I Love You Just The Way You Are

147K 9.5K 308
                                    

Araxi yang masih shock pun menatap kearah Ken yang sudah hilang entah kemana. Ia kembali menatap layar ponsel itu lalu akhirnya tersenyum geli.

"Priaku memang sangat seksi." Kata-kata menjijikkan itu lolos begitu saja dari bibir ranumnya.

Araxi memperbesar foto itu lalu menatap fokus kearah daerah yang tertutupi handuk itu. Araxi tersenyum mesum, mengingat betapa tangguhnya milik Ken.

Entah berapa lama ia memperhatikan foto itu dan tanpa sadar Ken sudah berdiri tepat dibelakangnya.

Ken mendekati Araxi yang masih belum sadar lalu mendekatkan wajahnya kearah telinga wanita itu.

"Siapa dia?"

"Pria es batu yang selalu membuat air liurku terjatuh." Jawab Araxi tanpa sadar. Senyuman mesum Araxi mendadak pudar, ia menatap pelan kearah sumber suara.

"Ahk!" Jeritnya kuat saat Ken sudah menatapinya datar. Araxi yang akan beranjak dari sofa pun kalah cepat karena Ken sudah menahan pundaknya.

Araxi mematung, pipinya merah padam. Ia sudah tak punya muka untuk bertatap muka dengan Ken.

Nafasnya memburu saat merasakan wajah Ken terasa dekat di telinganya. Hembusan nafas Ken membuat sulit menelan air liurnya.

"Ganti pakaianmu, kita akan ke rumah sakit." Ucap Ken lalu melepaskan genggamannya di pundak Araxi.

Araxi yang sudah tak bisa berpikir jernih pun berdiri perlahan lalu berlari kencang menuju kamarnya.

Ken menggelengkan kepalanya, tingkah remaja zaman sekarang memang ada-ada saja.

'Drrrt'

Ken menatap ponselnya yang bergetar, ada pesan. Ternyata pihak keamanan sudah beres.

Ken tersenyum licik, ia memiliki dua parasit yang harus ia singkirkan. Si wanita tua dan sang penegak hukum tengil itu.

-

Araxi menutup pintu kamarnya kuat. Ia bersandar dibalik pintu itu lalu memegang dadanya, jantungnya berdebar kencang, nafasnya memburu. Pipinya sedari tadi merona malu.

Araxi menggigit bibirnya lalu melangkah ke meja rias. Ia mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya seolah merasakan panas yang membakar pipinya.

Seolah kedua kakinya menari-nari, senyum Araxi mengembang manis. Ia tak pernah merasakan malu dan sesenang ini secara bersamaan.

'Sepertinya rasa cintaku kepadamu semakin besar.' Batin Araxi.

Senyuman manis itu berubah menjadi senyuman penyemangat. Araxi mengepal jemari-jemarinya seolah mengumpulkan beribu kekuatan.

'Aku tahu benar akhir dari hubungan ini, dan karena itulah aku tak akan pernah menyia-nyiakan satu detik pun bersamamu' Batin Araxi.

-

Ken menaikkan sebelah alisnya saat menatap Araxi yang baru saja menuruni anak tangga.

Gadis kecil itu berdandan dan membuat dirinya semakin dewasa tak menarik perhatian siapapun.

Araxi tersenyum malu saat Ken memandanginya. Ken pasti akan memujinya lalu mengecup punggung telapak tangannya seperti di dongeng-dongeng itu.

Senyuman itu mendadak membeku saat Ken melewatinya begitu saja. Dengan tatapan kesalnya ia mengikuti langkah Ken yang meninggalkannya. Bibirnya mengerucut sedih.

Ia mengikuti langkah Ken dengan beribu pikiran yang melandanya.

-

Araxi hanya membisu di dalam mobil, siapa saja dapat melihat kalau ia sedang dalam suasana sedih.

Ken sedari tadi sibuk dengan iPadnya, membuay mood Araxi semakin memburuk. Ia bahkan sampai ingin menangis.

Araxi mengeluarkan ponselnya, wallpaper foto Ken sudah ia ganti. Dan sekarang ia tak tau apa yang harus ia lakukan dengan ponsel itu.

Ia menatap keluar jendela lalu ide luar biasa muncul.

'Aku harus membuat akun sosial media!' Batinnya senang.

Setelah selesai dengan berbagai sosial medianya tangan Araxi mendadak gatal untuk selfie.

Tapi sepertinya harapan Araxi mendadak luntur saat baru menyadari kalau mereka sudah sampai.

Ken yang akan beranjak dengan tiba-tiba mengatakan kata-kata yang membuat jantung Araxi berdebar kencang.

"Kau cantik, tetapi aku lebih suka jika kau seperti biasanya."

Bersambung...

  
Medan, 2 Februari 2018.

The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|Where stories live. Discover now