10; orang keberapa?

1K 199 381
                                    

Setelah aku meninggalkan Luke, aku kemudian menyadari bahwa sebenarnya sekolah masih ramai dengan murid-murid ekstra. Tapi aku menerobos kerumunan mereka yang ada di koridor sambil menangis, terisak tepatnya. Aku kemudian mempercepat langkahku menuju ke gerbang. Tatapan para siswa di sini membuatku semakin ingin menangis saja.

Halo, Athena Cole menangis di tengah kerumunan murid. Fantastis. Mari beri tepuk tangan.

Aku kemudian mengambil ponsel dari dalam tas, masih dengan terisak, lalu memesan ojek online untuk pergi ke rumah. Pikiranku kacau, aku tak bisa membuka password ponselku. Setelah itu, aku memasukkan ponselku ke dalam tas lagi dan mulai menunggu kedatangan sang sopir.

Seorang adik kelas mendekat kepadaku, dia memasang muka bingung, seolah ingin menanyaiku. "Nggak usah ditanyain," kataku sambil terisak.

"Ya elah kak, orang cuman mau mastiin kakak manusia apa bukan, kok mukanya kayak kuntilanak gitu," balas adek kelas tersebut. Aku menatapnya jengah. HEH, INI ORANG LAGI NANGIS MALAH DIBULLY KAYAK SETAN! PUNYA OTAK NGGAK SIH? NGGAK BISA YA NGGAK BIKIN ORANG EMOSI?

Akhirnya bapak-bapak ojek online datang. Aku segera memakai helm yang diberikan bapak tersebut. "Dedeknya nggak apa-apa?"

Rasanya aku mau bilang, "Saya kenapa-napa pak. Saya habis ditembak sahabat saya. Bapak tahu nggak rasanya kena friendzone? Sakit pak!"

Tapi aku menjawab, "Iya nggak apa-apa."

"Dedek nggak berusaha kabur dari orangtuanya adek kan?" tanya sang sopir. Aku menggeleng, "Enggak tuh pak."

"Kali aja gitu kan, adeknya dijodohin terus adeknya kabur gara-gara nggak mau dijodohin," Sang sopir tertawa terbahak-bahak. Aku, rasanya ingin berteriak dengan kencang, semakin mengeraskan tangisanku. Kenapa sih orang-orang tidak bisa diajak berkompromi saat aku menangis? Rasanya juga aku bilang ke bapaknya sambil menodongkan pisau, "Bapak mau mati di sini atau di mana? Saya siap pisau nih!"

Sesampainya di rumah, kepalaku benar-benar sakit. Serius. Mataku seakan-akan menumpahkan sesuatu, jadi aku segera melepaskan sepatu dengan cepat, dan masuk ke dalam. Tampang acak-acakan yang ada di wajahku, membuat bunda segera menoleh ke arahku, mengalihkan pandangan beliau dari majalah kesukaannya. "Athena? Kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa kok bun," balasku, "Athena ke dalem dulu ya?"

Tanpa menunggu jawaban dari Bunda, aku segera masuk ke dalam kamar. Aku segera menutup pintu dan melepaskan tasku sembarangan. Aku berjalan ke arah kasur, lalu duduk di atasnya. Pandanganku menuju ke cermin tepat di depanku. Bayangan ku terpampang jelas di sana, menerangkan betapa hancurnya diriku. Hancur dalam menjaga pertemanan. Hancur dalam memilih.

Kemudian tangisku pecah. Tanpa suara. Hanya air mata. Dengan cepat aku segera menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Kakiku menggantung. Pandanganku kabur, secara samar-samar aku melihat bagaimana langit-langit kamarku. Pandanganku tersebar hingga ke lemari. Di sana banyak sekali foto-fotoku dengan Ashton, Lia dan Luke. Mulai dari jaman MPLS, hingga...2 bulan yang lalu.

Luke Hemmings.

Segala hal tentang dirinya terputar jelas di otakku, bagaikan buku juga film kesukaanku dan dia, Paper Towns. Atau terkadang, dia menyebut hidup kami sebagai Looking For Alaska. Dia juga tidak tahu siapa yang bakal menjadi Miles Halter, cowok pemalu dan rasional, namun bakal menjadi sang tokoh utama. Atau Alaska, si cewek gila seks yang punya pacar bernama Jake, dengan segala kegilaan. Atau Chip Martin sang pemimpin, atau Takumi sang rubah tak tahu apa-apa. Atau juga Lara, sang pelarian.

Aku ingat bagaimana dia tersenyum saat aku membisikkan hal-hal yang tidak kusukai dari seorang guru, bagaimana dia menahan tawa saat kami bercanda di bangku paling belakang. Bagaimana dia menatapku saat kami menyandarkan kepala kami di meja, mendengarkan musik bersama dari ponselnya. Bagaimana dia menggenggam tanganku saat dia kedinginan. Bagaimana dia menyodorkan bukunya agar bisa aku contek. Bagaimana dia mengingatkanku untuk mengerjakan pr. Bagaimana dia dengan baik hati berkata, "Gapapa-gapapa. Lo duduk aja. Nanti kalau guru-guru tanya, gue jawab lo emang lagi sakit." karena kita berdua dihukum lantaran tidur di dalam kelas.

ethereal • cth ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن