Bad Part

100K 5.2K 225
                                    

Happy Reading...
Nemu Typo wajib lapor guys...
Jangan lupa vite and comment nya!!!!
ILY guys!!

-

"Bagaimana keadaannya?" Ucap seorang pria.

"Hanya luka di kepala, dan aku akan menambah luka yang lain." Ucap wanita ber wig merah muda yang tak lain adalah Tina.

Mereka menatap Araxi yang tak sadarkan diri dan terikat di bangku kayu dengan darah yang mengalir dari kepala.

"Urus semua masalah ini, sebentar lagi putra tampanku itu akan datang, bersiaplah." Ucap pria itu lalu melangkah pergi.

Tina tersenyum penuh kemenangan lalu tertawa kuat.

(Lampu Padam)

"Sialan, siapa yang berani mematikan lampu!" Jerit Tina marah.

Suasana hening dan tak ada jawaban dari siapapun. Tina mulai menyadari keanehan saat hawa dingin seperti menggelitik kulitnya.

"Cepat hidupkan lampunya sebelum aku membunuh kalian!" Jeritnya lagi.

Lampu kembali hidup dan Tina mendadak tersenyum penuh kemenangan saat melihat pria yang ia tunggu-tunggu berdiri tepat lima langkah di belakang Araxi terikat.

Pria bermasker berdiri dengan tangan kosong berlumuran darah. Pria itu melangkah dan membuat Tina tertawa kuat.

"Ken, jangan nakal. Satu langkah saja akan bisa melukainya." Ucap Tina sambil mengeluarkan pistol dari jasnya.

"Tina, jangan sampai kau menyentuhnya jika tak ingin tangan indah mu terlepas." Peringat Ken sambil membuka maskernya.

Tina tersipu malu lalu melangkah mendekati Araxi yang masih tak sadarkan diri. Pistol yang ada di genggamannya dengan perlahan dia arahkan ke kepala Araxi.

"Jangan bangunkan monster yang telah kau ciptakan. Ini peringatan terakhir untukmu." Ucap dengan tatapan membunuhnya.

'Bugh'

"Ahk..." Erang Araxi saat Tina memukul kepala Araxi dengan gagang pistol.

Tina memutar bangku kayu itu dan tatapan Ken dan Araxi bertemu.

Ken mengepal kuat tangannya saat melihat wajah Araxi yang hampir tertutupi darah yang mengalir dari kepalanya.

"Ken, aku sudah katakan jangan mengikuti ku. Biar aku yang menanggung semuanya, pergilah." Ucap Araxi lemah.

Tina sangat tidak menyukai drama memilukan itu. Dan wanita gila itu semakin menempelkan pistol itu lalu siap untuk menarik pelatuk.

"Ahk!"

Jeritan kuat itu bukan berasal dari Ken ataupun Araxi. Jeritan itu berasal dari Tina, pergelangannya baru saja terputus karena Ken baru saja melemparkan pisau tajamnya dan darah mengucur deras dari tangan Tina.

Ken tersenyum simpul lalu melangkah mendekat dan mendorong wanita psycho itu menjauh dari Araxi.

"Ken..." Ucap Araxi lemah.

Ken melepaskan tali yang melilit tubuh Araxi, ia melihat kepala Araxi yang terluka dan masih mengeluarkan darah.

Bahkan ia tak memperdulikan Tina yang melarikan diri.

"Tenanglah, aku ada disini." Ucap Ken lembut lalu menggendong Araxi.

Ken melangkah dan mendadak berhenti saat peluru panas menembus bahunya.

Ken menahannya dan masih melangkah. Dan lagi-lagi peluru panas menembus pinggangnya. Ken terhentak dan Araxi terjatuh dari gendongannya.

Ken berlutut dan melihat hal yang sampai saat ini tak ingin ia lihat. Yaitu melihat pria yang seharusnya menjadi idola terbaik baginya malah menjadi musuh terbesar di hidupnya.

Eric, tersenyum dan masih menodongkan pistol ke arah Ken.

-

Tina memekik kuat karena rasa sakit dari lengangnya yang terputus. Wanita itu berlari keluar berusaha melarikan diri, namun saat ia keluar dari gedung, seorang pria dengan dua anjing di sampingnya telah menunggu Tina.

"Ahk! Ku mohon, lepaskan aku!" Pekiknya.

"Sekarang kau mengerti rasanya? Perasaan yang di rasakan Ibu dan adikku." Ucap pria yang tak lain adalah Trey.

"Menyingkirlah brengsek!" Jerit Tina seperti orang tak waras.

"Kau sungguh menarik, dan sepertinya anjing-anjing ini sangat tertarik padamu." Ucap Trey melihat dua anjing buta yang dulu mencabik-cabik Lyse dan R

"Hahaha, lihatlah, kau sudah berani menunjukkan diri." Ucap Ken sambil tertawa kecil.

"Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau merusak kehidupanku?" Pekik Ken kuat.

"Aku tidak membutuhkan kalian semua, dan aku harus menyingkirkan hal-hal yang tidak berkepentingan dan mengganggu." Jelas Eric dengan nada datar.

"Semua ini hanya karena uang, bukan? Semua hal keji yang kau rencanakan hanya untuk mengambil semua harta yang kami miliki! Mengapa kau tidak mengatakannya saja, mengapa kau harus membunuh orang yang tidak bersalah! Kau sama-sama menjijikkan seperti sampah!" Ucap Ken.

"Ya ya ya, agen K. Kau tak akan mengerti rasanya memiliki semua hal yang kau impikan sejak dulu." Balas Eric.

"Apa aku bukan putramu? Setidaknya aku mati dengan tenang jika aku bukan putra kandungmu." Ucap Ken sambil tersenyum miris.

"Kau putra kandungku, dan kau juga tidak berguna untuk dilahirkan. Aku sangat mencintai ibumu tapi tidak Resa, tapi karena kau wanita yang sangat aku cintai harus pergi untuk selamanya karena ulah anak sial sepertimu. Dan yang harus kau tau, aku tidak pernah mencintai Resa, aku menikahi wanita bodoh itu karena hartanya yang menguntungkan. Dan sepertinya kau akan bertemu dengan dua wanita menyusahkan itu." Ucap Eric lalu menarik pelatuk.

'Dor'

Ken tercekat, tubuhnya tak merasakan apapun saat melihat Araxi telah menghadang peluru dan melukai Araxi tepat di dada.

"Aish..., Wanita sialan." Ucap Eric geram lalu mencoba menembak dan,

'Dor'

Tangan Eric tertembak dan pistol itu terjatuh ke lantai.

Ken memuntahkan darah yang sudah ia tahan sejak tadi dan tergelatak tetap di samping Araxi.

Tatapan mereka bertemu, seolah tatapan itu adalah salam terakhir untuk semua kenangan indah yang pernah mereka jalani.

"Terima Kasih untuk semuanya. Aku mencintaimu, Ken." Ucap Araxi dengan nafas tersengal lalu kedua mata itu tertutup.

"Jangan pernah ting-galkan a-ku. Aku men-cintaimu, sangat men-cintaimu." Balas Ken menangis lirih, menatap Araxi penuh kepedihan.

Trey datang menopang tubuh Ken yang sudah terluka parah.

"Ara-xi..."

(End)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. (becanda guys.... Masih ada di next part kok hehehehe peace😝😝🤣)

Bersambung...

Medan, 13 Juli 2019.

The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|Where stories live. Discover now