[21]

3.2K 385 54
                                    

Rahang Sasuke mengeras. Jawaban Sakura membuat sesuatu di dalam dadanya seperti dipukul keras-keras. Ia sangat berharap bahwa Sakura akan mendukung apa pun keputusannya, sekalipun yang dipilihnya adalah jalan kehancuran. Sasuke mengira Sakura akan memahami dirinya, bahwa semua keputusan yang Sasuke ambil murni dari kekejaman yang ia alami. Masa bodoh dengan perkara salah atau benar. Masa bodoh dengan nasib orang-orang yang tidak dikenalnya. Mengapa Sasuke harus peduli saat mereka juga tidak peduli?

Sasuke kira Sakura bisa mengerti.

Namun Sasuke tekan kuat-kuat rasa kecewanya. Bagaimanapun ada satu bagian dari dirinya yang berteriak bahwa ia tidak bisa kehilangan Sakura.

Sasuke mendekat, memutar tubuh Sakura agar menghadapnya. Sasuke nyaris putus asa ketika Sakura justru menundukkan kepala, menolak untuk membalas tatapan matanya.

"Aku tidak akan membunuh Naruto dan Hinata sesuai dengan keinginanmu," bujuk Sasuke. Baru kali ini selama hidupnya Sasuke memohon pada seseorang selain ibunya. "Akan kupastikan mereka selamat. Aku berjanji. Karena itu, tetaplah di sisiku, Sakura."

Sakura menggelengkan kepala. Matanya melantas basah. "Apa kau masih tidak mengerti? Ini bukan tentang Naruto dan Hinata. Banyak orang yang akan menjadi korban, Sasuke." Sakura menghela napas. Sekuat tenaga menahan air matanya. Jemarinya bergerak menelusuri lengan Sasuke, mengelus lembut, lalu berhenti di lekukan sikut pria itu. Kali ini Sakura yang memohon. "Hentikan rencana penyerangan Kaisar Hyuuga dan aku berjanji akan terus berada di sampingmu."

Sasuke menggeram frustrasi, tanpa sadar meremas bahu Sakura kuat. "Rencana itu tidak bisa lagi dihentikan. Keputusan itu sudah bulat."

Satu kedipan mata dan jatuhlah air mata Sakura. Namun cepat-cepat Sakura menyeka. Ia menganggukkan kepala merasa bahwa ia juga harus membulatkan keputusannya. "Aku mengerti. Kau memilih Itachi."

"Apa maksudmu?"

"Sudah jelas, bukan? Tujuan kita berbeda. Aku tidak bisa menyetujui keputusanmu. Itu berarti aku juga tidak bisa ...."

"Tidak." Cengkeraman Sasuke menguat. Matanya menatap marah juga kecewa. Darah dalam dirinya terasa mendidih. Kalimat Sakura sukses menghancurkan pertahanan Sasuke. Ia hilang kendali. "Tidak!"

Sakura mengernyit. Matanya memejam merasakan remasan yang teramat kuat di bahunya. Cengkeraman Sasuke tidak main-main. Tetapi bukan itu letak masalah yang sebenarnya. Sakit di bahunya tidak seberapa dibanding sorot di mata Sasuke yang terasa menusuk sampai ke hatinya. Mata hitam itu menunjukkan betapa Sasuke amat terluka.

Sakura menuduk demi untuk tidak menyaksikan itu semua, karena kini ia pun sama terlukanya. Meski begitu Sakura sudah memutuskan untuk tidak mengubah keputusannya. Ia tidak sanggup berdiam diri dan membiarkan orang yang ia cintai tenggelam dalam kubangan darah dari orang-orang yang tidak bersalah. Sakura tidak sanggup melihat Sasuke menjalankan rencana Itachi dan bersikap seolah tidak ada apa pun yang terjadi. Sakura tidak bisa.

"Sa-sasuke ...," Sakura merintih. Sasuke benar-benar menggunakan seluruh tenaganya. Pria itu bahkan tidak mengubris. Suara Sakura barusan seperti diterbangkan oleh angin.

"Tidak kuizinkan kau pergi," ucap Sasuke pelan, tetapi sukses membuat Sakura bergidik. Ucapan Sasuke terasa begitu dingin seperti bilah pisau yang menempel di lehernya yang memaksa Sakura untuk menuruti semua perkataannya.

Sakura menyipitkan mata. "Sa-sasuke ... le-lepas."

Namun Sasuke masih tidak mendengar. Pria itu seolah tenggelam dengan kemarahannya.

"Sasuke ...," panggil Sakura lagi. Ia pun mengisak, tidak sanggup lagi menahan cengkeraman Sasuke. "Sa-sakit ...."

Tangisan Sakura berhasil menyentak Sasuke. Sontak Sasuke melepaskan cengkeramannya. Mengambil langkah mundur, menghembuskan napasnya berkali-kali. Mengusap wajah ketika melihat air mata jatuh di pipi Sakura. Sasuke lalu memutuskan membalik badan. Matanya terpejam. Sungguh ia sangat menyesali perbuatannya.

Samurai HeartWhere stories live. Discover now