Picture

115K 8K 247
                                    

Ken menatap layar ponselnya tajam. Saat ini mobil Ken sedang dalam perjalanan. Rapat di kantor membuatnya jenuh, di tambah Araxi yang melihat penyakitnya kumat malam itu. Membuat Ken berulang kali mengela frustasi.

Dua hari tak bertatap muka, membuat Ken hanya menatap layar ponselnya terus menerus. Foto Araxi yang diam-diam dia ambil saat wanita itu tertidur, tersimpan manis di galeri ponselnya.

'Drrtt... Drrtt'

Foto Araxi terlelap terganti oleh id call, yang tertulis Harry disana.

"Ada apa?" Tanya Ken to the point. Setelah mendengar Harry menjawab, Ken memijat keningnya frustasi.

"Dasar bodoh! Baiklah aku akan membantunya." Jawab Ken. Lalu mematikan sambungan telpon.

Dia tak habis pikir dengan Sean, tak bisakah sepupunya itu memakai kecerdasannya sekali saja? Bagaimana dia bisa tertipu dengan wanita ular amatir itu.

"Tambah kecepatannya, kita pergi ke markas." Perintah Ken yang langsung diangguki sang supir.

-

"Cari ke semua tempat, dan terus awasi cctv." Perintah Ken sambil menatap puluhan layar yang menampilkan rekaman cctv itu.

Begitulah seorang Ken William, memiliki semua aset-aset rahasia secara instan. Karena pekerjaannya dulu sangat membantu pekerjaannya sekarang, Mafia.

"Ketemu." Ucap salah satu pekerja disana sambil menunjukkan rekaman cctv itu.

Ken menyeringai lalu dengan cepat melangkah keluar lalu memacu mobilnya dengan cepat.

Mobil itu terus melaju kencang hingga akhirnya Ken sampai di depan halte itu.

Ken memukul stir mobilnya geram saat melihat tak ada siapapun di halte itu. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada wanita yang menciptakan kembali senyumannya.

'Drrtt... Drrtt...'

Ken mengambil ponselnya yang bergetar lalu melihat Trey mengirim foto Tayana dan Mike di halte.

-

Alunan musik menemani Ken yang ada di dalam lift seorang diri.

Pria itu meninggalkan jasnya dan hanya memakai kemeja putih yang mencetak jelas lekuk tubuh penuh otot milik Ken.

'Ting'

Lift itu terbuka dan dengan santai Ken melangkah keluar. Lorong apartemen mewah itu sangat memanjakan mata.

Langkah pria itu terhenti tepat di depan salah satu pintu. Lalu tangan kekarnya mulai mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Barang yang seukuran pucuk kelingking itu ternyata dapat membantu Ken untuk membuka pintu apartemen mewah itu.

Ken melangkah masuk tanpa menimbulkan suara sekecil apapun.

"Menyerah? Aku sama sekali tidak menyerah, aku kalah, aku selalu kalah dalam kehidupanku." Samar-samar Ken mendengar obrolan Tayana dan Mike.

"Mereka melakukannya, mereka berhubungan di belakangku. Aku membencinya. Aku sangat membencinya!" Ken menatap tajam Mike yang merengkuh tubuh Tayana ke dalam pelukannya.

"Jangan terlalu lama menyentuhnya." Ucap Ken dan langsung menarik tubuh Tayana agar terlepas dari pelukan Mike.

Mike dan Tayana menatap Ken kaget.

"Ken! Aku membencimu!" Pekik Tayana kuat lalu memeluk Ken dan kembali terisak.

-

"Bagaimana kau bisa menemukannya?" Tanya Mike penasaran, Ken menatap Mike dingin lalu kembali mengelus rambut Tayana. Wanita itu sudah tertidur pulas karena lelah menangis.

"Kau bertanya?" Jawab Ken menaikkan alisnya. Apapun bisa Ken dapatkan dalam sekejab, mencari Tayana sangatlah mudah baginya.

Ken sudah mengetahui semua rencana Sarah dan West. Tetapi ia akan tetap bungkam, sampai Sean mencari tahu sendiri tanpa bantuan darinya.

"Sean mencarinya bukan? Kau akan memberitahunya?" Ken memberhentikan pergerakannya

"Tidak. Sampai Sean mencari tahu semuanya." Mike terdiam, lalu ia teringat sesuatu.

"Apa kau sudah mengetahui mereka?" Ken menatap Mike datar. Dan seperti perkiraan Mike, mafia berdarah dingin itu belum mengetahuinya.

Mike membuang nafasnya kasar lalu menunjuk perut rata Tayana. Wajah yang datar mendadak berubah saat mulai mengerti arti ucapan Mike.

"She is Pregnant?!" Tanya Ken melotot.

-

Semenjak kejadian itu, Ken seolah menghindari Araxi. Bahkan sudah dua hari Ken tak terlihat.

Araxi melangkahkan kakinya menaiki anak tangga itu. Ia belum pernah naik ke lantai 3 dan itu yang membuatnya penasaran.

Tak ada yang menarik, Araxi melihat sekeliling, mencari seseorang yang biasa berjaga-jaga disana.

"Huh... kemana semua orang."

Araxi menatap pintu Kamar Ken yang selama ini belum pernah ia masuki. Rasa penasaran yang menggebu-gebu. Dengan perlahan Araxi menggapai gagang pintu itu.

Dengan perlahan ia membuka pintu, dan hawa dingin dan aroma tubuh Ken menyeruak dari dalam kamar itu.

Rasa gugup meliputi Araxi, tetapi rasa penasarannya lebih mendominan. Ia sudah bertekad untuk mencari semua masa lalu Ken.

Nafasnya tercekat saat dirinya sudah benar-benar di dalam kamar Ken. Kamar yang tampak gelap dan mencekam.

Kamar luas itu tampak kosong karena tak ada satu barang pun yang menghiasi. Tapi ada satu bingkai besar yang tergantung tepat di depan ranjang.

Bingkai besar yang tertutupi oleh tirai. Araxi melangkah mendekat, menatap bingkai itu penuh tanda tanya.

Entah itu lukisan atau foto, tak ada yang tau apa yang tercetak disana. Araxi menaikkan sebelah alisnya saat melihat tali hitam yang terurai disamping bingkai itu.

Araxi menarik tali itu dan otomatis tirai itu mulai terbuka. Araxi menatap fokus kepada bingkai yang sudah mulai terbuka itu.

'Deg'

Bingkai itu baru terbuka setengah dan Araxi dapat melihat dengan jelas foto wanita yang tersenyum manis, rambut coklat tua, dan lesung pipinya yang semakin menambah kecantikan wanita itu foto itu.

"Tayana..."

Bersambung...

Pc: nunaaulia (IG)

Medan, 10 Maret 2018.

The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang