Day 012

32 3 0
                                    

2018.03.18
Hello
Helo

Cindy memandangi gadis itu. Agak lama. Gadis itu terlihat lebih cantik dan lebih bahagia seperti yang Cindy bayangkan. Benar, gadis itu memang memiliki ekspektasi semua orang. Dibandingkan keberadaan Cindy beberapa bulan lalu.

Cindy menghela nafas lalu tersenyum.

"Hai." sapa Cindy.

Gadis itu balas tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

"Senang bertemu denganmu."

"..."

"Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan benar, tapi kau terlihat sangat cantik."

"..."

Cindy masih tersenyum saat mengucapkan kalimat pujian itu, tetapi pada detik berikutnya, senyuman itu menghilang seiring dengan wajah murung gadis yang Cindy ajak bicara.

"Aku tahu rasanya tidak menyenangkan berada di sisi itu. Tapi, percayalah, berada di sisi ini juga sama tidak menyenangkannya." Cindy berkata pelan.

"Kau jauh lebih baik dariku. Kau jauh lebih cantik dariku."

"..." gadis itu semakin diam.

"Aku sudah berjuang keras agar kau bisa berdiri di sisi itu. Kau bisa melihat bagaimana gelambir-gelambir kemarin sudah hilang sempurna. Kau bisa lihat bagaimana jerawat-jerawat itu sudah pergi selamanya."

"..."

"Kau adalah versi terbaik dari diriku. Kau bukanlah Cindy tiga bulan yang lalu. Kau adalah Cindy yang baru."

Cindy menempelkan telunjuknya ke permukaan benda licin yang memantulkan refleksi dirinya tersebut. Wajahnya serius.

"Kau adalah aku yang baru. Itu sebabnya aku ingin mengucapkan 'hai' padamu. Kita bisa berteman kalau kau mau."

Cindy menggeleng. "Tidak!" sergahnya. "Kau harus mau berteman denganku..."

"..."

"Karena cuma dirimu yang mengerti bagaimana menderitanya aku saat kelaparan sepanjang hari. Bagaimana lelahnya aku mengulang gerakan olahraga itu dari waktu ke waktu. Bagaimana sedihnya aku saat mereka menertawakan ukuran bajuku. Atau bagaimana mereka mencemoohku, menghakimiku, memberitahuku untuk begini dan begitu..."

"..."

"Hanya kau yang tahu, Cindy, bagaimana aku menangis setiap malam menahan keinginanku untuk bunuh diri dan kebencian yang besar pada diriku sendiri..."

Refleksi itu semakin terdiam, meskipun airmatanya sudah membanjir turun hingga ke perutnya yang dipenuhi bekas luka cakaran.

"Hanya kau yang tahu, Cindy. Maka dari itu, ucapkanlah 'hai' kepada wajah-wajah kaget mereka. Supaya aku tidak menyesal untuk terakhir kalinya."

"..."

319 🍃

Meraki [ Short Story Compilation ]Where stories live. Discover now