[13]

3.1K 513 56
                                    

Sakura berlari kencang. Shinai permberian Sasuke tergenggam erat di tangan. Ia memang belum mahir menggunakannya, tetapi setidaknya ada sesuatu yang dapat digunakan untuk melawan. Langkah Sakura kemudian melambat. Baru saja ia menyaksikan ke empat orang itu berbelok. Memasuki sebuah pekarangan, yang sepertinya adalah sebuah peternakan kuda.

Sakura mengikuti sambil sesekali memperhatikan sekitarnya yang benar-benar sepi. Tempat ini nyaris seperti kota mati. Tidak ada siapa pun. Rumah-rumah tampak tak berpenghuni. Sepertinya hampir semua orang berkumpul di pusat kota.

Sakura maju perlahan, mengendap-endap. Punggungnya menyandar di dinding kayu sebuah bangunan. Sakura mencoba mengintip dari celah-celah dinding. Para pria itu berdebat, yang lalu membuat tiga dari mereka melangkah pergi, menyisakan satu pria yang sibuk melilitkan kain hitam ke tubuh wanita itu. Jantung Sakura berdebar luar biasa. Ia mengatur napas. Ini kesempatannya. Sakura yakin. Tidak. Tidak. Sakura tidak yakin, tetapi ia tetap akan melakukannya.

Posisi pria itu membelakangi pintu. Bagus. Sakura tidak boleh menyia-nyiakan keberuntungan ini. Diangkat tinggi shinai-nya. Sakura memukul kuat-kuat tepat di kepala. Pria itu langsung berlutut, berteriak kesakitan. Sakura terus saja menghajar hingga shinai pemberian Sasuke patah, dan pria itu terjatuh tak sadarkan diri.

Tangannya masih gemetaran. Namun Sakura buru-buru meraih belatinya. Merobek kain hitam yang membungkus tubuh wanita itu.

"Terima kasih."

"Jangan senang dulu." Sakura menyela. "Kita masih belum sepenuhnya aman. Kau sanggup berlari?"

Wanita itu mengangguk paham. Sakura lalu menarik tangannya. Mereka harus segera pergi sebelum tiga pria itu kembali. Sialnya, pria-pria berbadan besar itu memergoki mereka. Satu dari mereka langsung berlari mengejar.

"Hei, bisakah kau berlari lebih cepat lagi?" Sakura bertanya. Berkali-kali wanita itu nyaris terjatuh.

"Pakaian ini menyulitkanku. Pinjamkan aku belatimu."

Sakura langsung menyerahkan. Tanpa ragu wanita itu merobek pakaiannya, menciptakan dua belahan panjang di kanan dan kiri.

"Ayo!" Wanita itu lalu menarik tangan Sakura. Berganti memimpin di depan.

Kecepatan mereka memang bertambah. Namun saat Sakura mengintip ke belakang, sebuah kereta kuda mengejar mereka. Berhenti sesaat sehingga satu pria tadi ikut naik ke atas kereta.

"Mereka mengejar. Kita harus cepat!" Sakura berteriak panik.

Namun secepat apa pun mereka mencoba, kuda bukanlah tandingan. Pria-pria itu berhasil menyusul. Kereta kuda berbelok, menghadang langkah mereka. Para pria itu melompat turun. Senyum kesenangan terukir di wajah ketiganya.

"Kalian pikir bisa lari?" Pria berjenggot tertawa. "Silakan. Lari saja." Namun kemudian tangannya menyambar rambut Hinata. "Dasar jalang!"

Sakura refleks menggenggam tangan pria itu diikuti lutut yang menendang, menyerang telak ke perut. Sakura ingat Sasuke sering mengajarinya hingga semuanya terjadi begitu saja. Seperti sebuah kebiasaan. Meski begitu Sakura tetap takut bukan kepalang, karena ia tahu serangan itu bukan berarti kemenangan.

Perkiraan Sakura benar. Satu pria lain maju dengan terburu. Melayangkan tendangan yang sama, yang tidak mampu Sakura hindari. Seketika Sakura meringkuk memegangi perutnya. Meringis menahan sakit dan mual. Rasa-rasanya semua isi perutnya berlomba untuk keluar.

"Kau menendang sekuat tenaga?" Pria yang berdiri di dekat kereta menyahut. "Dia perempuan."

"Peduli setan! Dia menyulitkan kita. Tidak peduli laki-laki atau perempuan selama orang itu menyulitkan rencana kita maka sudah sepantasnya kita habisi!"

Samurai HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang