16; ngelu, mampus

792 166 131
                                    

"Hal yang pengen gue lakuin tadi cuman nampar Athlas sampe dia sadar kalo dia itu salah," Lia yang mengobati dagu Luke (iya, berdarah, seperti disayat), menggerutu, dari matanya terpampang sorot kebencian dengan sangat-sangat, jelas. "Pelan-pelah ih, Li," gumam Luke. Aku hanya terdiam. Katanya Athlas lagi masuk BK. Aku bahkan tidak peduli. Kepalaku sakit. Sekarang aku ada masalah lebih penting. Ashton kemudian datang lalu membawakan air minum untuk Luke dan Calum. "Diminum, Cal."

"Makasih Ash," kata Calum lalu meminum air minum yang diberikan Ashton.

"Sumpah ya, tadi gue nggak percaya kalo itu Athlas," kata Luke.

"Iya, dia bukan Athlas, dia peta," kata Ashton. Kemudian Calum menanggapi, "Bukan, dia globe."

"Ransel, ransel," Lia dan Luke bernyanyi, sambil menaik-turunkan kedua alis mereka.

Terkadang aku ingin menggampar keempat orang ini secara bersamaan. "Serius dong," Aku menghela napas.

Kami kemudian terdiam, hening menyelimuti atmosfer. Aku kemudian menuju ke rak obat UKS dan membukanya, berniat mengobati Calum dengan segala kekuatan yang ada. Sumpah ini aku gemeteran. Gara-gara tadi. Kemudian aku berteriak, "Li! Ini gue harus ngobatin Calum pake apa? Gue nggak paham, tulisannya jadi tanda tanya semua."

Lia kemudian bergegas menuju kepadaku. Dia mengambil obat yang aku butuhkan, kemudian memberikannya padaku, "Apa sih. Emang lo pikir ini masha and the bear?"

"Bukan, ini Calum and Athlas," Aku manyun.

"Lha gue nggak dimasukin? Njir, berat-berat," Ashton nyeletuk, yang dibalas dengan Luke, "Gue sampe babak belur gini lho Ath. Wah, ngelu ndase (pusing kepalanya)."

"Gimana kalo itu dibuat Calum and Athena di pelaminan aja?"

Calum berkata ke arah kami, yang dibalas Luke dengan jari tengah, "gundulmu."

"Huelek e," balas Ashton, "Gue juga mau kali. Eh, tapi kan ada yayang Lia."

Lia tersenyum gemas, "Iya yayang Ash, unch."

"Kalian kok abis kejadian Athlas tadi pada nggak waras sih?" tanyaku.

"Kandani a, ngelu ndase arek-arek (dibilangin, lagi pusing itu kepalanya anak-anak)," Jawab Ashton, "Gue juga nih."

Aku segera duduk di sebelah Calum, lalu berusaha mengobati dia yang sakit. Dia sesekali mendesis kesakitan, jadi aku sesekali tidak menempelkan kapas ke lukanya. Kepalaku masih sakit, benar-benar sakit. Maksudku kepada siapa aku berpihak? Calum atau Athlas? Athlas adalah kakakku (meskipun bisa dibilang saudara kembarku), dan aku menghargai bagaimana dia melindungiku sebagai adiknya. Tapi caranya salah. Aku tidak bisa membelanya seperti itu. Untuk Calum, aku...menyayanginya. Bagaimana aku bisa memilih pihak kalau seperti ini? Ini membingungkan.

"Saya minta maaf," ujar Calum pelan.

"Nggak usah minta maaf nggak apa-apa kok," balasku. Please, Ath, jangan pernah kamu natap matanya. Jangan pernah. Itu kelemahan kamu. "Saya tahu kamu marah sama saya," kata Calum lagi.

Luke, Ashton dan Lia memandangiku dengan tatapan bingung. Aku kemudian bangkit, "Habis ini ada ulangan PPKN kan?"

"Eh iya," balas Lia, "Jadi kita balik nih?"

"Ayo dah, daripada susulan," Ashton ikutan bangkit. Aku segera mengembalikan obat yang aku pakai ke tempatnya semula. Kemudian Luke ikut berdiri, "Gue masuk kelas ya?"

"Lo kan sakit," kataku.

"Nggak apa-apa Ath. Ini cuman luka disini doang," Luke manyun. Lia menjawab, "Ya udah yuk, cepetan. Keburu dimulai."

ethereal • cth ✔Where stories live. Discover now