Katakan Padaku

118K 8.1K 137
                                    

Ken menatap Araxi yang masih setia terbaring lemah. Sudah satu harian penuh, dan Araxi belum membuka kedua matanya.

Ken melangkah mendekat ke ranjang lalu terduduk di tepi ranjang. Dengan perlahan lengan kekar itu mendekat dan jemari-jemari Ken mengelus pipi Araxi lembut. Tempat favorite sang mafia, pipi gembul Araxi yang membuat stress Ken hilang seketika.
(Teringat mainan kids zaman now, yang pencet-pencet itu :v)

Ken masih setia mengelus pipi Araxi, mungkin dia terhanyut atau terbawa suasana, mafia itu sampai tak sadar kalau Araxi sudah menatapnya dengan tatapan kelembutan.

Tatapan dua sejoli itu bertemu, mereka saling terpaku dalam diam. Seolah ingin mengucapkan beribu kata tapi tertahan karena ego masing-masing.

"Haus..." ucap Araxi parau.

Dengan cepat Ken menyingkirkan jemari-jemarinya dari pipi Araxi lalu mengambil gelas berisi air putih diatas nakas.

Ken memberikan air itu dengan perlahan, karena pria itu tau, kalau Araxi masih lemah untuk menggenggam gelas itu.

"Terima kasih." Ucap Araxi pelan lalu menyandarkan tubuhnya. Ken menatap Araxi datar. Tatapan yang membuat wanita di hadapannya jatuh cinta.

"Istirahatlah, kau masih demam." Ucap Ken berdiri lalu bersiap-siap melangkah. Tetapi langkah itu tertahan saat Araxi menggenggam lengan Ken erat.

Ken menatap Araxi yang sudah menatapnya memohon.

"Jangan tinggalkan aku sendirian lagi, aku takut." Ucap lirih. Ken membatu seketika. Satu kalimat yang dulunya pernah ia dengarkan dari seseorang.

Bak kaset, memori manis dari dua perempuan seolah menari-nari di pikirannya. Kenangan manis, hingga kenangan kelam saat melihat wanita yang ia sayangi dibunuh dengan tak manusiawi, tepat di hadapannya.

Dengan kasar Ken menghempaskan genggaman Araxi lalu memegang kepalanya yang terasa sakit, sakit yang amat menyiksa.

Araxi menatap Ken takut, penuh ketakutan. Tangisannya pun tak dapat ia bendung, dengan sekuat tenaga wanita itu menggeser menjauh.

"Argh! Eungh!" Ken menggeram kuat. Pria itu menarik kuat rambutnya. Ken bahkan sampai berlutut.

'Cklek'

Pintu itu terbuka dan ternyata Trey masuk dengan suntikan asing di tangan kanannya.

Dengan cepat Trey menancapkan suntik itu di leher belakang Ken. Membuat erangan Ken melepas lalu pria itu jatuh tak sadarkan diri.

Araxi menatap Ken lirih, dan air matanya kembali mengalir.

-

"Semua kembali normal? Hahaha bocah itu terlalu banyak berharap." Tawa pria paruh baya itu. Pria paruh baya itu mencampakkan ponsel itu ke tangan kanannya itu kembali memainkan stik golfnya.

"Bagaimana perkembangan kekayaanku dan si bocah itu?" Tanya pria paruh baya itu.

"Kekayaannya masih unggul 80% dari anda tuan." Jawab sang tangan kanan yang membuat pria tua itu menggeram lalu membuang asal stik golfnya.

"Bagaimana bisa ia selalu mengungguliku! Kehebatannya sama sekali tak ada apa-apanya dengan kehebatanku!" Jerit pria tua itu penuh amarah. Si tangan kanan hanya menunduk takut.

"Kita lihat saja nanti, aku akan membuatnya menjadi budakku!" Pria tua itu menyeringai seolah memiliki rencana licik yang akan membuat musuhnya menderita.

"Persiapkan semuanya, kita akan kembali ke arena penuh darah."

-

"Kasihan nona Araxi. Ia pasti sangat menderita." Ucap Vhivie kepada sang ibu yang tak lain adalah Risa. Mereka menatap Araxi yang terduduk lemah sambil menatap Ken yang terbaring pucat. Layaknya menonton sepotong kisah haru dua sejoli yang penuh konflik.

"Itu semua takdir, sudah pergi sana." Usir Risa yang langsung dihadiahi tatapan kesal Vhivie.

"Apa? Bukankah tugas kuliahmu menumpuk." Ucap Risa. Vhivie memanyunkan bibirnya lalu pergi meninggalkan sang ibu.

'Tok... Tok...'

Araxi menatap Risa yang mengetuk pintu sambil membawa nampa berisi makanan.

"Makanlah nona. Sedari tadi anda belum mengisi perut anda." Ucap Risa sopan.

"Terima kasih." Balas Araxi lemah. Risa pun meletakkan nampan itu lalu permisi untuk pamit. Dan mereka tinggal berdua.

"Katakan padaku semua rasa sakit itu. Aku akan mencoba mengobatinya, walaupun setitik."

Bersambung...

Pc: nunaaulia (IG)

Medan, 08 Maret 2018.

The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|Where stories live. Discover now