Day 014

39 3 0
                                    

2018.03.20
Local Flavor
Rasa Lokal

Di luar hujan deras. Yah, London selalu seperti ini. Murung, mendung. Shaun hampir lupa kapan terakhir kali dia merasa senang melihat hujan. Oh, mungkin sudah lama sekali. Mungkin saat dia masih bocah kecil yang berlari-lari mengejar capung di Kenmore, kota penuh kenangan itu.

Kadang dia rindu dengan rumahnya. Rumahnya di Kenmore; rumah kedua orang tuanya. Dia rindu bau rumput, suasana damai, panekuk hangat, sinar matahari dan ... Lily. Dia sangat merindukan gadis itu. Bagaimana kabarnya? Apakah dia sudah menikah?

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Shaun bertemu dengan Lily. Wanita itu selalu terlihat canggung di depan Shaun; untuk satu dan dua alasan. Shaun tidak pernah bisa mengingat dengan jelas bagaimana rupa Lily ketika mereka masih kecil dulu. Dalam ingatannya, Lily hanyalah gadis kecil yang selalu mengikutinya kemanapun; ke padang rumput, ke peternakan, ke danau.

Tapi saat Shaun melihat buku tahunan mereka tanpa sengaja beberapa waktu yang lalu, dia segera menyadari bahwa di sampingnya, bersama-sama, Lily telah tumbuh menjadi wanita secantik namanya. Dia cantik, dengan lesung pipi yang dalam, berambut cokelat terang, berkulit bersih kemerah-merahan dan bibir yang kecil namun penuh. Lily adalah definisi sesungguhnya dari menawan. Wajahnya, caranya berbicara, kepribadiannya. Butuh sangat lama bagi Shaun untuk menyadarinya. Cukup lama.

Berpikir hanya membuatnya semakin gelisah. Maka Shaun turun dari tempat tidur, bergerak menuju meja kerjanya dan menyalakan komputernya dengan berhati-hati, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara apapun. Sesekali dia melirik  ke tempat tidur. Amber masih tertidur pulas, memunggunginya. Mungkin setahun lalu Shaun akan merasa kesal dengan perlakuan itu. Tetapi belakangan ini, dia sudah tidak lagi menginginkan tangan Amber melingkari perutnya saat tidur, atau saat melakukan apapun. Mereka juga sudah tidak lagi saling menginginkan kecupan selamat pagi atau kegiatan ranjang intens yang bergairah. Mereka bahkan tidak lagi saling melihat dengan cara yang sama. Amber selalu dipenuhi kecurigaan tak beralasan ---yang ketika Shaun mempermasalahkannya, dia akan menunjukkan sikap sebaliknya; pura-pura tidak peduli. Begitupun dengan Shaun. Dia lebih suka mengurus segala sesuatunya sendirian dan menolak keterlibatan Amber dalam hal apapun. Baginya dan bagi Amber, keberadaan mereka sudah saling menyusahkan. Dan semua romansa di antara mereka yang pernah ada hanyalah sebatas kenangan yang patut dijadikan pelajaran.

Ya, semua romansa itu sudah pergi. Memudar.

Tentu saja akan seperti itu. Begitulah yang akan terjadi jika menikah karena desakan egoisme masa muda. Agar terdukung secara finansial dan semacamnya. Meskipun Shaun tidak menyesalinya, dia mau pernikahan seperti ini agar segera berakhir dan dia mendapatkan kebebasannya kembali ---juga mengembalikan kebebasan yang Amber inginkan.

Shaun terlalu jauh terseret ke dalam pikirannya ketika tanpa sadar dia telah membuka laman facebooknya. Dia mengetik nama Lily di dalam kolom pencarian dan menemukan profil wanita itu. Dia sebenarnya tidak ingin mengganggu kehidupan Lily dengan mencari tahu, tetapi godaan itu terlalu besar untuk dia tangani. Maka dengan agak tergesa dan malu-malu, Shaun menelusuri informasi pribadi Lily.

Wanita itu masih lajang. Untung saja. Shaun mungkin bisa mengajaknya berkencan begitu permohonannya untuk bercerai disetujui oleh Amber. Kenapa juga Amber tidak menyetujuinya? Ini adalah kesepakatan yang bagus sebelum mereka menjadi dua orang yang hidup bersama namun saling menyakiti. Shaun tegaskan, dia tidak ingin terlibat dalam hubungan terbuka. Itu sama saja menggantung statusnya, tanpa alasan jelas. Jika dia dan Amber bercerai, akan mudah bagi keduanya untuk memulai langkah baru dan saling menemukan orang yang tepat. Itu efektif dan jalan terbaik yang mereka miliki.

Shaun mengklik sebuah foto yang memperlihatkan Lily-nya sedang tersenyum ke kamera sambil merangkul seorang perempuan lain. Ah, putri keluarga William. Caleste. Mereka bertiga dulu sering bermain bersama. Caleste sangat menyukai Shaun dan sering bertingkah seolah dia harus bersama Shaun suatu hari nanti. Untung saja tidak terjadi. Caleste adalah gadis yang sering memukul wajah Lily karena mencoba dekat dengan Shaun. Dia juga gadis yang menyebarkan rumor aneh di sekolah tentang keluarga Lily hanya karena Lily terpilih menjadi Cinderella sementara Shaun menjadi pangerannya ---di teater sekolah.

Dulu Caleste melakukan semua hal yang dia bisa untuk menyingkirkan Lily dari Shaun. Aneh juga melihat mereka berdua menjadi berteman baik sekarang. Apakah karena mereka mengetahui Shaun telah menikah dengan orang lain dan bukan dengan Lily?

Shaun mendengus. Caleste ataupun Amber. Sepertinya Shaun selalu dikelilingi wanita-wanita seperti itu. Yang beracun; menancapkan pengaruhnya dengan buruk. Bagi Shaun, mereka layaknya hidangan yang akan dia temukan di kota-kota yang dia jelajahi. Menarik, lezat, menggairahkan.

Namun satu hal; seenak apapun mereka, tidak akan pernah bisa membayar sensasi berharga yang Shaun temukan dari rasa hidangan lokal tempat dia dibesarkan. Rasa lokal adalah yang terbaik. Rasa lokal adalah yang selalu membawa kerinduan di ujung hidungnya. Rasa lokal adalah yang membuatnya selalu menoleh ke belakang, mengenang, mengingat, meskipun di hadapannya telah ada seseorang.

Rasa lokal adalah ciuman hangat di bawah mistletoe ketika Lily menangis dan menahan Shaun agar tidak usah pergi ke London. Sebelum Shaun cukup pintar untuk menyadari itu adalah ungkapan cinta seseorang yang dianggapnya 'hanya sahabat'. Sebelum dia akhirnya terjebak dalam kehidupan pernikahan yang sarat intrik dan melelahkan. Sebelum dia tidak bisa berhenti terbayang-bayang wajah manis Lily di buku tahunan. Sebelum segalanya.

Shaun menghela nafas. Dia sudah memutuskan. Dia akan pulang ke Kenmore, dan memulainya dari awal.

843  🍂

Meraki [ Short Story Compilation ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant