Day 007

59 5 0
                                    

2018.03.13
The Rocket-ship
Roket

Ryan membuat sketsa lagi. Kali ini sudah separuh jadi. Ketika orang-orang dewasa lewat di dekatnya, mereka akan berhenti dan bertanya,

"Apa itu roket?"

Ryan enggan menjawab sebab biasanya mereka akan melanjutkan,

"impian yang bagus, Nak. Kau pasti bisa mewujudkannya suatu hari nanti." kemudian mereka berlalu sambil menahan tawa.

Ryan masih terus membuat sketsa. Ayahnya sudah tidak lagi menanyakan mengapa dia terus menerus menggambar sketsa yang sama dari waktu ke waktu.

Ayahnya sudah menyerah. Dia tahu keinginan Ryan tidak bisa dibantah. Tapi orang-orang dewasa yang lain itu terus mengganggunya. Mereka semakin sering bertanya,

"wah, gambar roket yang indah. Apa kau akan menaikinya suatu hari nanti?"

Dan begitu seterusnya. Mereka terus menerus menanyakan hal yang sama.

Suatu petang, tiga tahun setelah Ryan melanjutkan pekerjaan Ayahnya di bengkel kecil mereka di ruang bawah tanah, Ryan dewasa mengemas semua barang-barangnya, bersiap untuk pergi dengan penerbangan terakhir.

Dia meletakkan selembar sketsa yang dibuatnya saat kecil dulu di depan maha karya Ayahnya. Sambil menepuk benda besi itu, dia tersenyum dingin,

"aku pergi. Jangan kecewakan Ayahku."

Kemudian dia benar-benar pergi. Tanpa menoleh sama sekali.

Sebuah ledakan besar menghancurkan Kota XX semalam. Tidak ada yang tersisa kecuali puing-puing dan reruntuhan bangunan. Ledakan diduga berasal dari sebuah bom rakitan yang diletakkan di ruang bawah tanah. Daya ledaknya mencapai radius dua kilometer dengan ketinggian dua kali lipat, menelan habis kota kecil itu tanpa sisa.

Di sebuah bar, di kota kecil lain yang sibuk namun menyenangkan karena tidak ada ekstradisi, Ryan duduk sambil menyesap koktailnya.

Dia berkata kepada sembarang pria yang menegak segelas martini di sebelahnya,

"mereka terus berkata bahwa itu roket. Itu roket. Aku muak! Dasar orang-orang bodoh!"

Lelaki dengan martini itu mengerutkan dahi, agak marah.

"Aku yang merancang bom itu dan Ayahku yang mengembangkannya. Sekarang baru mereka rasakan akibat mengatai Ayahku ilmuwan gila dan menyebutku bocah tolol yang suka menggambar roket. Mati mereka semua! Sudah jadi abu! Hahaha!"

320 🍃

Meraki [ Short Story Compilation ]Where stories live. Discover now