meninggalkanmu." Ucapku sambil menatap lurus kedalam matanya.

Terlihat keraguan dan kekhawatiran di obsidian bening miliknya. Namun ia tak berkata apapun.

Hanya kembali memelukku erat.

Kami menghabiskan malam itu dengan Bbas yang terlelap di dadaku. Sesekali masih terdengar isak kecil lolos dari bibirnya.

...

Dan hari ini hal baik itu datang.

Sekarang aku hanya harus menungngu Bocah lelakiku kembali ke Bangkok dan menyampaikan kabar gembira yang baru saja ku dengar.

Ya, aku baru saja berbicara dengan kedua orang tuaku dan adikku. Ayahku yang sebelumnya terlihat begitu kecewa membuatku takut dan khawatir. Tapi ternyata beliau hanya kecewa karena mendengar semua itu tidak dari mulutku sendiri. Ibu tersenyum lembut padaku dan adikku memelukku sambil berbisik "aku bangga padamu P' God"

Mereka begitu berbesar hati menerimaku, anaknya - saudaranya, dengan segala ketidak sempurnaanku. Aku begitu lega dan sedih.

Lega karena mereka menerimaku dan sedih karena merasa begitu egois karena tidak mampu memberikan kebahagiaan yang mereka harapkan.

Tapi hal itu cukup untuk saat ini. Pikiranku sudah begitu penuh dan hatiku sudah begitu merindukan Bbas.

Hahh.. kapan dia akan kembali dan memelukku seolah ingin waktu berhenti...

_God_


God : Dan sampai sekarang aku masih bertanya - tanya darimana ibuku mengetahui hubunganku dengan Bbas.. De, kamu yang kasi tau ya??

Me : Please deh God.. foto berbicara -.-'

MOMENTWhere stories live. Discover now