17; rusak dan pergi

782 187 194
                                    

Aku awalnya tidak mengerti. Luke kecelakaan. Aku dengan segera menampakkan tanda-tanda kalau aku sedang panik, lututku terasa lemas dan jari-jariku hampir melepaskan ponselku, tapi Calum langsung memegang pundakku. "Luke kecelakaan Ath! Luke kecelakaan!"

"S-sekarang kalian dimana?"

"Di RSUD, g-gue sama Ashton, sama mamanya Luke," Aku tahu bibirnya bergetar, tanda kalau dia benar-benar tidak bisa menghadapi semua ini. Kuat, Athena, kamu harus kuat untuk Lia. Aku juga harus kuat untuk Luke. Aku harus kuat untuk Calum, atau untuk Ashton dan untuk mamanya Luke. Dia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya, berusaha untuk tenang, "Dia kecelakaan Athena. Lo harus cepet kesini, sekarang. Kita semua pengen lo kesini."

Segera setelah aku mendengar itu, aku berpikir, sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku tahu apa arti kecelakaan untukku, Ashton; terutama Lia. Lia bisa menjadi orang pertama yang mengetahui bahwa Luke kecelakaan, atau orang yang menyaksikannya di tempat kejadian. Lia tidak perlu menjadi orang yang memberi kabar seperti ini; seharusnya ini aku. Aku tahu Lia adalah orang yang menjadi dekat dengan luke akhir-akhir ini. Aku tahu itu. Dia harus menjadi orang yang memberi kabar bahwa sahabatnya, hampir mati karena kecelakaan.

"Saya antar," kata Calum. Dia segera menyetir dengan cepat, membawaku ke rumah sakit dengan segala pikiran yang kacau, sama sepertiku. Sampai di rumah sakit, lalu bertanya ke sang petugas, "Pasien atas nama Luke Hemmings?" sesaat setelah itu, aku berlari ke UGD, disambut oleh Lia yang segera membenamkan dirinya di diriku. Aku memaksa diriku untuk tidak menangis. Aku menutup mataku dengan paksa, sehingga tidak ada air mata yang keluar. Di poin ini, aku benar-benar kehilangan kendali, tapi jika aku melepaskan Lia, dia akan jatuh. Akhirnya aku mendudukkannya di bangku terdekat.

Ashton memelukku kemudian. Dia membenamkan wajahnya ke pundakku dan aku bisa mendengarnya menangis. Kemudian dia melepaskannya, berusaha memaksa dirinya agar tidak menangis. Aku segera memeluk mama Luke yang terlihat benar-benar hancur karena anak laki-lakinya sekarang terbaring di kasur ruangan bercat putih; dengan kemungkinan hidup dan mati yang tidak pasti. Aku tidak bisa merasakan hal yang dirasakan mamanya Luke. Terlalu berat. Jadi beliau melepaskanku dan aku kembali bersama Calum.

"Athena," Calum memelukku dari samping. Ketika aku tidak membalas ucapannya, kekhawatiran di dirinya bertambah, dan alisnya kembali berkerut, "Athena kamu nggak apa-apa? Saya bisa beliin kamu minum kalau mau."

Tahan, tahan, tahan airmatanya, jangan biarkan mereka tambah sedih. "Nggak usah," kataku, suaraku serak, "Aku cuman pengen--"

"--nggak Athena, saya juga nggak apa-apa," tanya Calum, mengalihkan percakapan kami, oh, mengalihkan suasana kami. Aku kemudian memegang lengannya.

"Calum, tolong dengerin saya," Aku mengambil napas dalam-dalam, mencoba tenang, "Luke sedikit kecelakaan mobil, dan sekarang, saya juga dilanda kecelakaan. Kecelakaan perasaan."

"Saya hanya mencoba nenangin kamu," katanya.

"Kamu lihat orang-orang yang disana? Kesedihan saya melebihi 3 orang itu," Aku menjawab dengan tenang. Aku tertawa kecil kemudian. Tawaan yang benar-benar hina.

Betapa buruknya itu? Sahabatku dioperasi, sedang berjuang dalam hidup dan matinya, dan yang aku lakukan hanya membencinya untuk melakukan ini. Melakukan hal ini untuk orangtuanya, sahabat-sahabatnya yang menyayanginya, dan aku. Bagaimana dia melakukan ini untukku?

Ponselku berbunyi, menunjukkan nama Athlas di sana. Aku mengangkat panggilannya. "Kamu dimana sekarang?"

"Aku di UGD-nya RSUD," balasku, "Bareng temen-temen."

Papa Luke datang dari luar dan segera berlari ke arah kami. Aku bisa melihat mama Luke yang menangis di kedua telapak tangannya. Ketika papa Luke berdiri di depan beliau, mama Luke segera memeluk papa Luke erat. Mereka berada di keheningan seperti itu.

ethereal • cth ✔Where stories live. Discover now