[05]

3.4K 571 27
                                    



Sakura menjerit, juga meronta, kala seorang wanita menganti pakaiannya. Setelah kimono berhasil terpasang di tubuhnya, segera kaki dan tangannya diikat, melekat ke kursi yang ia duduki agar ia tidak dapat lagi memberontak.

"Diam!" teriak wanita bersangul dengan riasan wajah yang mencolok. Wanita itulah yang menggantikan pakaian Sakura. Dia menggeram kesal karena Sakura masih terus menggelengkan kepala, menolak untuk dirias. "Hei! Aku sudah tidak tahan! Kenapa tidak kau pukul saja kepalanya, atau apalah, supaya dia diam!"

Pria berbadan besar yang berdiri di balik pintu menyahut, "Kau sudah tahu kenapa kita tidak bisa melakukannya. Sudah kerjakan saja tugasmu."

Wanita itu mendengus kesal, lalu menatap Sakura dengan tajam. "Dengar. Setelah malam ini, jangan harap aku akan bersikap seperti ini padamu." Wanita itu menyeka air mata Sakura sambil berdecak. "Dasar tolol. Sudah kubilang percuma saja menangis. Malam ini kau tetap akan melayani mereka. Kalau mau berdoa, berdoa saja supaya laki-laki pertama yang kau layani nanti berwajah tampan dan wangi."

Wanita itu pun tertawa sambil melanjutkan tugasnya. Gerutuan masih keluar dari mulutnya setiap kali mengusap air mata Sakura.

Sakura tak menyangka semua akan menjadi seperti ini. Baru beberapa hari yang lalu ia mulai menata kehidupannya yang baru. Tinggal bersama orang-orang yang menyayanginya, yang juga sudah Sakura anggap seperti orang tuanya. Namun sepertinya takdir tidak ingin melihatnya bahagia.

Siang itu, saat Sakura tengah membantu Yuuko dan Ichiro membersihkan penginapan mereka, segerombolan pria tiba-tiba datang. Awalnya Sakura tidak mengetahui karena sibuk menjemur pakaian. Sampai akhirnya, samar-samar, ia mendengar keributan. Merasa suara itu berada di sekitar penginapan, Sakura pun bergegas keluar.

Kedua matanya lantas melebar melihat Ichiro sudah tergeletak di tanah. Satu kaki pria berbadan besar menginjak dadanya. 

"Lepaskan," pinta Yuuko sembari berusaha mengenyahkan kaki itu dari dada Ichiro.

"Kakiku akan lepas dengan sendirinya kalau kalian membayar utang," sahut pria itu.

"Seharusnya utang kami sudah lama lunas kalau kalian tidak memberikan bunga terlalu besar!" Yuuko memprotes. Namun tamparan keras mendarat di pipinya sampai-sampai sudut bibirnya terluka.

"Kalau kau memang tidak mampu, jangan datang meminjam uang padaku! Sekarang cepat bayar atau kubakar penginapan kalian!"

"Jangan ...," rengek Yuuko. "Tunggu. Tunggulah seminggu lagi, pasti akan kami lunasi."

"Kaupikir aku akan percaya dengan cara yang sama, hah!"

Sakura bergegas memeluk tubuh Yuuko saat kaki pria itu berniat menendangnya. "Hentikan!"

Ia memejamkan mata, bersiap menerima serangan pria tersebut, tetapi tahu-tahu tubuhnya ditarik hingga pelukannya terlepas.

"Siapa dia? Mengapa aku tidak pernah melihatnya?"

Yuuko memeluk kaki pria berbadan besar itu. "Lepaskan anakku. Kumohon."

"Kau punya anak yang cantik rupanya!" Pria itu berseru senang. "Dia pasti bernilai mahal jika kujual. Baiklah, aku anggap utang kalian lunas dibayar olehnya."

"Jangan. Kumohon jangan."

Namun dengan mudahnya pria itu menghempaskan tubuh Yuuko. Bahkan dia tak ragu menendang dengan sekuat tenaga saat Yuuko kembali memeluk kakinya sembari memohon.

Ichiro yang terbaring lemah langsung bangkit. Dengan langkah sempoyongan pria paruh baya itu melawan. Tentu saja pukulannya dapat dengan mudah dihindari dan pria berbadan besar itu malah memberi serangan balasan. Tendangannya tepat mengenai pinggang Ichiro. Sakura berteriak ketika tubuh Ichiro terjatuh begitu keras.

Samurai HeartWhere stories live. Discover now