MOC [Part 3]

2.6K 347 74
                                    

Ia melangkahkan kakinya memasuki penthouse miliknya, sunyi tidak ada suara apapun di dalam, kegelapan lah yang menyambutnya. Tangannya mencapai saklar lampu yang terletak di dinding samping dekat pintu utama.

Perlahan lampu-lampu yang ada di dalam ruangan besar penthouse itu menyala. Bas memicingkan matanya kerah sisi kanan dari ruangan tengah penthouse miliknya. "Cepat sekali" bisik nya seraya memutar bola matanya.

Sisi kanan dari penthouse nya kini telah selesai di design ulang, warna dari design nya terlalu gelap itulah pendapatnya, hitam, putih dan abu-abu apa-apaan dengan warna-warna gelap itu, okay Bas berpikir itu terlihat klasik dan elegan sekaligus tapi itu terlau bernuansa gelap benar-benar bukan tipenya.

Bas melirikkan matanya pada jam besar yang terpajang sangat cantik di dinding, jam sepuluh malam. Bas memutar bola matanya malas, pantas dirinya sangat-sangat lelah.

Bas melangkahkan ke arah wilayahnya atau dimana kamarnya berada, sisi miliknya di dalam penthouse itu terlihat sangat berbeda, desing yang terlihat lebih segar dan modern dengan perpaduan warna biru tua putih dan dan sentuhan sedikit hitam.

Tanpa memiliki ketertarikan untuk mengecek ruangan itu Bas terus melangkah ke ruangannya.

Perlahan ia meletakan tas dan membuka dasi yang sudah terasa sangat mencekiknya. Ia pulang terburu-buru dan meninggalkan kumpulan makan malam kampusnya.

Ia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur ukuran King miliknya yang dominasi warna biru tua, tempat tidur itu terletak di tengah-tengah kamar yang terbilang sangat luas untuk ukuran sebuah kamar pribadi, tapi hal ini wajar untuk kamar pribadi sebuah penthouse.

Bas menjatuhkan dan menelungkupkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dengan sepatu yang masih ia kenakan, kakinya menggantung di ujung tempat tidur.

Isakkan perlahan terdengar. Ia mengingat telepon yang membuatnya tersenyum saat pagi tadi berakhir meninggalkan luka di hatinya.

Perasaan yang ia miliki untuk senior nya selama dua tahun ini tak mengantarnya menuju kebahagiaan. Karena ia terlalu pengecut untuk mengatakannya perasaannya, ia hanya bisa menyimpan rapat perasaan itu di dalam hatinya. Dan seperti ini Bas akan berakhir menangis merutuki kebodohannya. menyukai seseorang yang sudah memiliki orang lain di sisinya sangatlah salah dan menyakitkan. Tapi kenapa ia tak mampu melupakannya.

Isakkan pelan terus terdengar untuk beberapa waktu, hingga waktu menujukan tengah malam suara isakkan itu kini tak terdengar lagi.

.

.

"Sayang bagung"

Bas yang masih nyaman terlelap dalam tidurnya kini terganggu dengan suara yang membangunkannya dan tentu goyangan di bahunya.

"Engg" Bas mengerang, menolak untuk bangun

"Sayang bangun..ayohlah Bas" kini suara itu terdengar sedikit kesal

"Lima menit lagi Bu" Suara serak merengek Bas,

Wanita cantik yang di panggil Ibu oleh Bas itu kini berdiri tegak di samping tempat tidur bas dengan kedua tangan di pinggang, menatap anaknya menyerah. Kebiasaan Bas memang seperti ini sangat sulit untuk bangun.

Ibu.bas melangkah keluar kamar Bas setelah sebelumnya ia melepas sepatu yang masih anaknya kenakan. Melihat kondisi anaknya yang tertidur masih dengan seragam dan sepatu yang ia kenakan, Ibu.Bas bisa menebak jam berapa anaknya kembali ke rumah.

"kemana anak mu?" tanya wanita paruh baya lain saat ibu.bas keluar dari ruangan itu sendiri.

"Maaf Phi sepertinya Bas pulang dari kampus sangat malam, dia type yang sangat sulit di bangunkan" jawab ibu.bas menyesal menghampiri wanita separuh baya yang ia panggil Phi.

Miracle Or Curse [MOC] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang