Dua

4.6K 531 4
                                    

"Jangan menyusahkanku."

Itu adalah kalimat yang terlontar dari bibir Sasuke sebelum ia melangkahkan kaki. Kalimat peringatan yang wajib dituruti oleh gadis yang sebenarnya tidak sengaja diselamatkannya. Ia yang akhirnya memutuskan kalau kericuhan desa akibat ulah para perampok itu menjadi urusannya.

Tubuh-tubuh yang bergantungan tanpa kulit itulah penyebabnya. Pemandangan itu berhasil menyulutkan perasaan dendamnya pada sekelompok samurai yang dulu membunuh orang-orang yang ia sayangi. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya Sasuke berhasil menghabisi mereka tanpa ampun, tanpa menyisakan satu pun. Namun, tetap saja, ia tidak bisa membunuh kemarahannya, rasa kecewanya, dan penyesalannya pada peristiwa yang telah merenggut kebahagiaan dari hidupnya hingga membuatnya memilih mengangkat pedang.

Tetapi seharusnya cukup sampai di situ ia turun tangan. Sampai semua perampok itu bertemu ajal. Tidak seharusnya Sasuke terlibat lebih jauh sampai membawa seorang gadis bersamanya. Seharusnya ia bisa mengabaikan rengekannya yang terus meminta pertolongan. Sayangnya, lagi-lagi, kenangan mempermainkan perasaannya. Gadis itu bagai cermin yang mengingatkan pada dirinya kala itu, yang menangis dan juga meminta dengan putus asa.

Awalnya Sasuke berpikir kalau dengan menuruti permintaan gadis itu, maka ia bisa sedikit saja menghapus perasaan bersalah karena tidak bisa menyelamatkan orang yang ia sayangi. Mungkin pula dengan begini, ia bisa membayar ketidakmampuannya karena tidak bisa melindungi. Namun sekarang ia menyesali keputusan bodohnya.

Baru beberapa saat yang lalu kalimat peringatan itu terucap, gadis cengeng yang berjalan di belakangnya tiba-tiba menyahut. Suaranya masih bergetar, tetapi bukan itu yang menjadi masalah bagi Sasuke, melainkan permintaannya. Ia tidak suka dihambat oleh sesuatu bahkan hal sepele sekali pun, seperti saat ini.

"Tunggu, Tuan. Aku tidak bisa—maksudku, kakiku terluka ...."

Sasuke mendongak. Gadis itu masih berdiri di atas sana, sedang ia berada di bawah dekat sungai kecil yang berair jernih. Ada sebuah gundukan tanah landai, nyaris tertutup oleh rerumputan, yang menjadi pemisah antara jalan setapak dengan tepian sungai.

Sasuke menyipitkan mata, jelas merasa terganggu. Dan seakan menyadari, perempuan itu pun membungkukan badannya. "Tolong aku, Tuan. Aku tidak bermaksud untuk menyusahkanmu. Tapi kalau aku sampai terjatuh, nantinya aku malah semakin menyulitkanmu."

Merasa tidak memiliki pilihan lain—tidak, tidak, ia punya pilihan lain. Meninggalkan gadis itu adalah pilihan yang paling baik, tetapi pada akhirnya Sasuke menyetujui perkataan sang gadis. Ia berjalan mendekat dan berhenti tepat di ujung gundukan. Satu tangannya terulur.

"Cepat," katanya hingga membuat si gadis mengangkat wajah dan membalas uluran tangannya.

"Terima kasih."

Sebenarnya Sasuke mendengar ucapan itu, tetapi ia lebih memilih abai dan berjalan menuju sungai. Segera dibasuh kedua tangannya, wajah, juga tak lupa ia membersihkan pedangnya. Dan selama Sasuke melakukannya sosok gadis itu sama sekali tidak tampak di sampingnya. Ia melirik, dan mendapati gadis berambut merah muda itu masih berdiri di sana.

"Kau bisa membersihkan diri kalau kau mau," ucap Sasuke yang kembali sibuk menghilangkan noda di pedangnya.

Sekali lagi, perkataannya barusan bukan berarti ia peduli. Tetapi masih ada jejak darah di wajah gadis itu yang cukup mengganggu pengelihatannya. Entah kenapa. Dan lagi, dia terlihat seakan menunggu perintah Sasuke untuk bisa melakukan sesuatu. Dan itu bagus. Memang sepatutnya gadis cengeng itu merasa takut karena Sasuke tidak ingin dianggap seperti dewa penolong.

Terdengar suara langkah kaki terseret. Sasuke tak perlu lagi menebak karena kini gadis itu duduk tak jauh di sampingnya. Tak lama kemudian menyusul suara percikan air. Sasuke menduga gadis itu membasuh wajahnya berkali-kali. Dan saat suara itu hilang, Sasuke diam-diam melirik, mengira kalau gadis itu telah selesai. Namun ia justru menyaksikan hal menyebalkan. Awalnya gadis itu meneguk air sungai, tetapi setelah itu tangannya bergerak menyeka air mata. Lagi-lagi menangis.

Samurai HeartWhere stories live. Discover now