[18]

2.8K 433 25
                                    

Itachi menunggu dengan keyakinan kuat bahwa Sasuke akan datang padanya. Adiknya pasti menginginkan kebenaran. 

Itachi menunggu di atas dahan pohon. Duduk menyandar. Begitu melihat Sasuke keluar meninggalkan penginapan, Itachi melompat turun. Dalam terbatasnya cahaya penerangan di sekitar, Itachi menangkap adanya sosok lain bersama Sasuke. Matanya menyipit, berusaha menegaskan bahwa memang Sasuke tidak datang sendirian. Adiknya pergi dengan membawa seorang wanita dalam gendongannya.

Tidak ada sambutan hangat. Sasuke hanya diam begitu Itachi berdiri di hadapannya.

Sesaat keduanya tak saling bicara sampai ketika mata Itachi bergulir menatap Wanita dalam gendongan Sasuke, adiknya langsung berkata, "Dia bersamaku."

"Dia kekasihmu?"

"Itu bukan urusanmu."

"Lalu apa wanita itu tahu apa yang akan kaulakukan?"

Genggaman Sasuke mengerat. Pria itu tidak memberikan jawaban.

Itachi menurunkan pandangannya. Menatap wanita yang tertidur di gendongan Sasuke. Meskipun hanya sebagian wajahnya saja yang terlihat, Itachi ingat siapa wanita itu. Dia adalah wanita yang menggoreskan luka di lengan Itachi ketika ia dan Sasuke tengah bertarung. Wanita yang cukup berani, atau mungkin terlalu nekat. Tetapi, melihat dari tindakan wanita itu, sepertinya hubungan mereka bukanlah sebatas rekan.

"Seharusnya kau mengerti bahwa wanita itu hanya akan menjadi penghambat."

"Tidak usah mengatur-aturku." balas Sasuke tegas. "Jangan berlagak menjadi kakakku sekarang."

Ada kebencian yang sangat dalam pada nada Sasuke barusan. Rupanya kebencian Sasuke padanya masih belum menghilang.

Selama beberapa saat yang ada hanyalah kesunyian. Tidak ada yang bergerak, hanya mata yang saling menatap tegas.

Pada akhirnya Itachi yang pertama bertindak. Ia berbalik. Lima langkah kemudian ia mendengar Sasuke berjalan mengikutinya.

...

Mendengar ketukan di pintu, Hinata lantas terbangun. Seseorang di luar sana kemudian menyahut lantang.

"Maaf sebelumnya Hinata-sama, saya mendapat perintah dari Naruto-sama untuk membangunkan Nona."

Hinata tidak langsung membalas, justru menatap sekelilingnya, mencari keberadaan Sakura. Apakah wanita itu masih bersama Sasuke?

"Nona ..." Panggilan itu menyadarkan Hinata.

Buru-buru Hinata menyahut sebelum dayangnya memaksa masuk ke dalam kamar. "Iya. Katakan padanya aku sudah bangun."

Hinata baru akan bertanya tentang keberadaan Sakura, tetapi dayangnya sudah lebih dulu bicara, "Begini Hinata-sama, Naruto-sama juga berpesan pada saya untuk segera mempersiapkan Nona."

Hinata mengerutkan dahi. "Bersiap-siap untuk?" tanyanya.

Hinata lalu mengintip lewat jendela kamar. Memastikan apakah ia bangun kesiangan, tetapi warna pada langit menunjukkan bahwa hari masih sangat pagi. Apa mungkin mereka akan pergi sepagi ini?

"Untuk melanjutkan perjalanan."

Jawaban sang dayang membuat Hinata menghela napas. Ditutupnya jendela kamar, lalu mempersilakan dayangnya masuk. Hinata terus memperhatikan, berharap Sakura muncul bersama sang dayang. Namun sampai dayangnya menutup pintu, Sakura tidak jua muncul. Hinata tentu ingin bertanya mengenai keberadaan Sakura. Lagi pula mengapa bukan Sakura saja yang Naruto perintahkan untuk mempersiapkan dirinya? Namun pada akhirnya semua itu hanya Hinata simpan dalam hati. Ia akan mencari tahu tentang itu sendiri.

Samurai HeartDonde viven las historias. Descúbrelo ahora