4; "calon pacar, kenapa?"

1.7K 264 300
                                    

Aku tinggal di kelas IPA-1. Kelasku dikenal sebagai kelas yang gesrek. Tiada hari tanpa omelan guru. Itu semua karena kami mungkin, suka menghabiskan jam kosong dengan hal-hal gila. Lena sebagai seorang ketua kelas juga memihak kelas. Aku sampai bingung.

Luke Hemmings memang bukan orang yang begitu tampan, tapi menurutku ia cukup tampan. Oh coba lihat badannya yang tinggi, dengan rambut pirang yang badai, kulit putih, hidung mancung, wajah menawan, dan tindik di sudut bibir. Cewek-cewek bisa klepek-klepek kalau dia lewat di koridor. Dia juga dipredikatkan menjadi boyfriend material, kakak kelas yang most-wanted. Cewek-cewek yang satu angkatan dengan kami, maupun adek kelas dan kakak kelas, tidak segan mendekatinya.

Ya Luke memang sepolos itu, hahaha.

Untung jadi Athena. Dikelilingi cogan mulu sih.

"Luke, ikut gue yuk, mumpung lagi jamkos kitanya," kataku sambil menarik ujung lengannya. Kami duduk bersebelahan, sehingga kami sering melakukan hal-hal di sekolah bersama.

Ia menaikkan alisnya, "ikutan kemana? Kok kelihatannya penting banget."

"Ikut ke kelas IPA-5," jawabku panik.

"Ngapain ke sana sih? Kok tiba-tiba ke kelas IPA-5? Hayo, mau ketemu siapa?" Luke menunjukku dengan telunjuknya, melayangkan tatapan nakal.

Aku memutar mata, "Calum. Calum Hood."

"We anjir-"

"Luke! Jangan keras-keras, ih!" pekikku lalu menutup mulutnya dengan tangan. Aku panik, kemudian takut kalau sampai ada beberapa orang yang mendengar percakapan kami. Luke melotot, melepaskan tanganku dari mulutnya, "Apaan sih lo?!"

"Lo yang apaan, Luke!" balasku tak serantan, "Gue nggak mau ada yang denger, tau! Cuman lo aja yang tahu!"

"Kenapa emangnya Ath? Kenapa cuma gue? Kenapa gue yang jadi korbannya? Gue bukan simpanan lo, Athena," Dia mengusap wajahnya frustasi.

"LHA YANG JADIIN LO SIMPANAN ITU SIAPA?! SETIA NOVANTO?!"

Dia diam. Kemudian tertawa.

Tolong bagi kalian yang merasa pacar, mantan atau kerabat dari penguin besar tak tahu diri ini, tolong banget, kembalikan dia ke habitat asalnya. Tolong banget, aku juga nggak kuat berhadapan sama yang katanya anak olimpiade matematika ini. "Seharusnya lo nutup bibir gue sama bibir lo aja, enak," katanya sambil memanyunkan bibirnya.

"NGOMONG MANEH TAK SLEDING KON!" teriakku sambil melotot. Dia diam, lalu menggumam, "Ngomong opo toh nduk?"

BODO AMAT SAMA BIBIRNYA LUKE.

"Jadi nemenin gue nggak?" tanyaku bingung. Dia mengangguk. Kami kemudian meminta izin kepada Lena dan akhirnya kami pergi ke kelas Calum, kelas IPA-5.

Kami sampai di depan pintu kelas IPA-5. Aku kemudian mengetuk dan semua mata menuju ke arahku dan Luke. "Maaf mengganggu, Bu."

"Ya, Athena? Kamu boleh masuk," seorang guru yang aku tahu adalah seorang guru Kimia mempersilahkanku dan Luke untuk masuk. Luke sudah tersenyum tidak jelas, yang kubalas dengan cubitan pelan di pinggangnya. "Sakit tau, Ath!"

"Biarin," balasku berbisik.

"Ada yang bisa ibu bantu?" tanya beliau.

"Ini bu," Aku menyodorkan amplop putih berisi surat izin dari Calum ke beliau, "Saya mau memberikan surat izinnya Calum Hood."

Sontak saja seisi kelasnya Calum riuh. Aku bisa mendengar berbagai asumsi yang mereka tujukan kepadaku, dari teman dekat, saudara, dan yang terakhir pacar. Mereka juga bertanya-tanya kenapa Calum tidak masuk hari ini. Beberapa dari mereka ada yang bersorak senang, ada juga yang prihatin. Aku mengerutkan dahiku lalu berpandangan bingung dengan Luke. Aku menundukkan kepala kemudian.

ethereal • cth ✔Where stories live. Discover now