[11] Please don't

6.9K 1K 13
                                    

"Cuma Haechan?? Buat gue mana??"

"Hm, yang ini." Kata gue sambil ngasi dasi warna ungu pekat dengan glitter. Mereka sibuk dengan tumpukan baju, mata gue hanya tertuju pada satu arah.

Toko buku

✨✨✨

"Kak, gaada niat mau kemana gitu?? Masa dari tadi gaada mau ke toko mana." Tanya Haechan. Gue bareng Haechan sama Jaehyun udah kurang lebih satu jam keliling COEX. Udah jam makan siang, kita lagi keliling cari tempat makan.

"Hm, ada sih."

"Kemana??"

"Toko buku."

"Ah, toko buku yang dibawah tadi ya?? Habis makan aja gimana??"

"Boleh."

"Hyung, mau makan apa??"

"Gue, lagi pengen makanan Jepang."

"Nah, gue tau dimana yang enak. Ayo!!" Haechan narik tangan gue sama Jaehyun barengan. Sejak tadi gue gaada ngobrol sama Jaehyun, dan Haechan-lah yang selalu menjadi penengah.

Restoran Jepang yang dipilih Haechan terletak di lantai empat, tampak megah meski sederhana. Ornamen kayu tradisional Jepang menjadi interior restoran ini, dilengkapi meja rendah serta bantal duduk khas Jepang. Dari luar sudah tercium aroma masakan Jepang, semakin membakar semangat kami untuk makan.

"Silahkan." Seorang pramu saji berbalut kimono datang memberi tiga buku menu. Semuanya tampak enak, tapi gue gaenak liat harganya yang setara dengan gaji gue kerja paruh waktu. Setengah dari uang yang gue bawa cuma cukup untuk beli minum. Ga apa lah.

"Gue mau onigiri."

"Takoyaki juga enak Hyung."

"Boleh."

"Udah lama gue gamakan sushi telur ikan. Lo gamau Chan??"

"Gue sukanya sushi avocado."
Dari perbincangan mereka gue mulai periksa masing-masing harganya dan percayalah di atas rata-rata semua. Miris kantong gue ya Tuhan (︶^︶)

"Kakak mau apa??" Tanya Haechan.

"Hm, Kakak mimun aja Chan."

"Kakak kan, belum makan siang, ntar maag loh."

"Gapapa Chan, Kakak pesen matcha latte aja."

"Yah, gue sama Jaehyun hyung makan, masa Kakak nggak."

"Gapapa Chan."

"Pesen aja, gue yang traktir." Gue dan Haechan langsung noleh ke arah Jaehyun yang masih tenang liatin daftar menu. Rasanya awkward.

"Hm, gapapa, makasih."

"Yaudah gue pilihin." Jaehyun tampak ngangkat tangan buat manggil pelayan.

"Onigiri, takoyaki, sushi telur ikan, dan sushi avocado, semuanya tiga porsi. Matcha latte satu, warm matcha satu, dan.. lo mau minum apa chan??"

"Oolong tea aja hyung."

"Oke. Oolong tea satu."

Si pelayan mencatat dengan sigap semua yang dibilang Jaehyun. Gue langsung matung karna Jaehyun mesen semuanya tiga porsi.

"Jae, itu kebanyakan." Gue langsung cecar Jaehyun setelah pelayannya pergi. Gapeduli gue seberapa kecil onigirinya atau seberapa banyak tusuk takoyakinya, tetep aja gue gamau berhutang dengan seseorang, apalagi dengan makhluk dihadapan gue sekarang ini. Dia nyebut semua pesenan itu seperti ngasi gue sepiring tteokbokki yang harganya cuma lima ribu won.

"Kalo sama kakak gahabis, gue bisa bantu." Senyum Haechan. Jaehyun juga keliatan biasa aja. Gue cuma bisa pasrah nunggu pesenannya datang. Lima belas menit nungguin pesanan, gue cuma dengerin Haechan sama Jaehyun ngobrol. Dari jauh kelihatan tiga orang pelayan membawa nampan berisi pesanan kami satu per satu.

Diluar dugaan gue, onigirinya gacuma satu, tapi lima dan ukurannya gasekecil yang dijual di super market meski hanya sedikit lebih besar. Takoyakinya tidak dalam tusukan seperti yang biasa gue jumpai di pasar, takoyakinya juga disajikan dalam mangkuk ukuran medium. Untuk sushi jangan ditanya, satu porsi sushi telur ikan ada tiga potong dan lima potong untuk sushi avocado.

"Terima kasih." Senyum Jaehyun lepas banget nerima semua pesanan itu, semangat dia mencoba onigiri pertamanya.

"Gasalah pilihan lo Chan." Ucap Jaehyun tampak sangat menikmati. Haechan sudah menghabiskan sushi avocado pertamanya. Sedangkan gue masih diam, belum nyentuh satu pun.

"Pilihan gue emang gapernah salah. Kakak gamakan?? Enak loh."
Mendapat tatapan mengintimidasi Jaehyun, ragu-ragu gue nyentuh onigiri. Pelan tapi pasti, gue mulai suapan pertama. Emang enak.

"Enak kan?? Ayo kak, dihabisin. Sayang loh." Kata Haechan semangat. Sushi avocado dipiring Haechan mulai hilang satu per satu, begitu pula dengan onigiri Jaehyun.

✨✨✨

Setelah makan, sesuai yang dikatakan Haechan, mereka nemenin gue ke toko buku. Secara teknis namanya memang toko buku, tapi disana juga tersedia alat tulis dan beberapa peralatan kantor lainnya. Gue udah bawa tabungan gue yang khusus untuk beli alat tulis. Beberapa pena, spidol, note, dan buku pelajaran. Gue juga beli beberapa handy craft untuk dihias dibuku catatan gue. Juga sticky note dan jepitan kayu.

"Kak.." Gue cuma noleh singkat ke arah Haechan dan Jaehyun yang tadi entah pergi kemana.

"Kakak masih suka novel ini nggak??" Tanya Haechan sambil nyodorin sebuah buku yang lumayan tebal, sebuah novel bersampul hitam dengan siluet seorang pria berkaca mata, itu novel misteri, detektif Jepang.

"Wah, masih ada lanjutannya ya??" Tanya gue semangat. Sebelumnya gue sama sekali gaada niat buat nyari novel, cuma buku pelajaran dan alat tulis. Dan Haechan membuyarkan semua buy list gue hari ini. Gue gapernah tahan sama yang namanya novel detektif.

"Sepertinya yang ini baru terbit, masih ada sekuel lain di rak sebelah sana." Tunjuk Haechan. Gue cuma mikirin gimana tabungan gue, gue kudu hemat dan harus nabung ekstra buat bukunya. Gue yakin sekuel nya udah banyak banget sejak terakhir gue beli bulan lalu.

"Hm, masi suka sih, tapi kakak belinya kapan-kapan aja, tunggu libur biar enak bacanya."

"Oh gitu.." Haechan cuma manggut-manggut, kakinya melangkah ke rak tadi untuk mengembalikan buku. Jaehyun ternyata gangikutin Haechan, dia diam liatin gue milih stabilo.

"Ntar malam lo jaga rumah ya, gue mau jalan."

Poetic Beauty [JJH x You] ✔Where stories live. Discover now