Pangeran

117K 7.9K 100
                                    

Araxi yang masih memejamkan matanya meringis pelan saat merasakan kram dan pegal yang luar biasa di tubuhnya.

Dengan cepat mata itu terbuka dan mendapati kaki dan tangannya yang terikat di ruangan asing itu.

Walaupun pencahayaan disana minim, tetapi Araxi dapat melihat Dinda dan Araxi yang juga ikut terikat di hadapannya.

"Tayana, apa yang-"

"Wah! Sepertinya para putri tidur kita sudah bangun." Tawa pria asing itu menggema. Wajahnya tak terlihat tetapi Araxi tak takut, karena pria itu tak ada apa-apanya dibandingkan pria berdarah dingin yang menjaganya saat ini.

"Lepaskan kami!" Pekik Araxi tanpa takut.

"Melepaskan kalian? Hahaha, jangan terlalu banyak berharap sayang, melepaskan kalian sama saja dengan membakar uang ratusan miliar."

"Kami tidak mengenalmu, kami tidak pernah membuat masalah denganmu! Temanku sedang hamil, tolong lepaskan dia. Aku rela menggantikannya." Araxi menatap Tayana sangat mengkhawatir Dinda yang sedari tadi terduduk lemah.

Lelaki itu malah tertawa tanpa menjawab apapun.

"Panggil waria itu kesini!" Jeritnya. Tak lama pintu itu terbuka dan waria itu muncul, terdengar dari luar suara dentuman musik jazz yang menggema. Araxi memberontak dan mencoba melepaskan ikatan di kaki dan tangannya. Tapi semuanya sia-sia, dia tak berdaya saat ini.

Waria itu menatap mereka intens lalu menatap tajam pria itu.

"Hey bodoh! Bagaimana aku bisa mendadani mereka dengan lampu remang-remang seperti ini! Kau kira ini cafe remang-remang." Protesnya dengan gemulai, pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu menghidupkan saklar lampu itu.

"OMG! Mereka, mereka, ahk!" Pekiknya kegirangan lalu mendekati Tayana.

"Mereka kenapa?" Tanya pria itu kebingungan. Dan wajah pria tak berperikemanusiaan itu terlihat jelas, Araxi menatap pria yang memiliki tattoo di wajahnya itu.

Dia tak seseram yang ia bayangkan, anak buah Ken jauh lebih menyeramkan daripada dia.

"Mereka itukan kekasih par- hah! Jadi mereka adalah barang utama?!" Tanya waria itu terkejut.

"Yah, mereka adalah kekasih dua pria idiot itu, dan lihatlah, kita mendapatkan satu bonus besar!" Jelasnya dengan seringai bak iblisnya menatap Araxi. Araxi menatap pria itu menantang, entah mengapa keberanian gadis itu seolah menggebu-gebu dan tak kenal takut.

"Barang utama? Maksud kalian sebenarnya apa?!" Pekik Tayana mulai frustasi. Pria itu tersenyum licik dan waria itu menatapnya iba dan takut.

"Kalian akan kami lelang dengan kolega-kolega kaya yang berani mengeluarkan miliaran uang untuk tubuh mulus kalian."

'Deg'

Tatapan tajam itu luntur seketika. Araxi menggeleng pelan lalu menatap Tayana dan Dinda, ia sampai tak sanggup untuk bicara. Ia sudah merasakan betapa menyakitkan kenangan-kenangan pahit saat kejadian perlelangan dulu.

"Bawa mereka kekamar dan kerjakan tugasmu."

-

"Wah, tidak di makeup saja kalian sudah sangat cantik." Puji waria itu kagum. Mereka baru saja selesai mandi dan terduduk di pinggir ranjang.

"Tapi, aku sangat penasaran. Kalau kalian kekasihnya Sean dan Deon, apa kau juga?"

Araxi tertunduk lemas, dia bukan kekasih ataupun tunangan Ken. Ia tak lebih dari budak seks Ken.

"Dia calon istri Ken." Ucap Dinda lemah, yang juga diangguki oleh Tayana. Araxi hanya menggeleng pelan melihat dua gadis bar bar itu.

Tapi ada yang aneh, waria itu mendadak pucat, dan juga tak berbicara apapun.

The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang