Day 009a

48 4 0
                                    

2018.03.15
Animal
Binatang

Seorang wanita tua, tanpa suami, hidup sendirian di sebuah kota kecil di selatan Inggris bersama seekor kucingnya yang bernama Charlie. Wanita tua Charlene telah mengadopsi kucing hitam itu sejak dia menderita sakit punggung dan tidak bisa lagi berjalan jauh. Charlene menyayangi Charlie sepenuh hati sebab hanya kucing kecil itu satu-satunya pelipur lara di saat anak-anak dan kesebelas cucunya tidak pernah lagi mengunjunginya.

Orang-orang melihat Charlene dan Charlie seperti nenek tua biasa dengan kucingnya yang setia. Tetapi itu karena mereka tidak tahu satu hal...

Charlene bisa mendengar semua perkataan Charlie.

Ini bukan guyonan. Ini sungguhan. Mula-mula, Charlene mengira itu adalah suara malaikat yang datang untuk mencabut nyawanya. Tetapi malaikat tidak pernah meminta ikan tuna. Hanya ada Charlie di sisi tempat tidurnya, melihatnya dengan pupil mata melebar dan air muka menggemaskan.

Sejak saat itu, Charlene menjadi terbiasa untuk menjadikan Charlie teman bercakap-cakap. Charlie, si kucing yang agak jahil itu, juga sering membawa teman-temannya ---kucing-kucing liar--- pulang ke rumah. Mereka diberi makan banyak sekali ikan tuna, hati ayam dan biskuit kesukaan Charlene sehingga semakin hari, kucing-kucing itu semakin betah berada di rumah nenek tua itu.

Suatu hari, Charlene mengeluhkan sakit punggungnya yang semakin parah. Dia harus dibawa ke dokter dan orang berjubah putih itu mengatakan bahwa hidup Charlene tidak akan lam lagi.

Maka setelah dihadapkan oleh kenyataan itu, Charlene memanggil orang kepercayaannya, yang tidak tahu Charlene bisa mengerti bahasa kucing, untuk membuatkan surat wasiat.

Isi surat wasiat itu sangat rahasia. Bahkan Charlie tidak mengetahuinya karena dia tidak bisa membaca. Sehari setelah kabar bahwa Charlene menulis surat wasiat berembus, keenam anak dan kesebelas cucu Charlie datang untuk berkunjung.

Mereka berkata bahwa mereka menyesal tidak mengunjungi Charlene lebih sering, atau mereka bersedih karena Charlene jatuh sakit. Wanita tua itu, meski mengetahui kalau berkendara ke selatan Inggris itu sangat melelahkan, sama sekali tidak terkesan dengan usaha anak-anak dan cucu-cucunya.

Mereka datang ke tempat terpencil ini karena suatu hal; surat wasiat Charlene.

Sepuluh hari lamanya, anak dan cucu Charlene bertahan di desa kecil itu. Mereka mulai mengeluh tentang kucing-kucing liar yang berkeliaran di seluruh penjuru rumah. Beberapa cucu Charlene bahkan mengusir hampir separuh dari kucing-kucing itu dan memukul mereka dengan pengeruk salju.

Pada hari kesebelas, Charlene sudah begitu sekarat dan hampir tidak bisa bertahan lagi. Dia memanggil Charlie, anak dan cucunya, serta pengacara keluarga sebab dia harus meminta lelaki itu membacakan surat wasiatnya.

Anak tertuanya meminta agar pembacaan surat wasiat itu disegerakan, tapi pengacara yang bijak itu menolak karena mereka belum menemukan Charlie.

Anak bungsu bertanya mengapa Charlie, kucing hitam sialan itu, begitu penting sampai harus berada saat surat wasiat dibacakan?

Inilah alasannya.

Charlene menuliskan bahwa Charlie akan menerima sekitar empat puluh persen kekayaannya, sementara empat puluh persen lainnya termasuk harta tidak bergerak akan disumbangkan ke yayasan sosial. Anak dan cucunya hanya akan mendapatkan dua puluh persen sisanya.

Anak keempat Charlene memprotes keras dan mengutuk Charlie dengan kata-kata kasar yang tak pantas. Dia berkata,

"Charlie cuma seekor kucing kotor! Aku malu harus disingkirkan karena seekor kucing."

Charlene yang sebenarnya kesakitan, mendadak mendapat kekuatan setelah mendengar perkataan anaknya. Dia membalas, "oh, Nak, sebenarnya Charlie melakukan banyak sekali hal untukku dibandingkan dirimu."

Anak ketiga Charlene menyahut sinis, "kalau Ayah mendengar Ibu memberikan semua harta Ibu kepada seekor kucing, dia pasti akan sangat marah."

Charlene menjawab tenang. "Sayang, jika Ayahmu mengetahui kalian membuangku ke desa kecil ini karena sakit-sakitan, dia pasti akan mengikat kedua kakimu dan menggantungmu di pohon cemara."

Anak kelima membela kakak perempuannya dan berkata dengan angkuh. "Ibu, kucing hanyalah kucing. Mau diapakan semua uang dan emas itu?"

Charlene tersenyum. "Dia akan diurus oleh Rupert. Kau tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana dia akan menghabiskan uangnya. Toh, semua yang kumiliki juga adalah miliknya."

Anak bungsu Charlene merengek. "Aku berharap Ayah tiba-tiba muncul dari kapalnya yang hilang itu biar dia melihat kelakuan gila Ibu."

"Ibu tidak gila." Charlene menyela, tetapi dia sama sekali tidak terlihat marah. Lewat bibirnya yang keriput dan gemetar karena lelah, dia melanjutkan.

"Kalian merasa malu karena Charles seekor kucing tetapi kalian tidak malu saat mengemis pada Tuhan agar Ibu cepat mati? Jika Ayah kalian mengetahui ini, dia akan mengutuk kalian dan kesebelas anak kalian menjadi kucing."

Begitu kalimat terakhir Charlene meluncur dari mulutnya, angin kencang menerobos masuk melalui jendela kamar Charlene, berputar mengelilingi Charlie seolah menelan kucing itu menjadi segumpal asap berwarna ungu. Asap itu terus mengepul dan meninggi hingga seukuran orang dewasa lalu perlahan menghilang dan menghilang.

Mereka semua dikagetkan oleh sesosok pria tua berpakaian rapi serba hitam, memegang tongkat kayu dan berdasi kupu-kupu berwarna merah tua, yang ternyata sangat mirip seperti Ayah anak-anak itu, hanya saja jauh lebih tua dari yang bisa diingat mereka.

Charlene tertawa kecil.

"Charles, apa itu kau?"

Keenam anak-anak Charlene serta cucu-cucunya kaget bukan main. Charles adalah Ayah mereka yang sudah lama hilang. Bagaimana dia bisa muncul dari tubuh seekor kucing?

"Kalian anak-anak nakal!" sergah Charles atau mari kita sebut saja lelaki itu dengan Charlie.

"Beraninya kalian bersikap tidak pantas kepada Ibu kalian. Sikap manja kalian lebih menyebalkan dari seekor kucing. Bahkan seekor kucing jalanan tidak akan suka majikannya mati."

Keenam anak Charlene berlutut dan menangis. Mereka memohon agar Ayah mereka tidak mengutuk mereka menjadi kucing.

Tapi... Seperti setiap akhir cerita dalam dongeng dan buku-buku tentang peri, anak yang nakal harus tetap dihukum. Keenam anak dan kesebelas cucu Charlene itu seketika berubah menjadi kucing. Ini adalah akhir yang bagus untuk Charlene si wanita tua dan Charlie, kucing kesayangannya.

911 🍃

This story is dedicated to my beloved grandpa.

Meraki [ Short Story Compilation ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang