[ ventuno ]

17.8K 5.5K 854
                                    



jinyoung bener-bener kecewa, sebel, muak, dan sedih disaat yang bersamaan. dan begonya, eunbin masih acting like nothing happened. sesaat setelah upacara dibubarkan, doi langsung narik jeno dan renjun untuk balik ke kelas, bahkan jeno yang mau ngibrit ke kantin untuk beli minum pun ditahan.

"lo kenapa sih? kok tiba-tiba sensi kayak hina." celoteh renjun disaat mereka tengah berdesak-desakkan di koridor akibat terlalu banyak siswa yang lewat.

"tau nih. gua haus malah disuruh ke kelas." gerutu jeno.

kemana jaemin, haechan, dan sanha? mereka lagi dihukum pak agusdi.

"sssstt." jinyoung menaruh telunjuknya di bibir. "gue abis menemukan satu fakta yang mengejutkan!" serunya.

"dalam kurun waktu seminggu lagi, gue bakal dapet rejeki!" lanjutnya.

jeno memutar bola matanya. "apa sih? gaje banget lo, young."

renjun yang lagi membuka pintu kelas ikut mengangguk, setuju dengan perkataan jeno.

ketiga cowok itu pun duduk di bangku masing-masing. jeno yang duduk agak jauhan dengan jinyoung dan renjun pun memilih untuk menarik kursinya ke meja jinyoung dan renjun.

"wah tumben nggak berenam." hina dengan mulut rombengnya itu datang lalu duduk di depan mereka bersama eunbin.

renjun yang melihat hina bawa-bawa kipas hello kitty langsung masang muka sinis, sementara jinyoung yang tadinya senyam-senyum ngebayangin uang 10 juta langsung cemberut ketika melihat eunbin dengan wajah sok polos melemparkan senyum ke arahnya.

tiba-tiba, renjun membuka resleting tasnya dan mengeluarkan kipas segede gaban lalu menaruhnya di atas meja.

"sekarang, gue punya yang lebih gede!" serunya pada hina.

"gede? gede apanya?" jeno menaikkan alisnya.

:::

walaupun kadang renjun sibuk sama dunia sendiri, sekarang cowok itu tahu kalau teman sebangkunya alias bae jinyoung lagi ada masalah. dan itu dimulai setelah upacara. bahkan saat istirahat, jinyoung enggan untuk pergi ke kantin bersama kelima temannya yang lain.

maka dari itu saat bel pulang berbunyi, renjun memberanikan diri untuk bertanya.

"lo ada masalah, ya?"

jinyoung menggeleng. "enggak, jun. emang kenapa dah?"

"gapapa sih," jawab cowok itu lalu terdiam.

jinyoung pun mengangkat bahu. "ya udah gue duluan, ya."

renjun mengangguk. sementara jinyoung pergi keluar kelas bersama eunbin.

:::

"bin, gue bingung tau sama masalah nancy." ujar jinyoung bohong. tentu saja bohong, jinyoung sama sekali nggak bingung sekarang, ia sudah menemukan pelakunya.

tapi, jinyoung cuma pengen satu; eunbin jujur.

"bingung gimana?" balas eunbin seraya menaikkan salah satu alisnya.

"kertas yang dirobek. kayaknya itu penting, apa pelaku ngerobek itu, ya?" jinyoung belagak menduga-duga.

"eh?" eunbin terkaget. "gatau, young. udah ah nggak usah ngomongin nancy. udah mati juga orangnya."

"ssst. kalo doi denger bahaya." ujar jinyoung, berniat menakuti eunbin.

"bodo amat."

"udah sampe nih, bin."

jinyoung memarkirkan motornya di pekarangan rumah eunbin. cewek itu mengangguk sambil tersenyum, lalu menyerahkan helmnya pada jinyoung.

"makasih, young."

pucuk dicinta ulam pun tiba, ayahnya eunbin keluar dari dalem rumah sambil bawa selang air—kayaknya mau nyiram tanaman. melihat itu, jinyoung pun menghampirinya.

"sore, om." sapa jinyoung sok ramah, matanya terfokus pada kalung yang dipakai pak kwon.

"sore juga jinyoung. mau masuk dulu?" tawarnya.

jinyoung menggeleng. "nggak usah, om, udah ditunggu teteh di rumah."

lalu, sebuah ide gila terbersit di otak jinyoung.

"om, kalungnya bagus. boleh selfie bareng nggak? hehehe."

sementara eunbin menatap jinyoung dengan tatapan yang sulit didefinisikan.

perché : [1] unseen things ✔️Where stories live. Discover now