MOC [Part 23]

2.4K 299 71
                                    

Suasana sangatlah tenang dengan atmosfer yang sangat hangat. Ruang keluarga Suardet kini terasa sangat nyaman. Bas terduduk di sofa bersama Ayahnya dan ibunya. Bas tersenyum meliat adik kecil perempuannya pulas tertidur di pangkuannya.

Berhubung minggu ini dirinya memiliki hari libur yang cukup panjang. Bas memutuskan untuk pulang dan berencana menginap di rumah kedua orang tuanya. Sudah terasa sangat lama Bas tak menghabiskan waktunya dengan keluarganya seperti ini. Sekedar menonton film kesukaan mereka bersama adalah kegiatan kecil yang selalu dilalukan keluarga Suradet bersama. Taki karena Kegiatan kampusnya sungguh sangat menguras waktu dan berhubung Bas telah pindah tinggal sendiri. Bas tak memiliki waktu lagi untuk itu.

Bas kembali mengalihkan pandangan ke depan. Sesekali tawa kecilnya terdengar bersama tawa Ayah dan Ibunya. Menertawakan film yang kini sedang mereka tonton. Keharmonisan keluarga ini sungguh tergambar sempurna dari suasana saat ini.

Helaan napas terdengar dari mereka saat film yang mereka tonton menujukan klimaks nya dan berakhir sepenuhnya. Ibu mengambil adiknya dan mencoba membawanya ke kamar. Dan Ayahnya tentu masih duduk di sebelahnya sedang menyesap kopi panasnya.

"Bas bagai mana pekerjaanmu?" Tuan Suradet meletakan cangkir kopinya dan beralih melontarkan pertanyaan dengan suara yang selalu terdengar begitu berkarisma di telinga Bas.

"Baik, persuaan cabang ini sungguh bagus" Bas mengalihkan pandangannya pada ayahnya. "Ayah benar mereka hanya perlu orang yang mengontrol mereka dengan baik" lanjutnya

"Em kerja bagus"

Bas tersenyum bangga dengan pujian ayahnya. Sungguh ini lah yang ia tunggu-tunggu sebuah pujian dari Ayahnya, yang Bas inginkan hanya itu. Pujian dari sosok yang menjadi panutan baginya selama ini. sementara Tuan Suradet hanya menatap anaknya penuh bangga. Di umurnya yang sangat muda ini Bas sungguh mampu menunjukkan kemampuannya. Tapi tatapan Ayahnya kini berubah, ada raut khawatir di wajahnya.

"Bas kau baik—baik saja?"

Bas mengerjap-ngerjap kan matanya. Ia bingung. "Em, ada apa?" Bas malah berbalik bertanya

"Tidak hanya bertanya... baiklah Ayah ke kamar dulu, jangan tidur terlalu malam"

Bas hanya mengangguk meskipun rasa bingungnya masih terlihat jelas dari wajahnya. Matanya menatap punggung Ayahnya yang mulai menjauh. Bas merasa Ayahnya sedikit aneh. Tak seperti biasanya. Biasanya Ayahnya tipe orang yang tak suka basa-basi. Ia akan langsung bertanya "Kau sakit? Kau membutuhkan sesuatu? Ada yang mengganggu? Apa yang kau inginkan?" ayahnya akan bertanya semua itu langsung seolah ia mengetahui apa yang anaknya rasakan dan alami. Tapi kali ini "Kau baik-baik saja?" ini pertanyaan wajar Ayah pada anaknya untuk orang lain, tapi sangat aneh baginya. Pasti Ada sesuatu..

.
.

Bas menatap hamparan luas ruang gelap di atasnya, dengan percikan sinar-sinar kecil yang tersebar di seluruh penjurunya. Terasa sangat indah dan menenangkan. Kedua mata besarnya tak hentinya menatap lekat pada keindahan itu. Bas hanya berpikir apakah Dia menatap hal yang sama dengan dirinya?. Helaan napas panjang lolos dari mulutnya. Bas ragu percikan sinar kecil dari bintang seperti di depannya ini telah muncul di langit dimana kekasihnya berada.

Bas menumpukan kedua tangan yang terlipat pada pagar balkon kamarnya. Setidaknya untuk menahan setengah bobot dari tubuh atasnya. Udara malam itu sungguh dingin. Angin seolah me membelainya dengann kedinginan begitu dalam. Tapi sedingin apapun angin itu sepertinya tak mengganggu Bas.

Bas hanya terus menatap langit dengan mata sendu. Pandangan mata yang menyimpan kerinduan yang begitu besar. Dan hanya bisa berharap hembusan angin bisa menyampaikan kerinduan itu pada kekasihnya.

Miracle Or Curse [MOC] Where stories live. Discover now