[23]

2.7K 321 32
                                    

"Semua persiapan sudah mendekati tahap akhir. Bila tidak ada halangan ada kemungkinan kita bisa mempercepat penyerangan," ucap Hashirama.

Pria itu berdiri di sisi kanan meja. Itachi tepat di depannya. Sasuke lebih memilih berdiri di samping pintu, bersandar dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya. Tidak banyak bicara, hanya memperhatikan keduanya dengan saksama.

"Apa kau sudah memutuskan siapa yang akan menggunakan senjata itu?" tanya Itachi.

Ketiganya mengarahkan pandangan pada senjata yang dimaksud, gatling gun.

"Aku belum memutuskan," jawab Hashirama. "Aku sudah memiliki beberapa kandidat. Nantinya mereka akan mendapatkan pengarahan untuk mengoperasikan gutling gun. Baru setelahnya aku akan memutuskan. Bagaimana dengan strategi penyerangan? Kau sudah memikirkannya?"

Itachi menunjuk kertas besar di atas meja. Telunjuknya bergerak melingkar, menandai sebuah tempat. "Seperti rencana awal. Karena kita akan melakukan serangan mendadak, maka kemungkinan besar penjagaan di sekitar area istana tidak begitu kuat." Kemudian tangannya terlipat di dada. "Dari kabar yang kudapatkan dari mata-mata suruhanku beberapa divisi sedang bertugas di luar istana. Itu akan menjadi salah satu keuntungan kita melumpuhkan gerbang istana. Masalah terbesar masih terletak pada Minato Namikaze. Sasuke akan bertugas untuk melumpuhkan Minato sekaligus pembuka jalan, kemudian aku akan melakukan tugasku, membunuh Kaisar Hyuuga."

Sasuke membalas tatapan Itachi. Mata hitam pria itu tidak berubah. Kebencian besar terpancar kuat di matanya. Apakah mata Sasuke juga sama? Beginikah yang Sakura lihat dari matanya?

Hashirama tersenyum. Kepalanya mengangguk seakan membayangkan kemenangan yang akan diraihnya. Seakan dunia sudah berada di dalam genggamannya. Dan senyuman itu tak juga hilang sampai ia pergi meninggalkan Sasuke dan Itachi.

Pintu di samping Sasuke terbuka lebar, mengirimkan semilir angin dingin di antara mereka. Itachi beralih duduk, masih menjadikan meja bulat besar itu sebagai penengah.

"Kau masih memikirkannya?"

Pertanyaan Itachi barusan tentu saja merajuk pada Sakura. Sasuke memilih untuk tidak menjawab. Lagi pula sejak kapan ia bisa menghilangkan sosok Sakura dari benaknya?

Awalnya Sasuke mengira akan mudah untuknya membenci setelah apa yang sudah Sakura lakukan. Ia dengan jalan pilihannya. Sakura dengan apa yang dipilihnya. Namun justru hal itu yang membuat Sasuke jadi susah melupakan. Ia akan terus teringat akan tujuan hidup yang memisahkan mereka. Sasuke jadi mempertanyakan lagi apa yang sebenarnya ia cari.

"Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Itachi lagi. "Kepergian wanita itu, apa benar hanya sebatas karena ia tidak bisa menerima keputusanmu? Atau karena atas perintahmu? Kau memintanya pergi untuk memberitahukan kabar ini pada mereka?"

"Mata-matamu yang mengatakan itu?" Sasuke balik bertanya. "Atau itu hanya pengandaianmu saja? Tunjukan saja buktinya kalau memang pengandaianmu itu benar."

Itachi mencodongkan tubuh, kedua tangannya mengait, bertumpu di atas meja. "Alasanmu mengikuti rencanaku adalah karena wanita itu. Sekarang, ketika wanita itu sudah tidak lagi bersamamu, bukankah itu artinya kau juga sudah tidak punya alasan lagi?"

"Tou-san," sahut Sasuke. "Karena dia aku di sini."

Sasuke mengalihkan pandangan, menembus kaca besar yang ada di belakang Itachi. Matanya tertuju pada langit biru yang luas. Pada kehampaan yang terus mendera. Pada keinginan yang ia cari. Pada sesuatu yang tidak pernah ia tahu. "Tou-san ... dia orang yang seperti apa?"

Keheningan datang menyapa mereka. Tidak ada yang bersuara seolah keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Ruangan itu melenggang sampai akhirnya Itachi yang bicara, "Yang pasti dia sangat menyayangimu."

Samurai HeartOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz