[11]

3.7K 472 18
                                    


"Hinata-sama, Kaisar memanggil Anda."

Perempuan berambut ungu panjang itu segera membuka pintu kamarnya. Menoleh sekeliling.

"Bukankah sudah kubilang tidak perlu seformal itu jika tidak ada siapa pun," sinis Hinata. Tangannya sudah terlipat di depan dada.

Naruto menahan diri agar tidak tertawa melihat wajah Hinata. Kedua pipinya sekarang mengembung seperti balon yang siap meledak. Jika sudah begitu Naruto justru semakin ingin menjahili sahabat kecilnya ini.

"Maaf, Hinata-sama. Tapi Kaisar meminta Anda untuk segera datang."

Mata indah Hinata--yang selalu mengingatkan Naruto pada bunga lavender--kini memelototinya. 

"Kubilang jangan memanggilku begitu!" ujar Hinata kesal, lalu mendengus sembari memalingkan wajah.

Naruto terkekeh. "Baiklah, Hinata. Ayahmu memanggilmu. Jika kau tak segera datang, bukan hanya ayahmu, ayahku juga akan mencekikku."

"Kau duluan yang cari gara-gara." Kali ini Hinata memberengut. Mulutnya merucut sambil masih menggerutu tentang betapa sebalnya ia pada Naruto.

Naruto hanya melemparkan senyum tipis. Siapa suruh Hinata menggemaskan sehingga membuat Naruto selalu ingin mengusilinya. Melihat Hinata merajuk memang selalu menyenangkan.

Hinata mendengus saat melewatinya. Dengan sigap Naruto mengekori Hinata ke luar dari kediaman sang putri. Melewati beberapa pelayan dan pengawal yang menunduk hormat pada mereka.

"Ada perlu apa pria tua itu?" tanya Hinata setelah agak jauh meninggalkan kediamannya. "Tidak tahukah dia kalau aku masih kesal dengan keputusan sepihaknya."

"Itu adalah keputusan terbaik untukmu, Hinata," timpal Naruto santai.

"Dengan memperketat penjagaanku dan melarangku ke mana pun? Jangan bercanda, Naruto."

"Berhentilah menggerutu, Nona Manja. Nyawamu sedang dalam bahaya. Sudah pasti ini adalah jalan terbaik untuk melindungimu."

Hinata tiba-tiba berhenti. Membalik badan hingga mereka berhadapan.

"Aku tahu, pasti kau yang mengusulkan ide bodoh ini. Iya, kan?"

"Ide bodoh katamu?" Digesernya telunjuk Hinata yang menunjuk hidung Naruto. "Suatu saat kau akan berterima kasih atas ide yang kau bilang bodoh tadi, Hinata-sama."

"Aku membencimu, Namikaze-san!"

Naruto hanya balas terkekeh hingga pipi Hinata mengembung lagi. Hinata tak pernah tahu betapa Naruto sangat menyukai ekspresinya itu. Yeah, Hinata tidak akan pernah tahu betapa ia menyukai gadis itu.

Begitu tiba di depan ruangan kaisar, pintu segera dibuka oleh prajurit yang berjaga, yang kemudian menunduk saat Hinata berjalan masuk. Naruto setia mengekori tuan putrinya. Sampai mereka sudah menghadap kaisar, secara bersamaan Hinata dan Naruto menundukkan badan, memberi hormat.

"Aku mendapat undangan dari bangsawan Senju untuk menghadiri acara jamuan teh. Dan aku mengutusmu sebagai perwakilan dari kekaisaran, menggantikanku."

"Bukankah kau melarangku untuk pergi ke mana pun?"

"Hinata-sama," tegur Naruto pelan.

Kaisar Hyuuga mengangkat satu tangannya. Memberi tanda pada Naruto. "Kau masih tidak bisa menerimanya?"

"Tentu saja." protes Hinata. "Kau selalu memutuskan semuanya tanpa meminta atau mendengarkan pendapatku lebih dulu. Setelah melarangku, sekarang kau juga mengutusku untuk datang ke acara yang membosankan, yang lagi-lagi tanpa bertanya padaku lebih dulu!"

Samurai HeartDonde viven las historias. Descúbrelo ahora