[07]

3.7K 540 13
                                    


Sasuke terbiasa bangun saat matahari bahkan belum terbit. Pagi menjadi waktunya untuk berolahraga dan itu sudah menjadi suatu kebiasaan. Sasuke duduk, melemaskan lehernya terlebih dulu, lalu tanpa sengaja menangkap sosok yang masih berbaring di sampingnya. Wanita itu bergelung di balik selimut yang hampir menutupi kepalanya, hanya tersisa beberapa helai rambut merah muda yang mencuat sembarang arah. Sepertinya ia harus mulai terbiasa melihatnya pemandangan ini setiap pagi.

Sasuke berjalan tanpa suara, pun saat membuka dan menutup kembali pintu kamarnya. Ruangan tengah masih tampak temaran juga sepi. Menandakan sang pemilik rumah masih tertidur. Ia berjalan sampai ke bagian terbelakang rumah, ke sebuah halaman kecil tak berumput.

Sebelum memulai Sasuke melepaskan pakaian atasnya, menggantung di jemuran kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Baru kemudian melakukan pemanasan hingga berlanjut memainkan pedang.

Di sela-sela kegiatannya, Sasuke mendengar suara pintu terbuka begitu kencang. Ia menduga suara itu berasal dari kamar tidurnya, dan tentu saja Sasuke juga bisa menebak siapa yang melakukannya. Selang kemudian, dengan langkah cepat, Sakura muncul dengan wajah panik bahkan air matanya seperti sudah siap meledak.

"Kau berniat membangunkan seisi rumah?" tegur Sasuke. Ia memasukan pedang ke sarungnya.

Sakura menundukkan kepala saat menjawab, "Ma-maaf, aku terlalu kaget, aku kira ...." Wanita itu tidak menyelesaikan kalimatnya. Benar-benar merepotkan.

"Kembalilah ke kamar," perintah Sasuke. "Atau mungkin kau bisa melakukan sesuatu yang lebih berguna daripada hanya diam seperti orang bodoh."

"Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa," cicit Sakura. Kepalanya masih tertunduk lesu.

"Pagi ini kita akan pergi lagi. Carilah bekal makanan untuk diperjalanan," ucap Sasuke yang lalu melemparkan beberapa koin.

Namun Sakura tidak langsung memunggutnya. Perlahan dia mengangkat kepala hingga mata hijaunya menatap Sasuke. "Aku bisa memasak. Apakah kau tidak keberatan kalau aku membuatkan bekal untuk kita. Kupikir dengan begitu kau bisa menghemat uang."

"Ide bagus." Sasuke melihat senyum tipis tersungging di wajah Sakura. "Tapi ingat, kita harus berangkat pagi."

Masih dengan senyum senang Sakura mengangguk. Wanita itu segera memunggut keping perak yang berserak di bawah kakinya. Sasuke masih mengawasi Sakura yang kini berbincang dengan istri pemilik rumah.

Sebenarnya Sasuke sengaja memerintahkan Sakura untuk membeli bekal makanan karena ia sudah menduga Sakura akan mengatakan itu. Anehnya, Sasuke tidak bisa menduga mengapa ia sampai melakukan semua ini? Sasuke juga belum tahu sampai kapan Sakura akan mengikutinya. Semuanya masih terasa samar.

Namun Sasuke sadar ia harus mulai serius memikirkan tentang ini, tentang Sakura yang bersamanya, karena ia punya tujuan hidup yang harus ia wujudkan secepatnya. Dan jalan keluar satu-satunya, Sasuke harus sesegera mungkin menyingkirkan Sakura karena wanita itu hanya akan menjadi beban untuknya.

Sesuai janji, bekal makanan sudah tersedia begitu Sasuke selesai mandi. Setelah sarapan mereka pun berpamitan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke desa berikutnya. Desa yang mereka masuki sekarang memang tidak begitu besar, tetapi tampaknya sangat ramai pengunjung karena kolam pemandian air hangatnya yang terkenal. Tapi bukan itu tujuan Sasuke mendatangi desa ini.

Bergegas Sasuke mencari penginapan sehingga ia masih memiliki waktu untuk mencari pekerjaan. Sekarang Sasuke harus mengambil lebih banyak pekerjaan dibanding biasanya karena biaya hidupnya bertambah dua kali lipat. Apalagi dengan adanya Sakura, ia tidak bisa lagi tidur di sembarang tempat. Sasuke tidak ingin mengambil risiko lebih besar. Karenanya ia lebih memilih untuk memesan tempat untuk peristirahatan, walaupun memang sampai saat ini ia masih memesan satu kamar untuk berdua.

Samurai HeartWhere stories live. Discover now