Day 003

172 7 4
                                    

2018.03.09
The Vessel
Kapal

Jadi, itukah mobil baru Daisy? Yah, sebetulnya dia bukan gadis kaya raya yang mampu membeli mobil yang diinginkannya, tapi aku sangat terkesan dengan usahanya bekerja demikian keras di bar Pedrosa untuk membeli mobil bekas ini.

Bukan mobil mewah, kutekankan pada kalian. Cuma VW Beetle biasa. Berwarna tosca. Sangat cocok dikendarai ke California saat musim panas nanti. Daisy juga sudah mengumumkan jauh-jauh hari, bahwa dia akan mengajakku road trip ke California untuk merayakan kebebasannya. Dan itu penawaran yang menarik, meskipun awalnya aku sangat meragukannya.

Setelah semuanya. Yah, setelah semuanya. Kurasa 'kebebasan' yang dimaksud Daisy itu memang pantas dirayakan.

Oh, kalian mungkin belum tahu.

Daisy, teman sekamarku itu, dulunya adalah seorang gadis lugu yang sangat patuh dan agak bodoh karena seorang pria. Namanya James. Cowok rendahan, tolol, bajingan yang mengekang Daisy dan selalu memukulinya tanpa alasan jelas. Daisy mengenalnya lewat aplikasi kencan. Mereka mulai berkencan setahun yang lalu dan saat itulah penderitaan Daisy resmi dimulai.

Aku masih ingat bagaimana Daisy selalu muncul dengan luka lebam. Bahkan pernah sekali dia menghadiri kelas dengan jari kelingking yang patah dan bola mata merah mengerikan. Dia menahan semua itu karena James mengancamnya. Padahal jika saja aku tidak menyeretnya secara paksa ke rumah sakit, dia mungkin akan buta. Selamanya.

Aku ingin sekali melaporkan James ke polisi. Tapi belakangan, Si James brengsek itu menghilang. Entah kemana.

Kabar yang beredar mengatakan bahwa dia melarikan diri ke negara bagian lain karena terlibat hutang piutang dengan bandar narkoba. Kami tidak tahu pasti. Daisy juga tidak. Tapi Daisy bilang itu bagus karena dia tidak perlu berurusan dengan lelaki brengsek itu lagi selamanya.

Omong-omong, ini sudah larut malam ketika aku melihat Daisy di parkiran, bersama mobilnya. Aku melihatnya dari jendela dan Daisy menyeringai puas sambil mengelus mobilnya. Wah, dia pasti sangat menyukai mobil itu. Wajar saja, sih. Setidaknya dia tidak perlu lagi membuang uangnya untuk Si James Brengsek itu. Dia memakai uangnya dengan benar kali ini. Mobil itu akan sangat berguna baginya.

Keesokan paginya, aku tidak bisa menemukan Daisy seperti biasa. Dia tidak sarapan, juga tidak bilang-bilang mau pergi kemana sepagi itu. Dia bahkan tidak mengikuti kelas komputernya sama sekali.

Daisy tidak sering melakukan hal-hal seperti itu, makanya aku sangat khawatir.

Barulah malam harinya dia kembali ke asrama. Dia terlihat baik-baik saja, seperti biasa, seolah dia tidak pernah menghilang seharian. Katanya dia kelaparan dan dia mengambil sup yang tersisa di mangkukku lalu memakannya dengan sangat lahap. Dia juga bersenandung, menari-nari kecil dan berputar seperti sedang melakukan pertunjukan teater lalu menonton televisi sampai larut sekali.

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, ya... Itu sangat aneh. Daisy tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Dia biasanya tidak begitu.

Aku bertanya padanya apakah hal yang baik baru saja terjadi?

Dan dia menjawab kalau dia hanya merasa senang karena berkendara keliling kota seharian ini.

Meraki [ Short Story Compilation ]Where stories live. Discover now